Mohon tunggu...
Erli Dayinati
Erli Dayinati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Medan

-

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tradisi dan Seni, Eksplorasi Kesenian di Tumpang, Keunikan Topeng Malangan di Sanggar Lintang Pandu Sekar

11 Maret 2024   07:01 Diperbarui: 11 Maret 2024   08:03 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Tim Kelompok Gajayana

Sanggar Lintang Pandu Sekar adalah sebuah sanggar seni topeng di kecamatan Tumpang, Malang, Jawa Timur. Sanggar ini dikelola oleh bapak Imam, di sanggar ini tidak hanya mengajarkan kesenian topeng malangan terhadap anak-anak saja,melainkan telah membina anak-anak mulai dari usia 2 tahun hingga lansia berusia 75 tahun, dan tentunya sanggar seni ini telah memiliki beberapa cabang di daerah Malang, tidak hanya di kecamatan Tumpang saja.

Topeng Malangan diketahui sudah ada sejak abad ke-8 Masehi. Mulanya, topeng malangan ini bersifat sakral. Namun, seiring perkembangan zaman, pada saat masa kerajaan Mahajapahit topeng digunakan untuk hiburan namun hanya pada kalangan bangsawan saja, tidak untuk masyarakat kalangan bawah, dan setelah hancurnya kerajaan Majapahit, seni topeng ini tidak hancur, namun sempat menghilang. Sejak saat itu, dari pemerintah kabupaten Malang mengembangankan kembali kesenian topeng hingga saat ini.

Dokumentasi Tim Kelompok Gajayana
Dokumentasi Tim Kelompok Gajayana

Terdapat 250 karakter  topeng Malangan, namun karakter tokoh topeng yang paling utama yang paling terkenal adalah tokoh Panji, tokoh Panji dikenal di seluruh dunia. Panji Asmoro Bangun, Panji Asmoro Bangun adalah tokoh protagonis dalam cerita, yang memainkan peran sentral untuk mengatur perkembangan konflik.

Panji Asmoro Bangun ialah seorang pangeran yang gagah berani, romantis, dan memiliki banyak petualangan. Wajahnya dihiasi dengan warna hijau sebagai cerminan karakternya yang baik hati , memiliki sifat jujur, sabar, dan kepahlawanan.

Selain tokoh panji,terdapat tokoh Klana Sewandana, Klana Swandana merupakan tokoh antagonis yang menjadi musuh dari Raden Panji. Tokoh ini memiliki wajah berwarna merah yang menandakan ia seorang pemarah dan juga pemberani. 

2 tokoh tersebut bermusuhan, tetapi apabila saat terjadi peperangan tokoh yg kalah adalah tokoh Klana, tetapi meskipun begitu, tidak ada kematian pada saat peperangan. Terdapat 250 tokoh topeng, tetapi adanya 249 tokoh lainnya tersebut ada karena tokoh panji.

Proses pembuatan, topeng ini terbuat dari kayu cendana,pada tahap pertama pembuatan topeng Malangan adalah memilih jenis kayu yang cukup tua. Tujuannya agar saat diukir tidak rusak karena memiliki struktur kayu yang lebih kuat. Membuat topeng ini dapat dilakukan pada hari khusus, seperti pada tanggal di kalender jawa, legi , kliwon dll.

Pembuatan topeng Panji, sangat menghargai alam, seperti pada saat memotong kayu, kayu tidak langsung di tebang,melainkan melakukan ritual terlebih dahulu, kayu tidak boleh di potong sampai akar, harapannya supaya tidak musnah dan dapat tumbuh kembali, dan tidak boleh menyentuh tanah, karena dapat menyebabkan energi akan diserap kembali oleh bumi.

Dahulu ada yang berpendapat,topeng sebagai penutup wajah jenazah. Alasan topeng menggunakan bahan kayu Cendana, karena pada kepercayannya dapat menghantarkan roh ke yang maha kuasa(kepercayaan pada  dahulu). Ukiran pada topeng memiliki arti,kenapa topeng malangan tidak bisa punah, hal tersebut dikarenakan filosofi di topeng hijau ornamen adalah lunglungan,yang  artinya turun temurun (ornamen pada topeng panji).

Dokumentasi Tim Modul Gajayana Mengikuti Latihan Tari Topeng
Dokumentasi Tim Modul Gajayana Mengikuti Latihan Tari Topeng

Dokumentasi Tim Modul Gajayana Pada Penampilan Tari Topeng Oleh Siswa Sanggar Tari
Dokumentasi Tim Modul Gajayana Pada Penampilan Tari Topeng Oleh Siswa Sanggar Tari
Pada sanggar ini juga mengajarkan seni tari topeng, seni tari topeng pada saat ini biasanya ditampilkan bebas, seperti contohnya ditampilkan pada saat penyambutan tamu, festival, pengiringan jenazah. Pada dahulu tari topeng  wajib dilaksanakan di istana kerajaan,tari topeng juga tarian yang sakral,ketika seseorang ingin belajar tari topeng,maka harus dalam keadaan bersih dan suci.tari topeng memiliki filosofi, filosofinya harus benar- benar suci, tidak diperbolehkan bercanda pada saat belajar tari ini,karena sakral,dan harus sudah baligh, anak-anak tidak diperbolehkan untuk belajar tari ini.Pada saat melaksanakan tari juga tidak diperkenankan menggunakan alas kaki,mengapa demikian,karena harus menyentuh tanah langsung dalam keadaan lokasi yang sudah dibersihkan,hal tersebut adalah filosofi "Kesuburan",yang dipercaya dan diharapkan akan menjadikan tanah subur ,namun saat ini sudah bebas dan dapat dilaksanakan sebagai hiburan.

Dokumentasi Tim Modul Gajayana
Dokumentasi Tim Modul Gajayana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun