Menulis tentang KOSP dan P5 tentu beda dengan menulis fiksi atau sastra lain.
Jika saat menulis novel atau cerpen kita bisa berimajinasi, dalam menulis KOSP dan P5 tentu saja harus based on data.
Respon terhadap WB dari narasumber adalah dengan melawannya, dengan vitamin tambahan yaitu kesadaran bahwa dirinya sedang ber 'hutang' tulisan kepada teman.
- mulai membedah kembali catatan selama mengikuti workshop.
- ikut terlibat aktif dalam diskusi di salah satu grup WA terkait KOSP.
- kembali mempelajari buku-buku panduan terkait KOSP, P5 dan asesmen yang diluncurkan Kemendikbud ristek.
- rela duduk selama 4 jam di depan laptop untuk membuat 4 halaman artikel di Kompasiana
Tujuannya tentu saja, untuk meminimalkan miskonsepsi dalam tulisan yang dibuat.
Saat membaca artikel tersebut, mungkin masih akan mendapatkan salah ketik.
Hal itu sengaja dibiarkan sebagai pengingat bahwa setinggi apa pun jam terbang dalam menulis, kita tak kan luput dari kesalahan.
Tapi ini bukan untuk ditiru, dilain kesempatan kalau ada yang salah ketik, perlu arahan lebih jauh maka dilakukan juga pengeditan.
Setelah saya bagikan, alhamdulillah ternyata responnya bagus. Tulisan tersebut menjadi rujukan sekolah lain dalam mengawali in house training nya
Apa kaitannya kisah tersebut dengan materi kita malam ini? Jawabannya kembali ke pertanyaan di awal:
Hal apa yang membuat Ibu Bapak tiba-tiba tidak bisa menulis?
Jawaban beragam dari Ibu dan Bapak di polling awal menunjukkan bahwa penyebab WB pun bisa berbeda-beda untuk setiap orang.