Mohon tunggu...
Erlinda Septiawati
Erlinda Septiawati Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer | Copywriter

be better, be proud of your self✨ Halo i'm 22 years old. I have a hobbies reading and writing. I also enjoy watching K-Dramas. Here, I want to share my writings. Hopefully share stories and benefits with many people.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Pemeran Utama

20 Agustus 2023   13:00 Diperbarui: 20 Agustus 2023   13:02 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul lima sore, Lea dan Bayu asyik berbincang di pinggir pesisir pantai. Saling menatap sambil bergurau riang. Menikmati ombak yang menerpa dengan syahdu.

Persis seperti sepasang kekasih yang saling mencintai dan mengasihi. Namun, Lea dan Bayu bukan pasangan dengan status yang mungkin orang lain pikirkan.

Ditemani lambaian angin, mereka bermain kejar-kejaran. Tak lupa mengejek satu sama lain. Kalau pepatah bilang layaknya 'dunia milik berdua'.

"BAYUUU, cukup jangan rese lagi aku mau pulang," kata Lea dengan raut wajah kesal karena Bayu terus saja menggelitiki pinggangnya.

"Yah kok udahan mainnya, Lea jangan marah," ucap Bayu memohon maaf.

Dengan posisi tubuh membelakangi Bayu, Lea justru sedang menahan tawa. Ia berhasil menipu Bayu dengan jurus khas perempuan itu. Setelah dirasa siap, Lea membalikkan badan mengambil langkah untuk membalas dendam pada Bayu.

"Satu, dua, tiga," hitung Lea dalam hati.

Lea berlari menggelitiki Bayu dengan semangat membara. "Lea, cu-ra-ng," pungkas Bayu terbata-bata karena menahan rasa geli.

Bayu sampai terjatuh di atas pasir pantai, dimana Lea justru tertawa dengan penuh kemenangan "Yes, Lea menang."

Di sela aktivitas mereka melempar canda dan gelak tawa yang terpancar. Bayu menyampaikan kabar baik untuknya, berbanding terbalik bagi Lea.

Jika ada kalimat paling mengerikan, tepat di momen membahagiakan. Salah satu yang merasakan adalah Nia Azalea.

"Aku menemukan sepotong hatiku Lea," ujar Bayu di depan Lea.

DEG! seketika bumi yang diam di perpaduan berguncang hebat. Hati Lea mendadak pedih, sekeliling terasa buram.

"Namanya Kaila Amara, dia cantik sekali Lea seperti gadis impianku. Matanya berwarna biru sama seperti seperti warna kesukaanmu. Kami tidak sengaja bertemu di halte tempo hari dan bertukar nomor pribadi," lanjut Bayu.

Lea hanya diam, memandang Bayu dengan senyum dipaksakan. Di sisi lain, Lea hanya bisa pasrah pada kenyataan.

"Selamat Senja Bayu," Lea menyodorkan tangan kanannya.

Bayu pun menerima sodoran tangan Lea "Terima kasih, Lea."

"Traktir dong Bayu, pajak jadian nggak boleh lupa loh," tutur Lea.

"Kalau buat Lea apa sih yang nggak," kata Bayu sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Lelaki idaman kamu masih Biru sang tokoh novel, Lea?" tanya Bayu.

"Masih sama Bayu, tau nggak kenapa Biru?"

Giliran Lea yang membuat Bayu berpikir, "Suka warna biru, jadi semua harus serba biru."

"Ihh salah Bayu, bukan itu."

"Terus apa Lea?" gantian Bayu yang bertanya.

Dalam suasana berduka, Lea memutuskan menjawab secara jujur. Entah, konsekuensi apa yang akan dialami. Memendam sungguh membuat Lea tersiksa. Situasi semakin mengkhawatirkan, tapi Lea berani bersuara.

"Biru yang mengingatkan Lea pada ilustrasi Senja Bayu. Menenangkan sekali, setiap deru nafas. Tatapan serta senyuman. Bila memandang langit malam, tetap tak mampu mengalahkan. Bahkan rembulan dan bintang yang dipuji banyak orang Bayu," ucap Lea dengan tatapan kosong, enggan melihat ke arah Bayu.

"Lea, jago banget bikin lelucon pakai kata-kata romantis selucu ini," jawab Bayu sambil sedikit tertawa.

Lea menatap ke arah Bayu, "Bayu, Lea lagi mode serius. Ini bukan kalimat gombalan, tapi benar begitu adanya. Maafin Lea, suka sama Bayu," ungkap Lea,

Hening, Bayu diam bingung merespon apa. "Begini Lea, aku..."

"Nggak perlu dibalas Bayu, selamanya Lea dan Bayu jadi sahabat. Lea dukung Bayu bersama Kaila. Mungkin bukan Lea yang dipilih semesta," tak kuasa menahan air mata, Lea lalu pergi meninggalkan Bayu.

"LEA..LEA..," teriak Bayu memanggil Lea. Namun, Lea butuh waktu sendiri. Ia memilih mengungkapkan, tapi bukan berarti perpisahan. Apalagi persahabatan itu sudah terjalin selama 12 tahun. Resiko menyukai sahabat sendiri memang tak selalu mudah untuk dijalani.

Mereka saling nyaman untuk berbagi. Tetapi, nyaman tidak selalu tentang rumah bersama. Lea adalah ukiran terindah bagi Bayu. Meski di samping itu, Bayu tidak bisa mengubah status persahabatan mereka menjadi percintaan.

Senja Bayu, pemilik arti nama 'hembusan angin di kala senja'. Kini benar-benar berhembus di waktu senja. Jingga yang kupuja-puja pergi. Semesta memberikan senjaku sumber bahagia, tapi bukan aku orangnya. Terlalu menyakitkan meski sudah seharusnya begitu. Berbahagialah Bayu, pemeran pengganti memang harus tau diri, batin Lea.

Nia Azalea, pemilik arti nama 'cahaya yang indah'. Perempuan luas biasa yang selalu terlihat ceria dan semangat. Sosok yang tercipta seindah namanya. Jika malam meredup karena tangismu malam ini. Akulah satu-satunya manusia yang layak disalahkan. Maaf Lea, jika kehadiranku meruntuhkan jiwamu, batin Bayu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun