SURAT CINTA GIO UNTUK MUTIA
-Oleh Erlina Agustia
Saya bertemu dengannya di saat saya sedang bekerja, di suatu kota besar, Metropolitan. Saya dengannya berbeda umur hanya 2 tahun, dan pastinya saya yang lebih tua. Sebelumya, saya adalah anak yang lahir tanpa kedua orang tua. Saya di buang oleh kedua orang tua saya dan di saat itu, saya beranjak dewasa sendirian. Hidup sendirian bukan berarti saya harus menyerah dan lemah. Hal itu membuat saya untuk bermotivasi lebih tinggi dan menjadi pembelajaran untuk kedepannya.
Sebelum saya mendekatinya untuk mengajak menikah, saya sempat ragu, apalagi banyak orang-orang yang saya lihat, gagal menjalani sebuah keluarga. Banyak orang yang selalu beranggapan bahwa menghadapi suatu pernikahan itu adalah menakutkan, tapi terus terang, saya justru merasa tertantang dan sama sekali tidak ada rasa takut. Mungkin ada rasa ragu. Ragu dengan pikiran saya sendiri bukan orang lain. Tapi, rasa ragu, takut, cemas, semuanya hilang begitu saja ketika saya mengobrol dengan calon mertua saya. Calon mertua saya selalu memberikan semua arahan dan kata-kata bijak untuk menenangkan saya.
Saya masih ingat, di saat saya hendak melamar perempuan cantik itu, saya menangis di hadapan Ayah-Nya. Saya menangis sakit di saat seharusnya saya datang melamar pujaan hati saya dengan orang tua saya; Justru saya tidak. Saya datang sendirian dan berbicara empat mata dengan Ayah-Nya tentang alasan saya datang kerumah putih sederhana itu. Ayah-Nya selalu mengatakan ''tidak apa-apa jika tidak dengan orang tuamu, cukup kamu datang sendirian saja sudah membuat saya kagum.'' Ayah-Nya selalu baik kepada saya dan Ayah-Nya selalu paham bahkan calon mertua saya selalu mengiyakan kondisi saya saat itu.
Kondisi saya saat itu tengah kacau dan sangat sulit saya ungkapkan. Biarkan saya saja yang merasakan-Nya. Saya sangat-sangat beruntung di pertemukan dengan keluarga calon istri saya tersebut. Mereka sederhana dan nggak pernah iri ataupun ingin menang sendiri. Mereka selalu pasrah dan tabah dengan apa yang mereka dapati. Rasa syukur itu membuat mereka tidak pernah kelaparan karena kesederhanaan-Nya.
''Ayah.... Saya memang bukan laki-laki sempurna dan saya juga bukan laki-laki hebat. Namun, saya akan berjanji untuk menjadi yang hebat untuk melindungi putri kecil yang sudah Ayah besarkan bertahun-tahun ini. Saya akan melindunginya dan tidak akan melukainya.'' begitulah kalimat yang saat itu saya lontarkan.
Sendirian mengungkapkan keseriusan adalah hal yang paling menakutkan, penuh tantangan dan juga harus di pikirkan secara matang-matang, ternyata. Saya berfikir di saat itu, saya akan menikahi seseorang yang dijaga mati-matian oleh Ayahnya dan saya berfikir, saya juga harus menjaga seseorang itu seperti Ayah-Nya, menjaga-Nya. Kedua kaki saya bergetar dengan jantung yang berdegup kencang. Napas saya terasa berat, namun dengan tenang dan pelan-pelan saya menurunkan ketegangan itu dan memberanikan diri untuk mengungkpakan semua perasaaan saya. Di kala itu.
Mari kita rayakan keindahan ini sampai semesta menjadikan kita keluarga yang bahagia.
Bersamamu kehidupan saya semakin menjadi indah dan berwarna.
''Cari yang ganteng, dan mapan. Memang banyak, tapi, cari yang benar-benar mau nepatin janji itu susah.'' ucap perempuan itu kepada saya. Perempuan itu tertawa kecil dengan menepuk pelan pipi saya.Â
Saya pun mengangguk dan memeluk erat tubuhnya. ''Jangan pernah tinggalin saya sendirian disini. Jangan pernah tinggalin saya. Saya benar-benar tidak sanggup ketika kamu pergi. Sedetik pun, saya tidak akan membiarkan dirimu hidup tanpa saya.'' balas ku saat itu.
Senyumnya cantik.
Saya suka.
Saya semakin jatuh cinta.
Tak lama dari hari saya melamar, keesokannya saya sesegera mungkin menikahinya dengan sederhana, sesuai permintaanya. Lalu saat saya memegang tangan Ayah-Nya untuk melaksanakan ijab qabul, saya justru menangis. Laki-laki arogan ini ternyata bisa menangis. Apalagi menangis di hari kebahagiaanya. Di hari itu saya berhasil menjadikan perempuan pandangan pertama saya sebagai istri dunia-akhirat saya.
Surat cinta ini saya tulis disaat saya berhasil menjadikan perempuan itu sebagai istri saya. Saya awali dengan ijab qabul, lalu saya jaga dia dan menjadikan perempuan itu sebagai pelabuhan terakhir saya. Mungkin, kalimat yang cocok untuk dirinya adalah 'Perempuan cantik dan pelabuhan terakhir'. Takdir yang tidak sengaja bertemu namun menumbuhkan sebuah rasa penasaran saya--- lalu saya penasaran dan ternyata, saya jatuh cinta di pandangan pertama itu. Awal pertemuan itu, ternyata awal dari segalanya di dalam hidup saya.
Surat cinta ini adalah hal yang ingin saya sampikan kepadanya dengan indah dan cantik. Layaknya saya yang selalu memanggilnya dengan panggilan yang indah dan cantik pula. Di kala itu, saya selalu memanggil perempuan milik saya dengan panggilan Bulanku, Semestaku, Cecintaku, Bintangku, dan juga Duniaku. Terlihat alay, 'ya? Namun saya rasa, panggilan itu adalah bukti rasa cinta dan sayang saya dengan istri saya.
Menurut saya, panggilan itu sangat sederhana. Semuanya adalah panggilan cantik saya untuknya. Panggilan sederhana yang mewarnai dunia layaknya keindahan yang setiap hari manusia pandang sebagai momen terindah di dunia. Tapi, di kisah kali ini, saya hanya ingin saya yang boleh memandanginya dan hanya saya yang boleh jatuh cinta kepadanyaÂ
Semua perasaan cinta akan terbingkai dan tertulis indah pada surat yang ingin saya tunjukkan untuknya, Seseorang yang saya cintai dan saya harap mampu menyentuh hatimu meskipun hanya lewat kata-kata singkat. sebab, saya sudah kehabisan akal untuk sebuah aksi yang harus saya perbuat. Maka dari itu saya hanya bisa melanjutkan-Nya dengan kata-kata yang mampu saya tuangkan dan saya anggap mampu untuk menjadi bagian dari perjalanan cinta ini, yang saya harap tidak akan usai sampai kapan pun.
Kamu tahu, disaat saya mengikrarkan ijab qabul, saya semakin bertambah untuk jatuh cinta kepadamu. Tidak ada kata-kata lain selain sempurna untukmu.Â
            Â
        Â
               I just want you
Terima kasih telah menerima saya. Intinya, saya sangat-sangat mencintaimu, menyayangimu, apalagi menjadikanmu istriku.
Surat cinta dari Gio untuk Mutia adalah tanda cinta saya saat ini kepada istri saya. Istri saya hebat saat melahirkan buah hati saya yang berjenis laki-laki. Istri saya mempertaruhkan nyawanya dan menahan kesakitannya untuk melahirkan dan menjadikan saya berganti status menjadi seorang Ayah dan istri saya yang berganti pula menjadi seorang Ibu.Â
Saya harap, kami akan bersama selamanya sampai mati, bahkan saya berharap perempuan itu akan tetap menjadi istri saya di akhirat kelak. Saya harap, kami berdua akan pergi bersama.Â
SURAT CINTA GIO UNTUK MUTIA
SEMESTA TAK AKAN MEMBENCI KITA YANG PERGI
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI