Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melacak di Bawah Meja dengan Jejak-Jejak Ketidakhadiran

23 November 2022   06:04 Diperbarui: 27 Februari 2023   07:02 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan subyek bukan lagi gambaran dari sang Lain. Pergerakan sang Lain yang variatif bukan bertugas untuk merefleksikan citra ciri yang dibentuk subyek. Jejak-jejak bukanlah rujukan dari penciuman sang Lain yang saling dipergilirkan dari satu sumbu ke sumbu lainnya. Untuk menegaskan kelenyapan mekanisme, penciuman sang Lain bukanlah kekuatan untuk memproyeksikan bayangan diri subyek. Sang Lain tidak memiliki subyek, tetapi memiliki dirinya masing-masing. Keduanya merefleksikan dan memproyeksikan benda-benda yang menyebar keluar dari dirinya sendiri.

Subyek menyebar diri keluar dan masuk dari satu pinggiran ke pinggiran lingkaran lainnya, yang pusatnya telah ditinggalkan oleh dirinya sendiri. Sang Lain dan subyek residual dari mesin melalui penciumannya masing-masing. Subyek memiliki penciuman dengan caranya sendiri, sehingga darinya melawan sang Lain.

Kemudian, seseorang bertanya-tanya bahkan lebih waswas, apakah jejak-jejak kaki telanjang ini bukan milik kakinya sendiri ataukah subyek lain dari lima tersangka? Jejak-jejak kakinya sendiri di jalan yang telah dia lewati. Subyek lainnya: “Kami mendalami pemeriksaaan untuk kami (dapat) mencari alat bukti”, kata dia. Mereka memperlihatkan dirinya tidak sama dengan burung beo, sehingga kakinya tampak tidak unik dan aneh, karena kelima tersangka memiliki modus yang sama, sekalipun terdapat jejak-jejak kaki yang telah diinjak berbeda. 

Pada dasarnya, mereka tidak tergesa-gesa untuk memutuskan apakah jejak miliknya tahu bukan. Jejak-jejak yang tersisa di jalur tidak diketahui hal-hal yang membuatnya meninggalkan tempat setelah diinformasikan oleh subyek tentang rencana penggeledahan terhadap subyek terduga secara hukum. Mereka sebagai subyek  sesunguhnya lebih mengetahui daripada sang Lain. 

Apakah itu aku? Apakah jejak aku? Apakah ini bukan jalanku? Penciuman sang Lain, mengatakan: “Contohnya dalam kasus penggeledahan, yang diumumkan seminggu sebelumnya, itu adalah omong kosong. Tujuan penggeledahan itu, kan, agar barang bukti tidak dihilangkan,” katanya. Apakah itu topengku yang dibuat sang Lain? Bersembunyikah aku dari jejak yang diketahui? 

Apakah aku akan mengikuti jejak-jejak lain ataukah aku tidak kembali lagi? Seseorang akan berpura-pura untuk tidak mengetahui jejak-jejaknya sendiri yang dialihkan pada yang lain. 

Mengenai kemiripan jejak-jejaknya dengan mereka yang lebih dahulu kakinya menginjak jalur yang sama menjadi sesuatu lebih aneh dan lucu.

Kehadiran bukan berarti bukti kehadiran secara keseluruhan, tetapi sebagai jejak-jejak mereka yang lebih patut dicurigai, yang melewati jalur yang sama dari pihak yang berbeda. 

Kehadiran merupakan patahan dan celah bagi proses penyelidikan secara pelan-pelan melebihi pikiran dari yang tersangka, tanpa pikiran.

Kehadiran menghilang dalam ketidakhadiran, dimana pikiran memiliki hubungan tanpa kekerasan terhadap sang Lain, sebagai satu-satunya yang membuka menata ulang  patahan, membuka celah dan jalur baru yang membebaskan penciuman tanpa teliti dan tanpa mengalir ke arus lain dari sumbernya yang sama. Ketajaman penciuman melebihi ketelanjangan wajah sang Lain, tetapi tidak saling menikung dalam persimpangan jejak-jejak yang telah dilewati masing-masing orang dengan kakinya sendiri.

Ketajaman penciuman sang Lain tidak memiliki akar kata dari bahasa kita, dari akar seluruh filsafat Barat yang mendahului sebagian jejak yang telah diketahui, menghapus dan memberinya jejak-jejak baru dalam jalur yang berbeda dan berbahaya. Inilah jejak-jejak yang keluar dari kenaifan akar-akar penciuman yang tidak berujung pangkal dari sang Lain yang berpikir tentang jejak-jejaknya sendiri dipertukarkan dengan penciuman orang-orang yang tersangka sebagai subyek berbalik melawan jejak-jejaknya yang sama dengannya. “Kita masih tahap penyedikan, kami tidak mungkin menjelaskan peran masing-masing. Itu kan masih strategi kami,” ungkap sang Lain. Mereka dikuasai oleh 'jalan pintas' dengan jejak-jejak yang meyakinkan. Penciuman sang Lain merupakan pergerakan dari ‘musuh jejak-jejak’ masing-masing termasuk hasrat, fantasi, dan mimpi orang-orang yang tersangka. Ternyata, penciuman sang Lain bukan pada jejak-jejak, tetapi pada rasa ingin coba yang absurd. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun