Mohon tunggu...
Erinna Tan Christin
Erinna Tan Christin Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

:)

Selanjutnya

Tutup

Film

Mengapa Toleransi itu Penting? Resensi Film "Tanda Tanya"

13 Maret 2022   21:45 Diperbarui: 15 Maret 2022   10:54 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film "Tanda Tanya"/Dok Mahaka Pictures


Film “Tanda Tanya” merupakan sebuah film bergenre drama religi yang diproduksi oleh Dapur Film & Mahaka Pictures. Film berdurasi 100 menit ini dirilis pada 07 April 2011 dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Sementara skenario drama ini ditulis oleh Titien Wattimena. Di dalam film ini terdapat banyak aktor dan aktris berbakat yang ikut mengambil peran antara lain, Reza Rahadian sebagai Soleh, Revalina S. Temat sebagai Menuk, Agus Kuncoro sebagai Surya, Endhita Wibisono sebagai Rika, Rio Dewanto sebagai Ping Hen / Hendra, Hengky Solaiman sebagai Tan Kat Sun, dan Deddy Sutomo sebagai Romo Dwijo.


Sinopsis Film "Tanda Tanya"


Film “Tanda Tanya” menceritakan kehidupan dari 3 keluarga dimana masing-masing keluarga memiliki latar belakang dan keyakinan yang berbeda. Ada yang keluarga beragama Islam, ada yang beragama Katolik, dan ada juga yang beragama Buddha. Mereka hidup berdekatan di sebuah lingkungan yang bernama daerah Pasar Baru, Semarang. Lingkungan tersebut diwarnai dengan keanekaragaman budaya dan agama. Namun terkadang sebuah keberagaman dalam masyarakat tidak selalu berjalan mulus karena adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Mereka yang tinggal di lingkungan tersebut masih harus menghadapi konflik-konflik masyarakat dan permasalahan yang ada. 

Keluarga pertama memiliki sebuah restoran yang menjual masakan khas Tionghoa. Keluarga tersebut terdiri dari seorang kepala keluarga yang bernama Tan Kat Sun, seorang istri bernama Lim Giok Lie, dan anak yang bernama Ping Hen atau kerap juga dipanggil Hendra. Mereka menganut agama Buddha. Tan Kat Sun mengelola restorannya dengan sangat telaten meskipun kondisi tubuhnya sudah tidak lagi sehat. Masakan Tionghoa memang rata-rata terbuat dari daging babi, namun ia juga tidak melupakan pelanggannya beragama Islam dengan menyediakan masakan-masakan yang tidak mengandung babi. Walaupun begitu, restoran Tan Kat Sun tetap menerima cemooh dari masyarakat sekitar lantaran memiliki menu makanan yang mengandung babi.

Keluarga kedua merupakan keluarga dari seorang wanita yang bekerja sebagai karyawan di restoran Tan Kat Sun yang bernama Manuk. Ia menikah dengan seorang lelaki bernama Soleh dan memiliki anak perempuan. Soleh merupakan seorang pengangguran dan dia merasa gagal menjadi kepala keluarga yang baik. Hal tersebut membuat Soleh frustasi karena merasa tidak sebanding dengan istrinya yang hebat dalam mencari nafkah. Pikirannya & emosinya pun sudah tidak stabil, hingga akhirnya Soleh meminta kepada Manuk untuk bercerai. Manuk pun sedih karena walaupun Soleh belum memiliki pekerjaan, ia tetap menerima suaminya apa adanya dan tidak pernah memaksa suaminya untuk cepat-cepat mencari pekerjaan.

Keluarga ketiga terdiri dari seorang janda bernama Rika dan anaknya yang bernama Abi. Rika merupakan seorang mualaf yang berpindah agama yang sebelumnya Islam menjadi Katolik. Dulu, Rika cerai dari suaminya karena ternyata mantan suaminya masih memiliki rasa terhadap perempuan lain selain dirinya. Sehingga Rika pun menentukan jalan untuk dirinya sendiri dengan membuka toko buku. Setelah berpindah agama, Rika mulai mendapatkan banyak cibiran dari masyarakat sekitar bahkan anaknya sendiri karena dianggap sudah menghianati Tuhan. Rika memiliki teman bernama Surya, keduanya sama-sama memiliki sifat keras kepala. Surya sering menceramahi Rika karena ia dulu bercerai dengan suaminya dan pindah agama. Hal tersebut membuat Rika marah dan kesal, bahkan terkadang sampai terjadi perdebatan di antara keduanya

Ketiga keluarga ini saling memiliki masalah tersendiri, ada kalanya masalah mereka saling berkaitan satu dengan yang lain. Jika menonton film “Tanda Tanya” ini, mungkin banyak yang akan menyadari bahwa film ini memiliki alur kisah yang terbagi menjadi beberapa bagian, seperti kisah antara Rika dan Surya serta kisah antara Manuk, Soleh, dan Hendra. Rika dan Surya memiliki kisah pertemanan yang cukup rumit dan unik. Surya memiliki pekerjaan sebagai seorang aktor namun hanya mendapatkan peran sebagai seorang figuran. Sedangkan, Rika adalah seorang janda yang menghidupi anak satu-satunya yaitu Abi melalui toko buku yang ia kelola sendiri. Keputusan Rika pindah agama ternyata tidak berjalan dengan mulus, ia malah mendapatkan kritikan dari orang-orang sekitar termasuk Surya. Suatu hari Surya ditawarkan Rika untuk memainkan peran Yesus dalam drama paskah di gerejanya. Pada awalnya Surya menolak untuk melakukan hal tersebut karena takut bertentangan dengan agamanya. Namun pada akhirnya Surya menerima peran tersebut atas nasihat dan saran dari Pak Ustadz. 

Kemudian di lain sisi terdapat kisah antara Manuk dan Hendra yang dulunya merupakan sepasang kekasih. Namun pada akhirnya Manuk menikah dengan lelaki lain bernama Soleh. Karena hal tersebut Hendra berubah menjadi lelaki yang kasar karena ia tidak suka saat melihat Manuk bersama dengan lelaki lain. Ia melampiaskan rasa kekesalannya kepada hal-hal negatif seperti minum-minum dan bermain dengan perempuan. Sementara, kehidupan rumah tangga Soleh dan Manuk diawali dengan sedikit konflik karena Soleh ingin bercerai dengan Manuk. Soleh merasa frustasi karena belum mendapatkan pekerjaan, sedangkannya istrinya sudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dan menafkahi keluarga. Keinginan untuk bercerai yang disampaikan oleh Soleh membuat Manuk merasa sedih dan kecewa. Namun pada akhirnya permasalahan tersebut terselesaikan karena Soleh mendapatkan pekerjaan yaitu sebagai banser NU. Walaupun pekerjaan tersebut memiliki resiko yang besar karena berbahaya, Soleh tetap senang karena ia sudah mendapatkan pekerjaan. Pasangan suami istri itu pun kembali rukun, namun hal tersebut membuat Hendra menjadi tidak senang sehingga sifatnya menjadi lebih buruk. 

Hendra menjadi lebih sulit untuk dikendalikan dan sering melawan orang tuanya. Ia pun mengambil alih restoran ayahnya karena kondisi kesehatan Tan Kat Sun  menjadi lebih buruk. Suatu hari tepatnya 2 hari setelah Ramadhan, Hendra merubah aturan restoran yang dibuat oleh ayahnya, dimana seharusnya restoran tidak menjual masakan yang mengandung daging babi selama 1 bulan Ramadhan dan memberikan hari libur Ramadhan kepada karyawan yang beragama Muslim. Namun Hendra tidak mempedulikan hal tersebut dan mengatur restoran ayahnya sesuka hati. Akibatnya, banyak orang yang melakukan aksi protes karena restoran tersebut dianggap tidak menghargai umat Muslim yang sedang merayakan hari raya Idul Fitri. Restoran Tan Kat Sun pun hancur dan kondisi kesehatannya sudah tidak lagi tertolong. Hendra yang menyadari akan hal tersebut menyesal dan berjanji untuk merubah dirinya ke arah yang lebih baik.

Pada akhirnya, semua orang di lingkungan daerah Pasar Baru dapat hidup dengan rukun. Rika dan Surya menjadi lebih dekat, tidak ada lagi perdebatan diantara keduanya. Surya pun mendapatkan pekerjaan yang impikannya yaitu menjadi pemeran protagonis dengan sering mengambil peran drama di gereja Rika. Kemudian, Hendra menepati janjinya untuk berubah dengan memilih apa yang menjadi tujuan hidupnya dengan masuk ke agama Islam dan menjalankan restoran ayahnya dengan tekun. Film “Tanda Tanya” pun berakhir dengan kehidupan bahagia yang dialami oleh semua tokoh di tengah keberagaman yang ada. Tidak lupa, film ini memberikan gambaran bahwa perbedaan itu indah jika kita saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

Kelebihan dan Kekurangan Film "Tanda Tanya"

Setelah saya menonton film ini, menurut saya, hal yang paling menarik dari film “Tanda Tanya” ini adalah cara pengambilan visual dari film tersebut yang begitu mengesankan. Untuk film yang dirilis tahun 2011, sinematografinya cukup bagus dan menarik pandangan mata karena penggunaan color grading dengan tone hangat yang melengkapi visual dari film ini. Hal ini terbukti dengan keberhasilan film “Tanda Tanya” dalam meraih Piala Citra untuk Sinematografi Terbaik pada tahun tersebut. Film “Tanda Tanya” ini memiliki alur yang jelas dan tidak bertele-tele, namun tetap memiliki plot twist yang membuat film ini menjadi cukup menarik untuk ditonton karena memiliki konflik yang berhubungan dengan masalah-masalah yang sering terjadi di Indonesia, seperti rasisme, terorisme, dan konflik dalam pluralisme. 

Walaupun film “Tanda Tanya” ini memiliki kelebihan yang cukup mendominasi, hal ini tidak menutupi adanya kekurangan di dalam film. Saya merasa film ini memiliki ending yang cukup mudah untuk ditebak. Film “Tanda Tanya” berakhir dengan ending yang cukup klasik dan standar, tidak ada hal spesial di dalamnya selain rasa kebersamaan yang digambarkan di dalam film. Plot twist yang berada di dalam film ini juga memberikan kesan terburu-buru dalam memberikan akhiran pada sebuah film. Selain itu, sebenarnya topik yang diangkat sebagai permasalahan utama dalam film ini cukup mengundang kontroversi karena mengandung unsur SARA. Film ini secara langsung maupun tidak langsung dapat menyinggung pihak-pihak tertentu, termasuk penonton film itu sendiri. 


Rekomendasi Film "Tanda Tanya"

Film ini memiliki unsur-unsur sensitif yang hanya bisa ditonton oleh orang-orang dengan umur tertentu. Saya merekomendasikan film ini kepada orang-orang dengan umur remaja ke atas sampai dengan orang dewasa. Film ini mengandung pesan yang penting untuk disampaikan kepada masyarakat Indonesia dalam hal toleransi antar sesama. Nilai hidup yang diangkat dalam film ini juga sangat sesuai karena dapat mengajarkan masyarakat Indonesia dalam pentingnya menghargai perbedaan yang ada. Namun, bagi orang-orang yang tidak menyukai film dengan konflik yang berat dan sensitif, saya tidak merekomendasikan film ini untuk ditonton karena terdapat adegan-adegan yang dapat membuat orang menjadi tidak nyaman saat menonton.  

Saya sama sekali tidak merekomendasikan film ini untuk ditonton oleh anak-anak karena terdapat unsur-unsur film yang tidak pantas untuk dilihat anak-anak seperti kekerasan, rasisme, dan ketidaktaatan kepada orang tua. Jika film ini dilihat oleh anak-anak, takutnya akan memberikan dampak negatif bagi pembentukan karakter mereka. Anak-anak cenderung mengikuti apa yang mereka lihat sebagai bentuk dari proses pertumbuhan mereka, tetapi mereka belum bisa membedakan apa yang seharusnya mereka ikuti dan apa yang tidak boleh mereka ikuti. Sehingga cukup berbahaya bagi mereka untuk menonton film ini.   

Kesimpulan 

Film Indonesia merupakan sebuah bentuk karya seni dari anak bangsa. Film “Tanda Tanya” ini menjadi bukti nyata bahwa film Indonesia juga tidak kalah jauh dari film-film luar negeri lainnya. Selain kualitas dari film yang bagus, film ini juga dapat menyadarkan orang-orang tentang kenyataan dan realita dari kehidupan negara majemuk yang ada di Indonesia. Film “Tanda Tanya” menggambarkan betapa indahnya jika semua orang saling menghargai dan hidup dengan rukun. Saya sangat mengapresiasi kepada sutradara, produser, penulis naskah, dan juga tim produksi film ini karena berani untuk mengangkat tema pluralisme dalam film “Tanda Tanya” ini. Tidak mudah untuk membuat film dengan tema tersebut karena terkadang masih banyak orang-orang yang sulit untuk menerima keberagaman dalam hal  budaya dan beragama. Hanung selaku sutradara film “Tanda Tanya” tidak pernah membicarakan tentang benar salahnya dari film yang ia buat, sebaliknya film ini lebih mengarah kepada hubungan antar manusia untuk menghargai perbedaan yang ada di dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun