Ditinjau secara etimologi, istikamah atau istiqamah terbentuk dari Masdar (kata benda)Â 'istiqama-yastaqimu-istiqamah yang berarti bersikap tegak, lurus, dan stabil. Apabila dijelaskan secara sederhana, kata tegak mengartikan bahwa ia bersifat teguh pada pendirian. Lalu untuk kata lurus maksudnya ialah selalu melihat ke depan dan terus berjalan. Kemudian, kata stabil bermaksud pada konsistensi seseorang dalam memegang teguh keputusan.
Istikamah bisa kita maknai juga dengan kata konsisten. Sikap konsisten diperlukan untuk melahirkan sikap kekokohan, keunggulan, dan kesuksesan. Selain itu, istikamah juga ialah bentuk usaha seorang muslim dalam meneguhkan hatinya agar tidak tergoyahkan akidahnya, meluruskan jalan ibadahnya, dan memperkuat muamalah nya. Intinya, istikamah ini merupakan upaya membentuk pribadi muslim dengan sikap ketangguhan, kesabaran, dan kestabilan.Â
5. Pengendalian Diri
Pengendalian diri bertujuan untuk keberlangsungan hidup manusia dalam upaya meminimalisir segala bentuk risiko agar terhindar dari kerugian, kehilangan, dan penyesalan. Dalam perspektif Al-Qur'an, menerangkan bahwa pengendalian diri didasarkan atas beberapa hal, yaitu a). Perasaan takut akan ganjaran, keadilan, dan pengawasan Allah Swt terhadap makhluk-makhluk-Nya, b). Â Mengorientasikan pada hawa nafsu agar tidak melanggar etika, moral, serta susila, abai dengan akal sehat dan hati nurani, dan merugikan sesama manusia, c). Meyakini dan mengingat bahwa Allah Swt menjanjikan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi orang yang mampu mengendalikan dirinya.
Selain itu, pengendalian diri juga berpengaruh pada stabilitas kepribadian seorang individu. Seseorang yang mampu mengendalikan diri ialah yang tidak memaksakan diri untuk melakukan suatu perbuatan, keputusan, atau kebijaksanaan untuk hal yang di luar kendalinya. Orang yang berhasil mengendalikan dirinya dari dorongan rendah, perasaan cemas dan takut, terutama atas hukuman, pengadilan, dan pengawasan-Nya, maka akan mendapat penghargaan dari Allah berupa syurga yang memberikan rasa aman dan nyaman.
Penulis :Â
1. Erlina Ayu Lestari
2. Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H