Era pandemi COVID-19 mengharuskan pembelajaran tatap langsung ditiadakan. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) via daring maupun luring pun menjadi sebuah alternatif. Penerapan pola pembelajaran dari tatap muka ke PJJ di lapangan tidak mudah.
Hal ini dikarenakan  proses pembelajaran sangat bergantung kepada kesiapan guru, siswa, orang tua dan  sarana seperti laptop, telepon pintar, sinyal dan kuota internet.
Banyaknya faktor yang memengaruhi jalannya PJJ menjadikan proses pembelajaran mengalami reduksi masa belajar dan cakupan materi yang harus dikuasai siswa. Hal ini juga menyebabkan relaksasi regulasi pendidikan.
Dalam hal ini, Kemendikbud telah menyikapi kondisi pendidikan dalam pandemi Covid-19 dengan berbagai kebijakan seperti Kurikulum Darurat dan pembelajaran adaptasi di tengah pandemi Covid-19 sebagaimana diatur dalam Kepmendikbud Nomor 719/P/2020 (kemdikbud.go.id)
Kebijakan kurikulum darurat harus disikapi dengan tepat dan cermat oleh guru selaku pelaksana kurikukum di sekolah. Guru harus dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Jika dicermati, esensi dalam kurikulum darurat tersebut adalah melakukan pembelajaran  fleksibel sesuai kondisi masing-masing daerah dengan tetap berada dalam standar minimum kebijakan yang telah ditetapkan.
Setidaknya, ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh guru menyikapi kebijakan kurikulum darurat tersebut. Pertama, guru harus melakukan asesmen diagnosis awal. Tujuan dari perlakuan asesmen ini adalah untuk memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum paham.
Dengan demikian, guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa (Buku Saku Asesmen Diagnosis Kognitif Berkala, Pusmenjar).
Kedua, menyusun rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa satuan pendidikan. Guru tidak lagi dituntut untuk menyelesaikan semua materi sehingga guru dapat melakukan merdeka belajar.
Guru dapat mengeksplorasi materi, metode pembelajaran dan penilaian  dengan mengaitkan pada dampak perkembangan COVID-19. Pada tataran siswa rendah (PAUD-SD), guru dapat melakukan pembelajaran kontekstual dengan menguatkan kebiasaan hidup sehat dengan masker dan cuci tangan misalnya.
Pada tataran siswa menengah (SMP-SMA), guru dapat melakukan eksplorasi pembelajaran dengan menguatkan karakter siswa tentang bagaimana menyikapi dampak negatif COVID-19, cara menjalani taranan baru ( new normal), PJJ, dan mengikuti webinar produktif. Dengan melakukan pembelajaran kontekstual, siswa diajak untuk menyikapi dengan tepat dan bijak  tatanan baru pendidikan di era pandemi.