Agama Islam dibagi kedalam dua bagian, yakni keyakinan dan perbuatan. Keyakinan dinamakan akidah, sedangkan perbuatan dinamakan akhlak, yang dibagi akhlak kepada Allah, kepada sesama manusia, kepada alam dan kepada lingkungan hidup. Akidah merupakan panduan bagi orang-orang beriman untuk meyakini Allah satu-satunya Illah yang menciptakan manusia. Oleh karena itu, Allah adalah satu-satunya Illah yang berhak di ibadahi oleh seluruh manusia.
Secara etimologi, istilah akidah berasal dari berbagai kata dalam bahasa Arab. Pertama, al-'aqd yang berarti simpul atau tali. Kedua, al-'uqdah yang berarti ikatan yang kuat. Dan ketiga, 'uqud yang berarti dasar, pondasi, dan fundamental. Apabila disimpulkan secara sederhana, akidah merupakan ikatan tali yang mengokohkan pondasi (bangunan). Ikatan tali ini ialah keyakinan yang dibuktikan oleh hati, ucapan, dan perbuatan. Sementara pondasi adalah bukti eratnya ikatan tali tersebut sehingga pondasi dapat berdiri kokoh. Ikatan tali ini adalah keyakinan yang dibuktikan oleh hati, ucapan, dan perbuatan yang terukir melalui sikap terpuji serta akan terikat kuat pada orang yang berhati bersih, jernih dan berjiwa lapang.  Sedangkan pondasi ialah bukti eratnya ikatan tali tersebut, sehingga pondasi dapat berdiri kokoh. Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa kualitas jiwa seseorang ditentukan oleh kualitas iman, dan ikatan iman didalam jiwa dinamakan akidah. Dengan akidah yang mengakar kuat dalam jiwa, menerangi hati, serta menguatkan raga seorang muslim, maka akan memiliki tujuan hidup yang jelas, keteguhan hati, tidak putus asa,  dan mampu mengendalikan diri. Hal tersebut akan diuraikan dibawah ini :
1. Memiliki Tujuan Hidup yang Jelas
Tujuan hidup mendorong manusia dalam membangun, membina, dan menjalankan kehidupannya, baik itu untuk kepentingan dunia maupun di akhirat nanti. Perlu diketahui bahwa ada dua golongan manusia, yaitu manusia yang tujuan hidupnya dunia saja dan manusia yang tujuan hidupnya dunia dan akhirat. Hal yang membedakan dua jenis manusia ini ialah akidah dalam diri manusia tersebut. Golongan yang hanya mementingkan dunia saja ialah yang tidak beriman kepada Allah Swt dan hari akhir. Sedangkan, golongan yang mementingkan baik dunia dan akhirat ialah yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir. Manusia yang berakidah akan mengisi kehidupannya untuk hal-hal bermanfaat bagi kehidupan di dunia dan juga akhirat.Â
2. Keteguhan Hati
Seorang individu muslim yang beriman ialah yang memiliki keteguhan hati untuk mencari ridha Allah Swt. Mereka lebih memilih mengutamakan usaha, jalan baik, dan perjuangan dalam mencapai kebahagiaan dunia yang terbalaskan juga di akhirat nanti. Namun, berbeda dengan seseorang yang hanya memikirkan kebahagiaan dunia saja. Mereka melakukan sesuatu hal tanpa menilai baik atau buruknya usaha yang dilakukan, jalan yang ditempuh serta tujuan yang diperjuangkan.
Kualitas seorang muslim sendiri tidak hanya ditentukan dari segi fisik, intelek, dan lingkungan, tetapi juga ditentukan oleh kualitas akidah yang tertanam kuat dalam dirinya. Oleh karena itu, keimanan seorang individu ialah kunci kualitas yang akan mempengaruhi cara ia bekerja, belajar, mencari jawaban tugas sekolah, menjalankan kekuasaan, berteman, dan sebagainya. Dengan itu, seorang muslim yang mampu menanamkan iman pada dirinya akan senantiasa terhindar dari perilaku buruk.
3. Tidak Putus Asa
Seorang muslim yang senantiasa menancapkan akidah dalam dirinya tidak mudah menyerah, menyalahkan, bahkan berburuk sangka kepada Allah Swt. Melainkan ia akan berdoa dan meminta pertolongan atas cobaan hidup ini dengan selalu bertawakal. Selain itu, ia juga akan berusaha dan tidak kenal lelah untuk terus mencoba atau bahkan mencari jalan lain dengan selalu berikhtiar.
Sesungguhnya, Allah Swt ialah Maha Adil yang tidak memilah dan memilih kepada siapa akan membebani ujian dan cobaan. Maka itu, kokohnya iman, lurusnya ibadah, dan eratnya akhlak tidak memastikan manusia itu sendiri akan terbebas dari ujian dan cobaan. Karena Allah Swt menghendaki ujian dan cobaan tersebut untuk mengukur dan menguji sejauh mana tingkat keimanan hamba-hamba-Nya.
4. Istikamah
Ditinjau secara etimologi, istikamah atau istiqamah terbentuk dari Masdar (kata benda)Â 'istiqama-yastaqimu-istiqamah yang berarti bersikap tegak, lurus, dan stabil. Apabila dijelaskan secara sederhana, kata tegak mengartikan bahwa ia bersifat teguh pada pendirian. Lalu untuk kata lurus maksudnya ialah selalu melihat ke depan dan terus berjalan. Kemudian, kata stabil bermaksud pada konsistensi seseorang dalam memegang teguh keputusan.
Istikamah bisa kita maknai juga dengan kata konsisten. Sikap konsisten diperlukan untuk melahirkan sikap kekokohan, keunggulan, dan kesuksesan. Selain itu, istikamah juga ialah bentuk usaha seorang muslim dalam meneguhkan hatinya agar tidak tergoyahkan akidahnya, meluruskan jalan ibadahnya, dan memperkuat muamalah nya. Intinya, istikamah ini merupakan upaya membentuk pribadi muslim dengan sikap ketangguhan, kesabaran, dan kestabilan.Â
5. Pengendalian Diri
Pengendalian diri bertujuan untuk keberlangsungan hidup manusia dalam upaya meminimalisir segala bentuk risiko agar terhindar dari kerugian, kehilangan, dan penyesalan. Dalam perspektif Al-Qur'an, menerangkan bahwa pengendalian diri didasarkan atas beberapa hal, yaitu a). Perasaan takut akan ganjaran, keadilan, dan pengawasan Allah Swt terhadap makhluk-makhluk-Nya, b). Â Mengorientasikan pada hawa nafsu agar tidak melanggar etika, moral, serta susila, abai dengan akal sehat dan hati nurani, dan merugikan sesama manusia, c). Meyakini dan mengingat bahwa Allah Swt menjanjikan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi orang yang mampu mengendalikan dirinya.
Selain itu, pengendalian diri juga berpengaruh pada stabilitas kepribadian seorang individu. Seseorang yang mampu mengendalikan diri ialah yang tidak memaksakan diri untuk melakukan suatu perbuatan, keputusan, atau kebijaksanaan untuk hal yang di luar kendalinya. Orang yang berhasil mengendalikan dirinya dari dorongan rendah, perasaan cemas dan takut, terutama atas hukuman, pengadilan, dan pengawasan-Nya, maka akan mendapat penghargaan dari Allah berupa syurga yang memberikan rasa aman dan nyaman.
Penulis :Â
1. Erlina Ayu Lestari
2. Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H