Mohon tunggu...
Rohmatul Jamilah
Rohmatul Jamilah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Tak ada perjuangan yang sia-sia. Tetap semangat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Emakku, Panutan, dan Guru Sejatiku

6 Desember 2020   13:35 Diperbarui: 6 Desember 2020   13:57 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*******

"Emak akan berjuang untuk sekolah kalian, tidak usah minder meskipun kita miskin dan rumah kita jelek. Emak dan bapak hanya bisa mewariskan ilmu. Tidak bisa mewariskan harta pada kalian. Dengan ilmu itulah kalian bisa memiliki harta kelak. Tuhan akan membersamai dan meridai hambanya yang berjuang dalam menuntut ilmu. Sebab menuntut ilmu itu perkara wajib, Nak." Kata-kata emak ini masih membekas kuat dalam memori ingatanku. 

Kata-kata itu disampaikan waktu kakakku naik kelas 6. Emak berpesan agar kami belajar dengan sungguh-sungguh untuk bisa diterima di sekolah-sekolah negeri setelah menamatkan pendidikan dasar di madrasah. Semangat emak mengajarkan kami tentang kemandirian, tanggung jawab, kedisiplinan, kegigihan, dan semangat dalam berjuang. 

Selain harus giat belajar dan juga membantu emak bekerja sebisa mungkin, kami juga harus berupaya untuk mendapatkan biaya sekolah sampai tinggi. Karena itulah kami berusaha untuk mendapatkan beasiswa sebagai siswa yang berprestasi di sekolah.

*******

Bapak berpulang waktu adik terkecil kami masih berusia lima tahun. Kakak tertuaku sudah tamat S1 dan sudah bekerja. Hanya aku yang sudah berkeluarga waktu itu. Setamat Diploma 3 IKIP Malang, aku menjadi guru honorer di sebuah sekolah swasta. Satu tahun berikutnya Tuhan mempertemukanku dengan jodoh yang juga tenaga honorer. 

Anak pertama kami masih berusia dua tahun waktu kakeknya meninggal dunia. Bersyukur suami tidak keberatan jika saya harus tetap membantu emak dan kakak dalam membiayai sekolah adik-adik, meski untuk menutup kebutuhan keluarga kami sendiri pun mungkin masih dirasa kurang. Namun semua ilmu dan tauladan yang emak ajarkan kepada kami tidaklah sia-sia. Dengan memberi dan berbagi, maka keperluan kita sendiri akan dicukupi oleh Alloh dari jalan yang tak pernah disangka-sangka.

Pernah suatu ketika, aku bingung dan linglung sebab tak tahu harus berbuat apa untuk sesaat. Waktu itu aku masih kuliah dan harus tinggal indekos, sebab jarak rumah dengan kampus tidak memungkinkan untuk perjalanan pulang pergi. Biasanya aku pulang di akhir bulan untuk menengok keluarga dan mengambil biaya hidup selama satu bulan di tempat indekos. Meski tidak seberapa namun momen ini cukup bagiku untuk melepas rindu pada emak, bapak, dan saudara. 

Tiba-tiba datang teman satu kampung yang menyampaikan titipan dari emak. Sebuah amplop yang tertutup rapat.  Buru-buru kubuka dan kulihat isinya. Aku terduduk lemas saat aku tahu apa isinya. Sepucuk surat dengan tulisan pegon yang isinya permintaan maaf emak bahwa bulan ini emak hanya bisa memberikan separuh saja dari jatah uang sakuku. 

Kebutuhan adik-adik lebih mendesak untuk didahulukan. Aku harus banyak puasa dan ngirit katanya. Ya Alloh, diberi penuh saja hanya cukup buat makan. Aku tak pernah bisa ikut jajan bersama teman-teman, apalagi hanya separuh. Di akhir surat, emak memberikanku keyakinan bahwa Alloh tidak akan meninggalkan hambanya yang sabar dan tawakkal.  

Aku menghela napas panjang. Pelajaran hidup yang emak berikan selama ini mengajarkanku untuk kuat. Dan benar saja, hari itu juga seusai sholat berjamaah di masjid, seorang ibu menawariku untuk memberikan privat mengaji buat kedua anaknya di rumah. Subhanalloh, ibu itu baik dan dermawan. Selain diberikan gaji privat, aku juga sering diajak makan di sana atau kadang diberi oleh-oleh hingga aku tak harus minta jatah bulanan lagi kepada emak. Satu lagi pelajaran yang emak berikan berpengaruh besar dalam hidupku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun