Mohon tunggu...
Erlina Ayu Lestari
Erlina Ayu Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan prodi Jurnalistik. Saya memiliki minat pada dunia kepenulisan, publik speaking, dan broadcasting. Maka dari itu, saya mengambil konsentrasi jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pendidikan lanjutan saya. Saya seseorang yang dapat berkomunikasi dengan baik, dan senang menerima serta mencoba hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akidah sebagai Landasan Akhlak Muslim dan Hubungannya

18 Oktober 2023   13:25 Diperbarui: 18 Oktober 2023   13:37 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ditinjau secara etimologi, istikamah atau istiqamah terbentuk dari Masdar (kata benda) 'istiqama-yastaqimu-istiqamah yang berarti bersikap tegak, lurus, dan stabil. Apabila dijelaskan secara sederhana, kata tegak mengartikan bahwa ia bersifat teguh pada pendirian. Lalu untuk kata lurus maksudnya ialah selalu melihat ke depan dan terus berjalan. Kemudian, kata stabil bermaksud pada konsistensi seseorang dalam memegang teguh keputusan.

Istikamah bisa kita maknai juga dengan kata konsisten. Sikap konsisten diperlukan untuk melahirkan sikap kekokohan, keunggulan, dan kesuksesan. Selain itu, istikamah juga ialah bentuk usaha seorang muslim dalam meneguhkan hatinya agar tidak tergoyahkan akidahnya, meluruskan jalan ibadahnya, dan memperkuat muamalah nya. Intinya, istikamah ini merupakan upaya membentuk pribadi muslim dengan sikap ketangguhan, kesabaran, dan kestabilan. 

5. Pengendalian Diri

Pengendalian diri bertujuan untuk keberlangsungan hidup manusia dalam upaya meminimalisir segala bentuk risiko agar terhindar dari kerugian, kehilangan, dan penyesalan. Dalam perspektif Al-Qur'an, menerangkan bahwa pengendalian diri didasarkan atas beberapa hal, yaitu a). Perasaan takut akan ganjaran, keadilan, dan pengawasan Allah Swt terhadap makhluk-makhluk-Nya, b).  Mengorientasikan pada hawa nafsu agar tidak melanggar etika, moral, serta susila, abai dengan akal sehat dan hati nurani, dan merugikan sesama manusia, c). Meyakini dan mengingat bahwa Allah Swt menjanjikan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi orang yang mampu mengendalikan dirinya.

Selain itu, pengendalian diri juga berpengaruh pada stabilitas kepribadian seorang individu. Seseorang yang mampu mengendalikan diri ialah yang tidak memaksakan diri untuk melakukan suatu perbuatan, keputusan, atau kebijaksanaan untuk hal yang di luar kendalinya. Orang yang berhasil mengendalikan dirinya dari dorongan rendah, perasaan cemas dan takut, terutama atas hukuman, pengadilan, dan pengawasan-Nya, maka akan mendapat penghargaan dari Allah berupa syurga yang memberikan rasa aman dan nyaman.

Penulis : 

1. Erlina Ayu Lestari

2. Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun