Mohon tunggu...
Erlina Widjaja
Erlina Widjaja Mohon Tunggu... Guru - Kepala PKBM SOLUSI MANDIRI SENTOSA

Saya seorang Kepala Satuan Pendidikan Non Formal di Jakarta Barat. Hobi saya membaca, menulis, belajar dan mengajar, serta suka menjadi penolong bagi sesama dalam kesulitan dan permasalahan hidupnya. Rindu ikut serta memajukan pendidikan di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Rahasia Bakat dan Minat di Balik Celotehan Anak

29 Juni 2023   20:27 Diperbarui: 30 Juni 2023   03:09 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di suatu pagi, seorang anak melihat ibunya pulang dari pasar membawa begitu banyak sayuran. Dengan wajah ceria, dia menyambut sambil berloncat-loncat kecil...membututi ibunya dari belakang ke arah dapur.

Saat makan siang, sang anak berkata, "Ibu... Kalau Adi besar nanti Adi mau jadi tukang sayur, yang dorong-dorong bawa gerobaknya, ah!"

Jika kita berdiri di posisi orangtua Adi, kira-kira apa respons kita terhadap celoteh dari Adi tersebut?

Bisa jadi kita akan berkata, "Ih, cita-cita kok jadi tukang sayur? Yang keren dikit dong!"

Atau kita berucap, "Emang Adi ga malu, cuman mau jadi kayak Bang Minuk yang dorong sayur di depan rumah teriak sayurrr... sayuurrr...?!!"Dan mungkin masih banyak komentar lainnya, yang serupa.

Bapak/Ibu pendidik hebat. Bila situasi itu terjadi di kelas kita, terhadap salah satu peserta didik kita, apa kiranya respons Bapak/Ibu?

Akankah kita berespons hal yang serupa terhadap si Adi? Sebenarnya di usia berapakah waktu yang tepat untuk mengeksplore dan mengenal bakat dan minat anak? Saat mereka sudah mulai remaja? Pemuda/pemudi?

Di masa remaja, seorang anak sedang bergumul untuk menemukan jati dirinya, mereka cenderung lebih menyukai untuk melihat dan meniru serta ingin menjadi seperti idola mereka.

Kondisi seperti itu, justru bisa mengkontaminasi kemurnian passion mereka. Bukankah dengan demikian lebih sulit mengenalinya?

Di usia pemuda dan pemudi, passion seseorang biasa sering tersamar dengan dorongan yang lebih besar untuk beroleh uang demi kehidupan di masa depan ketimbang benar-benar menggali minat dan bakat diri mereka.

Sekalipun saat ini dengan sejumlah uang kita bisa saja pergi ke psikolog dan mujurnya untuk kita di zaman ini tersedia perangkat alat asesmen, yang dapat membantu dalam mengenali minat dan bakat diri. Namun amat disayangkan, bukan bila kita melewatkan masa kanak-kanak dengan kemurnian hati nuraninya, mengungkapkan isi hati dorongan yang terdalam dari dirinya, kita abaikan?

Padahal bila kita dapat menangkap momen-momen celoteh anak di usia dini, maka kita akan beroleh informasi, data untuk memperkuat pengenalan kita akan bakat dan minat mereka. Karena di usia paling dini tersebut sebenarnya semua keberadaan yang murni dari dasar hati anak yang terucap. Sebagai orangtua/pendidik akan beroleh kesempatan lebih menyiapkan anak tersebut dari awal.

Kesempatan mendengar celoteh seperti yang disampaikan Adi adalah momen paling tepat untuk bertanya dan menggali lebih jauh bakat dan minat anak/peserta didik.

Tanggapi dengan penuh penghargaan, apapun ungkapan polos isi hati mereka tersebut. Berikutnya kita dapat bertanya lebih jauh: "Oh, Adi suka berjualan sayur?", "Apa yang Adi sukai dari penjual sayur?"

Perhatikan jawaban yang bisa beragam pada setiap anak..

Bisa saja Adi menjawab:

1. "Adi suka karena penjual sayur itu suka menolong ibu agar tidak lelah angkut sayur tiap hari dari pasar"

2. "Adi suka karena sayur itu sehat, supaya semua orang jadi sehat badannya karena membeli sayuran yang Adi jual"

3. "Adi lihat tukang sayur itu bisa dapat uang untuk mengganti sepedanya menjadi motor!"

Bapak ibu dan para guru hebat, dari ketiga macam jawaban tersebut, sebenarnya gambaran besar apa yang bisa kita mulai tangkap terkait minat dan bakat masing-masing peserta didik kita?

Untuk Jawaban pertama, dapatkah kita menangkap apa passion dari si Adi ?

Ya, dia memiliki dorongan kuat dalam hal menolong sesama, dan itu kemungkinan besar si Adi memiliki minat bakat terkait hal-hal di bidang sosial kemasyarakatan.

Orangtua dan pendidik dapat mencatat dan menggunakan ketertarikannya tersebut, sebagai pintu masuk pembelajaran pengetahuan di bidang yang lain.

Berikutnya, pada jawaban kedua, terbaca si Adi lebih memiliki kecenderungan minat dan kepedulian terkait dunia kesehatan, dan makanan bergizi? Semua bidang terkait hal Kesehatan biasanya dia akan sangat berminat.

Gunakan hal tersebut untuk Adi mengembangkan potensi dirinya dengan maksimal melalui dunia Kesehatan dan gizi.

Jawaban ketiga, si Adi lebih cenderung memiliki dorongan kuat dalam beroleh keuntungan, sehingga bisa memenuhi kebutuhannya. Kemungkinan besar dia memiliki passion dalam berbisnis.

Tentunya semua masih mesti ditangkap dan dieksplore berulang kali, sambil mengamati perilaku dan kesukaan anak sedari kecil. Namun saat bakat minat itu tertangkap jangan lupa memfasilitasinya.

Putra sulung kami, sedari usia 2 tahun sudah terlihat sangat menyukai hal-hal berbau elektronik tapi terkait tape, speaker, kabel, dan musik.

Semua benda bisa dijadikan sebagai imajinasi alat musik. Sapu kecil/bulu ayam pembersih/tongkat dijadikannya gitar, panci dan bantal guling dijadikannya alat musik drum serta kardus/laci-laci plastik dijadikannya sound sistem dengan tali kaset rusak yang diimajinasikannya sebagai kabel terhubung satu dengan yang lain.

Rumah serasa kapal pecah bersliweran tali kaset ditarik ke kanan dan ke kiri. Tapi dia sangat menikmati permainan itu. Saat ada yang memberinya hadiah mobil-mobilan kecil, dia tidak terlalu minat memainkannya. 

Melihat kecenderungannya seperti itu, kami membelikannya gitar mainan kecil. Eh di usia 4 tahun berulang kali ayahnya memimpin pujian ibadah dan main gitar di sebuah perkumpulan, dia akan duduk di sampingnya dan memainkan gitar plastiknya yang dibawa kemana-mana. Herannya, tempo, petikan dan perpindahan chord bisa diikutinya dengan tepat walau belum tahu menekannya seperti apa.

Sekarang si sulung telah menikah dan berkarier di bidang musik, sound system dan hal-hal serupa itu. Berkuliah juga memilih jurusan musik. Itu adalah pekerjaan yang digemarinya dan menjadi passionnya sejak kecil.

Dapat kita bayangkan, hal apa yang terjadi bila kita menjawab celoteh Adi seperti jawaban pengandaian dari cara para orangtua tadi, apalagi menertawakannya, lalu tidak peduli bahkan melarang anak berekplorasi dengan imajinasinya, karena tidak menyukai rumah bersliweran kabel imajinasinya?

Dia akan tidak terstimulasi untuk leluasa mengungkapkan pendapatnya, mengembangkan passionnya.

Dia akan lebih berpikir, "Ah, ntar aku ditertawakan. Mereka tidak menyukai ceritaku. Mereka tidak menyukai apa yang menjadi kesukaanku. Lebih baik aku diam saja atau lebih baik aku lakukan yang membuat mereka senang saja."

Siapa yang rugi? Tentunya kita, sebagai orangtua ataupun guru

Mereka tidak menjadi diri mereka sendiri. Dan kesempatan mengeksplorasi serta menangkap minat serta bakat peserta didik atau anak kita berlalu.

Padahal bila dari dini kita mengetahuinya, akan sangat powerfull memfasilitasi perkembangan diri anak terkait minat dan bakatnya.

Bahkan kita bisa meneguhkan passion mereka dengan ungkapan yang membangun, misalnya: "Dari pengamatan mama/papa/ibu/bapak guru, Adi memiliki kemampuan yang kuat dan bagus, lho dalam menolong teman-teman."

"Wah, permainan gitar kamu tadi sudah secanggih papa. Bakat musik ini bagus dan perlu dilatih terus, Adi." dll ungkapan yang meneguhkan keberbakatan dan minatnya

Pembelajaran akan lebih mudah dilakukan bagi si Adi yang menyukai musik, adalah saat dilakukan melalui lagu, bernyanyi memainkan alat musik sederhana, mengarang lagu dll

Anak makin bangga dengan dirinya, dan percaya diri dengan minat serta bakat yang ada dan mendorong dirinya.

Selamat menggali bakat dan minat peserta didik ataupun anak-anak kita, bapak dan Ibu guru hebat, beserta para orangtua hebat. Tak pernah disesali upaya kita menggalinya sedari usia dini hidup mereka.

Bila dapat diilustrasikan, sebagai busur dan anak panah..maka anak-anak/murid-murid kita adalah anak panah tersebut.

Marilah kita menjadi busur yang cukup lentur dan terlatih ditangan sang pahlawan yaitu Sang Pencipta kehidupan mereka. Agar kita dapat melepas mereka dengan tepat ke arah masa depan mereka, sesuai kehendak Sang Pencipta yang telah menciptakan kehidupan mereka, dengan minat bakatnya yang unik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun