Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Metaverse: Setelah Dua Hal, Sesuaikah dengan Wujud Nyata?

22 Oktober 2022   21:55 Diperbarui: 22 Oktober 2022   22:04 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan telemedia dan mesin lain dianggap mutakhir tidak memiliki lagi pembenaran atas citranya sendiri. Secara khusus dalam kaitannya dengan mesin digital atau 'Web 3 Dimensi' sebagai kekuatan baru, imaterial, dan molekuler menjadi cara kerja tubuh masa depan mesin baru dengan apa yang disebut 'tubuh virtual' dalam sebuah jagat yang masih asing, tidak jelas, dan murni.

Dari satu perusahaan, seseorang harus mengamati perkembangan aset atau properti, yang tidak dibuat untuk dirinya saja, melainkan sebagai bagian dari tanda komunikasi hingga tercapai sebuah pertukaran renungan dan berpikir dalam ruang yang belum diketahui dimana titik ujung pangkalnya.

Paling tidak, Hubert L. Dreyfus dalam What Computer Still Can't Do? A Critique Artificial Reason (1992) dan Max Tegmark dalam Life 3.0 Being Human in the Age of Artificial Intelligence (2017) menjadi rujukan mengenai pasca-manusia dan realitas baru. Keberadaan pikiran mungkin ditukar dan diubah dengan sistem yang lebih abstrak dan lebih lunak. Ia sebagai otak mesin kecerdasan artifisial yang bertugas untuk membersihkan segala unsur metafisis, kesakralan, dan keilahiaan.

Pikiran murni dan tubuh kita menjadi ruang kosong, sejenis ruang kedap suara, tatkala disterilkan dalam obyek-obyek yang berserak-serakan; tidak hanya ditemukan dalam detail paling kecil, tetapi juga dalam kepingan detail paling kecil yang sekecil-kecilnya.

 Di bawah segala bentuk representasi, dunia virtual lebih menajam dalam detail paling kecil, dari yang paling kecil nyaris tidak memiliki batas.

Dalam pertukaran, aset atau uang virtualah yang tidak hanya membujuk rayu, tetapi juga menggembosi pilihan atas penampilan luar dari obyek yang tidak kasat mata. Bermula dari daya pikat mereka terhadap teknologi virtual, segala hal ditampilkan dalam ketidakhadiran titik akhir dari horizon baru setelah diluapi oleh bentuk aplikasi permainan pasar. 

Terutama para pengguna, mereka diminta menjawab pertanyaan seputar dunia virtual dan dunia nyata, disamping itu juga perubahan dari fiksi ilmiah ke realitas virtual. Dalam diskursus bahasa, masyarakat menghadapi perbedaan makna yang tidak stabil dan tidak cair mengenai ruang virtual dan ruang digital ketika permainan mata uang terjadi di depan mereka, yang bergerak cepat dari wujud sebelumnya.

Kini, metaverse merupakan turunan besar dari simulakra yang paling baru melalui perantara ruang siber atau jaringan aplikasi yang saling berkaitan. 

Banyak pihak menyambut suka cita atas kedatangan Metaverse, terutama dalam satu sistem yang saling terhubung antara para pengguna internet, media sosial, dan peselancar dunia virtual lain. Tertawalah, menangislah! Setelah itu, Anda akan berada dalam ketidakhadiran dunia nyata dan tiruan.

Dua Hal adalah Akhir dari Dua Tulisan Fiksi

Berilah ruang imajiner bagi Snow Crash dan Ready Play One! Satu karya Neal Stephenson, yang satu lagi novel karya Ernest Cline. Demikianlah dua tulisan fiksi berubah menjadi novel sebelum dibawa ke dunia lain. Dari ruang imajiner dirampungkan melalui novel yang menarik dan diambil-alih oleh sinema.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun