Kita mencoba melupakan bayangan masa depan. Bagaimana membebaskan mimpi kita dari belenggu masa lalu. "Suaraku ada dalam mimpiku." "Kumenjerit, kuingin terbang bebas, dan kumenukik tajam." "Aku memilih Anda untuk menemukan karya-karya baru." "Biarkanlah Aku melupakan sisi kebinatangan sekaligus sisi kemanusiaanku saat mata terjaga!" Ia masih mimpi.
Apakah aku atau Anda yang gila? Cukuplah setengah gila daripada sepenuhnya gila dalam kegilaan! Anak muda berada dalam kesenangan dengan meninabobokan pikiran.
Kesenangan menunjukkan padaku sebuah boneka yang berjenis kelamin. Ia tidak menjadi teman baru curahan hatiku untuk menemukan hal-hal baru.Â
"Mimpiku lebih kupercaya ketimbang asisten pribadiku." "Robot berjenis kelamin yang dapat berbicara dengan manusia lebih kuhargai dibanding sikap santun Anda hanya selubung di depanku."
Apakah semuanya itu? Dalam mimpiku yang aneh dan gila dituliskan secara profesional, bahwa tidak ada lagi mantan pasien, psikiater dan tanpa rumah sakit jiwaku. "Aku benar-benar dilahirkan kembali dalam mimpi-mimpi baru." Dari filsuf dan pendidik agung membuatku lebih bergairah dalam mimpi-mimpiku dan merahinya dengan cara berpikir yang sama dengan mimpi-mimpi yang berbeda sesudahnya. Berkat pergerakan tanda-tanda atau logika baru, aku tidak akan pernah menghitung jumlah pemuda apabila dinyatakan mantan pasien penyakit jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H