Mohon tunggu...
Erlinawati
Erlinawati Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Seorang guru di sekolah dasar yang selalu ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Practice: Penerapan Problem-based Learning dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas 2 SD pada Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia

27 November 2023   11:00 Diperbarui: 27 November 2023   11:08 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

SITUASI

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah dari praktik pembelajaran ini adalah rendahnya motivasi dan semangat belajar peserta didik pada mata pelajaran  Bahasa Indonesia yang ditandai dengan rendahnya hasil belajar dan kurangnya antusiasme peserta didik selama proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, kemudian dilakukan identifikasi penyebab masalah antara lain penerapan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan karateristik peserta didik, media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik dan kurang variatif, LKPD yang dirancang oleh guru tidak sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, alat evaluasi yang digunakan oleh guru belum tepat, dan hasil belajar peserta didik masih di bawah KKM.

Upaya guru untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran model pembelajaran Problem-based Learning. Selain itu, guru juga menggunakan media pembelajaran interaktif yang mampu digunakan secara aktif oleh guru dan peserta didik yaitu media kartu kata kalimat aktif untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat. LKPD dan alat evaluasi juga dirancang menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Berbagi best practice inovasi pembelajaran ini sangat penting karena memungkinkan terciptanya ekosistem pendidikan yang dinamis dan berkembang. Dengan saling berbagi ide dan pengalaman sukses, para pendidik dapat mengidentifikasi strategi terbaik untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran, mengatasi tantangan yang mungkin muncul, dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan inklusif. Selain itu, best practice ini juga memuat pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga dapat memudahkan pendidik dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik.

Penulis sebagai seorang guru sangat berperan penting dalam praktik baik ini. Selain mendidik, penulis juga berperan sebagai sumber belajar, fasilitator, motivator, pengelola kelas, pembimbing, dan evaluator. Pada praktik ini penulis juga berperan dalam merancang modul ajar, melaksanakan rancangan pembelajaran, dan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini dilakukan secara rutin sehingga rancangan pembeajaran dapat sesai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Adapun tanggung jawab penulis sebagai seorang pendidik yaitu mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik dengan menerapkan model dan media pembelajaran yang inovatif dan variatif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

TANTANGAN

Selama pelaksanaan pembelajaran, yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut adalah model dan media pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru kurang variatif sehingga peserta didik mudah merasa bosan berada di dalam kelas. Selain itu, guru juga kesulitan dalam memilih strategi yang tepat yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik dikarenakan kurangnya pengetahuan guru mengenai strategi pembelajaran yang efektif.

Terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam proses perancangan dan evaluasi pembelajaran. Pihak-pihak tersebut adalah rekan sejawat, kepala sekolah, peserta didik, guru pamong, dan dosen pembimbing lapangan. Pihak-pihak tersebutlah yang banyak memberikan masukan dan arahan dalam proses rancangan pembelajaran untuk praktik baik ini yang dilakukan oleh guru.

AKSI

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut adalah:

  • Mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam kelas
  • Membaca beberapa sumber referensi dari artikel dan jurnal serta melakukan wawancara ke rekan sejawat, kepala sekolah, dan pakar  mengenai model dan media pembelajaran yang tepat untuk peserta didik kelas rendah sekolah dasar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
  • Memilih model dan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran dan juga disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.
  • Melakukan koordinasi dengan kepala skeolah mengenai kegiatan yang akan dilakukan.
  • Melakukan koordinasi dengan peserta didik yang akan dijadikan objek atau sampel pada kegiatan ini.
  • Melakukan satu kali rencana aksi pada hari yang sudah ditentukan.

Berikut adalah beberapa strategi yang digunakan oleh penulis yaitu:

  • Guru memilih dan menerapkan model pembelajaran Problem-based Learning.
  • Guru membuat media pembelajaran konkrit berupa kartu kata sebagai media pembelajaran.
  • Guru menyiapkan pembelajaran berbasis TPACK dengan menggunakan slide Powerpoint untuk menyampaikan materi.
  • Merancang LKPD dan Powerpoint dengan tampilan yang menarik dari Canva.

Proses yang dilakukan antara lain:

  • Tahap persiapan
    Guru dengan bimbingan dari dosen dan guru pamong merancang pembelajaran yang inovatif sesuai dengan permasalahan yang sudah dianalisis sebelumnya mulai dari merancang modul ajar, LKPD, soal tes evaluasi, media pembelajaran, bahan ajar, hingga alat evaluasi.
  • Tahap pelaksanaan
    Guru melaksanakan rancangan pembelajaran yang sudah dibuat sesuai dengan sintaks model pembelajaran Problem-based Learning. Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Media kartu kata yang menjadi solusi pada permasalahan belajar peserta didik dilaksanakan pada kegiatan inti pada sintaks ke 3 “Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar” dimana peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang terdiri dari 5 orang untuk menyusun kartu kata yang sudah disiapkan oleh guru menjadi sebuah kalimat aktif yang utuh sesuai dengan struktur kalimat aktif. Kelebihan dari media kartu kata ini adalah mempermudah peserta didik dalam memahami stuktur dari kalimat aktif dengan warna-warna katu yang menarik. Kekurangannya adalah kartu hanya bisa dipakai sekali saja karena tidak dilaminating.
  • Tahap evaluasi dan refleksi
    Merefleksi dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan apakah sudah dapat menyelesaikan permasalahan atau belum. Serta menyusun rencana tindak lanjut untuk pembelajaran berikutnya.

Sumber daya yang diperlukan yaitu:

  • Kompetensi guru
  • Materi pembelajaran Kalimat Aktif dari internet dan buku pegangan guru
  • Sarana dan prasarana (laptop, proyektor, tridpod, handphone, dan jaringan internet)
  • Media pembelajaran (bahan ajar, LKPD, media konkret kartu kata, lembar evaluasi, dan powerpoint).

REFLEKSI DAN DAMPAK

Adapun dampak yang dirasakan guru dari pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan yaitu penulis dapat meningkatkan kompetensi dalam merancang pembelajaran yang bermakna, menarik, dan inovatif. Penulis juga dapat meningkatkan keterampilan dalam mengoperasikan aplikasi editing seperti Canva. Selain itu, dapat meningkatkan kompetensi dalam mengelola kelas agar peserta didik selalu aktif dalam pembelajaran.

Kemudian, dampak dari aksi yang telah dilakukan bagi peserta didik adalah peserta didik adalah:

  • Peserta didik menjadi lebih bersemangat dan antusias selama proses pembelajaran.
  • Peserta didik mulai terlatih memecahkan permasalahan secara bersama-sama dalam kelompok yang sekaligus meningkatkan keterampilan kerjasama mereka.
  • Dengan penggunaan powerpoint dan proyektor sebagai media belajar, peserta didik mendapatkan pengalaman baru dalam membaca teks bacaan yang biasanya selama ini hanya berupa lembaran kertas di buku saja.
  • Minat dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi Kalimat Aktif meningkat.

Secara keseluruhan, hasil pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Problem-based Learning dan menggunakan media kartu kata sangat efektif karena mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di dalam kelas. Hal ini dapat terlihat dari hasil penilaian tes evaluasi peserta didik dimana sebanyak 27 dari 29 orang peserta didik di kelas berada di atas KKM. Selain itu, motivasi dan semangat belajar peserta didik juga meningkat walaupun pada saat pelaksanaan pembelajaran cuaca sedang hujan dan dingin.

Adapun faktor keberhasilan dari pelaksanaan pembelajaran inovatif ini adalah penguasaan guru terhadap media, model, metode, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah dirancang pada modul ajar.

Pembelajaran yang penulis dapatkan dalam best practice ini adalah guru adalah pembelajar sepanjang hayat. Tanpa belajar terus menerus, seorang guru tidak dapat menerapkan pembelajaran yang bermakna, kreatif, inovatif, dan sesuai dengan zaman. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk selalu meningkatkan keterampilan dan profesionalismenya untuk memahami kebutuhan peserta didik pada setiap eranya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun