Ketiga, melakukan asesmen pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Karakteristik asesmen yang dilakukan harus mengacu pada panduan asesmen yang telah ditentukan oleh Pusat Asesmen dan Pembelajaran (Pusmenjar), selaku lembaga yang berwenang dan bertanggung jawab dengan asesmen secara nasional.
Guru dapat aktif belajar dan mendalami asesmen pembelajaran yang dikehendaki pemerintah melalui Pusmenjar. Banyak modul, buku panduan  asesmen di laman Pusmenjar yang dapat diunduh dan dibaca oleh guru.
Melalui contoh dan pemodelan yang ada, guru diharapkan mampu menyusun asesmen pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa  selama masa pandemi. Oleh karenanya, guru harus berani keluar dari pola pikir  asesmen yang menguji hafalan saja. Guru harus mau melakukan eksplorasi menyusun asesmen yang menguji tingkat berpikir  tinggi siswa.
Tentu, untuk menyusun sebuah asesmen yang standar dan ideal sesuai yang diharapkan banyak membutuhkan pemikiran dan proses trial and error. Namun, setidaknya guru dapat mengawali dengan membiasakan diri melakukan  asesmen secara lisan. Salah satunya dalam bentuk mengajukan pertanyaan yang meminta siswa berpikir kritis.
Jika guru mau dan mampu beradaptasi dengan pola penilaian AKM ini, proses pembelajaran di kelas akan berlangsung dengan dinamis dan dialogis. Setiap pembelajaran yang berlangsung siswa akan diajak untuk berlatih  berpikir, berekspresi  dengan pendapatnya sendiri dan merefleksi apa yang telah dibacanya.
Proses pembelajaran seperti inilah sebenarnya yang dikehendaki oleh pemerintah, yaitu bagaimana menumbuhkan kemampuan berpikir siswa dalam proses pembelajaran di kelas tanpa harus terbebani meraih sebuah standar nilai.
Berapa pun nilai yang diraih siswa  dalam pola penilaian AKM akan dijadikan alat ukur untuk proses perbaikan hasil belajar. Inilah fungsi penting AKM di era pandemi, yaitu dapat memotret secara utuh kompetensi siswa tanpa kehilangan esensi standar minimum dan membelenggu kemerdekaan belajar siswa.
Pandemi COVID-19 merupakan musibah kesehatan yang tidak pernah terduga sebelumnya. Hal ini sangat berdampak pada semua aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan.
Guru selaku pelaksana kurikulum di ruang kelas hendaknya bijak beradaptasi. Dalam kondisi ini, petuah yang telah diwariskan Ki Hajar Dewantara kiranya  dapat menjadi arah pedoman  bagi semua guru.
 "Ing Ngarso Sun Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani". Guru di depan  harus dapat memberi teladan, di tengah membimbing  dan di belakang mendorong dengan bentuk dan cara apa pun. Mari, Kita lakukan bersama!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H