"Hyperspace: Selamat Datang di Metaverse, dalam Kehidupan Nyata."
Kutipan di atas berasal dari sebuah judul tulisan Nicole Buckler, seorang editor, jurnalis, dan penulis dari majalah-gila, Gold Coast, Australia. Agar tidak misink atau keceplosan tinta tulisan, dari paragraf awal hingga nyaris terakhir, dia menghubungkan Mall Dubai dengan purwarupa metaverse, yang akan dialami dalam kehidupan nyata.
Mall Dubai dianggap salah satu mall perbelanjaan terbesar di dunia. Alexander Heller, bos HyperSpace akan membangun taman HyperSpace di mall.Â
Suatu ruang yang dilengkapi jalanan melalui aquarium, ring salju berkelas dunia, dan teknologi virtual. Ditambah 'zona pengalaman' dalam jumlah 38 pengalaman melalui pintu masuk taman. Idenya bertujuan untuk menyatukan dunia nyata dan metaverse. (beincrypto.com, 2022/02/11)
Jadikanlah pengalaman metaverse! Pengalaman berakhir tanpa kata-kata dan benda-benda tidak lebih dari labirin dalam dunia metaverse. Labirin adalah nyata.Â
Tetapi, akankah mesin masa depan dibalik pengalaman metaverse bisa menunda hal-hal a priori? Masa depan dalam pikiran; asap dalam kehadiran api.
Jagat virtual menghampar luas tanpa akhir dalam ruang virtualnya sendiri. Sehari atau lebih, pengguna jejaring situs baru bermain dalam a priori algoritma. Realitas yang satu berubah dan bertukar; lainnya tetap realitas, tetapi realitas baru, yang menumpuk sejak dari kelahirannya.
Dalam teks Gilles Deleuze, Desert Islands and Other Texts (2004), dimana Desert Islands menjadi bagian pertama tulisannya bisa mengantarkan ke jagat imajinasi tentang 'tanah virtual'.
Sementara, perpaduan imajinasi, hasrat, kesenangan hingga ilusi berubah menjadi sejenis kekuatan simulakra. Secara lahiriah atau perseptual, wujud nyata berbeda dengan wujud virtual, yang berkelindang dalam simulakra melalui media sosial dan sejenisnya.
Dua dunia menyatu dalam metaverse dan Desert Islands. Bagaikan musim bunga matahari virtual tampak mekar tanpa siraman cahaya matahari alamiah terpampang sebuah gambaran yang akan dialirkan melalui metaverse di kemudian hari.
Metaverse bersama para pencetusnya memungkinkan bisa untuk melibatkan teks Deleuze, Desert Islands. Kemunculan wilayah penampilan simulakra yang diserap oleh metaverse seakan-akan menciptakan hidup lebih 'nyata', jika orang-orang meluangkan sedikit saja waktu untuk menjalaninya.Â