Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menemukan Kembali Homo Oeconomicus

31 Desember 2022   19:55 Diperbarui: 31 Desember 2022   20:07 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita bisa melihat jauh, bahwa rasionalisasi pasar melalui produksi dan konsumsi. Produksi barang-barang dilucuti, ketika penguakan harga, upah, laba, dan pasar sengaja menggantikannya untuk mengosongkan seluruh kebutuhan jangka panjang, yang diganti dengan komoditas bersifat jangka pendek.

Nanti dalam tahapan pemikiran klasik tentang kebutuhan atas benda-benda ekonomi muncul perhatian atas kekayaan, modal atau pendapatan dimiliki oleh manusia berkembang sedemikian rupa dalam taraf produksi yang melimpah ruah.

Dalam analisis klasik, teori populasi Malthusian yang menggambarkan ukuran populasi akan tumbuh sangat cepat tatkala upah meningkat di atas tingkat subsistensi (upah yang berada pada tingkat minimal dibutuhkan dukungan kehidupan seseorang). 

Kemudian, dalam teori Samuelson dan Nordhaus (1992: 239), sebuah kurva penawaran tenaga kerja harus di garis horizontal pada tingkat upah subsistensi, yang kadangkala disebut ‘hukum besi upah’ (the iron law of wages). Hukum besi upah digiring dalam kekuatan doktrin yang menyembunyikan pergerakan tanda baru di abad sembilan belas.

Manusia ekonomi dengan keangkuhan dan keserakahannya, dari prestasi ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Penyingkapan alam dan spesies baru di ujung obyek ilmu pengetahuan tentang dunia faktual sudah lama diletakkan sebagai representasi terakhir dan pelenyapan ‘sumber’ yang diyakini secara teguh oleh pengagumnya. 

Sebagian wilayah pemikiran modern tentang alam dan berkelanjutan merupakan bentuk penjungkir-balikan kenyataan atau kebenaran dari alam.

Karena itu, perubahan ekonomi dikondisikan dengan pengalaman dan pikiran yang berbeda dalam sudut pandang filosofis dan ilmiah.

Meskipun pengetahuan ilmiah yang sebenarnya dapat menyelamatkan  masa depan umat manusia dari cengkeraman tirani kebenaran dogmatis yang terinstitusionalkan, tetapi  juga tidak mampu melepaskan absurditasi semakin memelaratkan penderitaan atas kepemilikan kekayaan, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dalam kehidupan.

Sementara itu, jauh dari pinggiran ke pusat esensi manusia untuk berhasrat atau hasrat untuk mengetahui, maka ‘posivitivisme’ dalam beberapa abad dengan berbagai variasinya  membantu menjelaskan masa depan kehidupan terutama bidang ekonomi dan tindakan nyata dari pemikiran maju di abad absurditas. 

Kini, ia ditinggalkan tahapan kemajuannya beriringan dengan kekacau-balauan dan harapan atas kehidupan lainnya.

Diskursus ekonomi hanyalah ekses pembebasan tanpa henti sampai nalar tidak mampu lagi menebak teka-teki kehidupan. Bagaimana kita hidup? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun