Mohon tunggu...
Septi Erlita
Septi Erlita Mohon Tunggu... Human Resources - mahasiswa yang mencoba produktif

hai! salam kenal, selamat membaca semoga tulisan saya bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Coronavirus: Bencana Ekologis Global

30 Juli 2020   08:00 Diperbarui: 30 Juli 2020   08:12 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
businessinsider.com

Fakta menunjukkan bahwa coronavirus berkembang dari kelelawar dan trenggiling yang diperdagangkan dan dikonsumsi oleh manusia, yang nyatanya adalah hewan tersebut tidak layak konsumsi karena mengandung berbagai macam virus dan trenggiling adalah hewan yang dilindungi. Benang merah ekologis dari fakta tersebut adalah dorongan gaya hidup yang menonjol ingin menunjukan eksistensi kemanusiaannya,  manusia rakus dan bertindak semaunya.

Apabila mata rantai coronavirus tidak diputus segera maka jumlah korban coronavirus akan semakin besar dan meluas, pertanggal 29 Juli 2020 terkonfirmasi jumlah meninggal karena coronavirus lebih dari 662 ribu diseluruh dunia. Tragedi kemanusiaan begitu mencekam ketika faktanya kapasitas medis masih tak mampu menangani pasien Covid-19, pada saat yang sama masyarakat yang terus saja bebal tidak mengindahkan kebijakan dan protokol kesehatan dari Pemerintah.

Hal menyedihkan lain ketika masa berperang dengan coronavirus ini, ambruknya sektor ekonomi melahirkan masalah ekonomi baru berskala global, dari mulai kehilangan pekerjaan, kelaparan, sampai kriminalitas.

Semenjak ada pembatasan pergerakan manusia dan kewajiban untuk menjaga jarak fisik, work from home, study from home, serta beribadah di rumah menjadi penyebab utama matinya kegiatan ekonomi. Tragedi ekonomi ini tidak dapat terelakkan lagi, kecarut marutan perekonomian global terus terjadi.

Sangat ironis melihat manusia selalu absen dalam hal tanggung jawabnya kepada sesama makhluk hidup, dan lingkungan biotik yang menyokong jalannya kehidupan seluruh makhluk hidup dahulu, sekarang dan masa depan. kekeliruan pandangan bahwa ekonomi adalah segalanya, menjadikan manusia menjadi pemeran antagonis bagi lingkungannya.

Manusia sedang berada di jalur yang salah, karena terus saja melanjutkan pengrusakan yang terjadi, meski alam selalu memperingatkan melalui perubahan iklim dan krisis sosial ekologis lainnya.

Para ahli memperkirakan bahwa munculnya penyakit dan virus baru berkaitan dengan kerusakan alam dan perubahan iklim. Ketidakseimbangan alam memaksa berbagai jenis bakteri dan virus baru terpinggirkan dari habitat yang seharusnya, lalu menyebar ke berbagai tempat yang tidak seharusnya.

Saat ini seluruh umat manusia dipaksa untuk tetap tinggal di rumah, dan kini saatnya melakukan refleksi arah pembangunan nasional dan global.

Kini saatnya urusan ekologi dan juga sosial menjadi prioritas utama, karena membuat ekonomi sebagai prioritas dan menelantarkan lingkungan hidup, telah meluluh lantahkan kehidupan termasuk ekonomi yang diagung agungkan itu sendiri. Pola hidup sehat termasuk mengkonsumsi makanan yang baik dan sehat pun harus dijadikan patokan kemaslahatan manusia.

Tragedi kemanusiaan juga tragedi ekonomi tak terelakkan lagi disebabkan oleh tragedi ekologis. Pembangunan yang tidak memperhitungkan keseimbangan ekologis nantinya akan dihanguskan oleh tragedi ekologis. Eksploitasi berlebihan terhadap lingkungan alam akan dihukum oleh alam itu sendiri. Keserakahan dan kecongkakan manusia dalam memperlakukan alam akan dibalas oleh alam dengan caranya sendiri yang justru lebih dahsyat mematikan.

Oleh sebab itu, kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekologis wajib dijaga. Manusia tidak boleh serakah dan mengeksploitasi alam tanpa tahu batas kewajaran. Pembangunan berkelanjutan harus menjadi pedoman dalam kegiatan ekonomi manusia di seluruh muka bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun