Presiden Jokowi, di minggu yang lalu resmi menunjuk bos perusahaan startup Gojek Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) untuk periode 2019-2024.
Nadiem yang di anggap mewakili kalangan milinial akan memimpin salah satu kementerian yang paling banyak mendapat porsi APBN. Sehingga mau tidak mau, Nadiem akan sangat disorot dalam memimpin Kemendikbud.
Meski bergelar MBA dari Harvard University Nadiem tidak pernah sekalipun berkecimpung di dunia pendidikan. Terutama yang berkaitan dengan pengambilan kebijakan di ranah pendidikan.
Nadiem adalah seorang pengusaha, pengusaha teknologi yang berhasil membuat ojek online mencapai level Decacorn dengan nilai valuasi Triliyunan rupiah. Itu bidangnya Nadiem, dan tentunya sangat menginspirasi banyak anak muda Indonesia. Bahkan sebelum merintis perusahaannya sendiri, Nadiem juga sudah aktif di stratup e-comerce, Zalora.
Sebagaimana pengakuan Nadiem sesaat setelah dilantik, bahwa Presiden memilihnya lantaran dianggap lebih tau akan masa depan. Masa depan yang dimaksud disini adalah masa depan perkembangan teknologi dan juga informasi.
Kecerdasan buatan dan big data dianggap sangat identik dengan sosok Nadiem yang merupakan CEO Gojek. Tidak hanya sekadar mengerti, bahkan Nadiem mampu mengubahnya menjadi bisnis yang dapat memecahkan masalah sosial (social problem) seperti pengangguran.
Namun, kita sebagi publik patut bertanya apakah Nadiem sanggup membawa ide 'gojek' itu ke dalam birokrasi seperti Kementerian Pendidikan. Karena, Kementerian Pendidikan bukan sebuah perusahaan, sementara murid ataupun guru tetntu harus dipandang sebagai sebagai sdm-sdm bangsa yang potensial.
Startup Pendidikan
Barangkali banyak orang yang bertanya kenapa seorang Nadiem Makarim justru ditempatkan sebagai Mendikbud dan bukannya sebagai Menteri Perhubungan. Bukankah selama ini, bisnis yang digeluti Nadiem itu beririsan dengan dunia transportasi? Tentu yang bisa menjawab ini hanyalah Presiden Joko Widodo sebagai pemegang hak prerogatif pemilihan Menteri di kabinetnya.
Namun, ada beberapa point yang menurut saya harus menjadi perhatian serius seorang Nadiem jika ingin menjadi Menteri Pendidikan yang sukses. Pertama, Guru dan Murid dalam cara pandang Kementerian Pendidikan sudah seharusnya ditempatkan sebagai pelaku pendidikan.
Kemendikbud punya tanggung jawab terhadap guru dan murid yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sumber Daya Manusia ini harus mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak dan juga merata. Mereka memiliki hak untuk terdidik, tumbuh dan berkembang pada setiap jenjangnya. Ini harus dilihat secara serius oleh Nadiem. Berbeda dengan driver Gojek yang tidak memiliki jenjang karir dalam pekerjaannya.
Kedua, yang harus menjadi perhatian Nadiem sebagai Menteri Pendidikan dan bahkan semua pihak eksekutif kedepan, adalah masalah SDM-SDM yang tidak mampu diberdayakan.
Hilangnya beberapa jenis lapangan pekerjaan sebagai efek daripada perkembangan teknologi -di mana mesin dan kecerdasan buatan begitu canggih- harus mampu dijawab oleh Nadiem Makarim dan Kementerian Pendidikan. Karena tugasnya kedepan bukan hanya sekadar menyelesaikan persoalan kualitas sumber daya manusia, tapi bagaimana SDM-SDM tersebut juga memiliki kemampuan yang relevan hingga layak untuk diberdayakan.
Jika hal itu tidak terjadi, maka bonus demografi Indonesia selama fase menuju seratus tahun Indonesia di tahun 2045 hanya akan menjadi sia-sia. Gagapnya generasi akan perkembangan teknologi dan berkurangnya jenis pekerjaan akan jadi masalah di kemudian hari jika tidak segera dicarikan solusinya.
Saat ini sebenarnya, beberapa perusahaan startup yang fokus di dunia pendidikan sudah mulai masuk ke ranah tersebut. Salah satu yang saya lihat adalah  Startup pendidikan GreatEdu. Dalam fitur yang ditawarkan, GreatEdu menurut saya mencoba mengantisipasi tantangan sumberdaya yang tidak bisa diberdayakan ini dengan cara  mengembangkan skill.Â
Dalam aplikasinya yang sudah tersedia di Play Sotre dan App Store, pengembangan skill ini disebut sebagai Great Skill. Fitur Great Skill disebut sebagai jawaban untuk mengembangkan skill daripada murid-murid. Murid-murid yang tertarik dengan belajar kepenulisan, membuat video, menjahit, memasak dan lain-lain dapat difasilitasi oleh GreatEdu denganc ara memberikan pelatih-pelatih yang profesional di bidangnya.
Selain itu, startup-startup pendidikan yang lain di luar sana, menurut saya juga banyak yang memiliki ide dan jawaban untuk menjawab persoalan generasi dalam bonus demografi ini.Â
Terakhir, tentu kita berdo'a agar Kementerian Pendidikan dibawah kepemimpinan Nadiem mampu menjadi lembaga yang efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita. Sementara itu kita percaya bahwa Nadiem, walaupun masih berumur 30-an bukanlah anak kemaren sore. Kepiawayannya memimpin Gojek sudah terbukti. Sehingga perusahaan rintisan itu kini menjadi salah satu perusahaan yang berkembang dan sangat diperhitungkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI