Mohon tunggu...
Erin Hera
Erin Hera Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

tertarik dengan perekonomian

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Nilai Tukar Melemah, Mampukah Indonesia Bertahan dalam Perang Dagang Dunia?

7 Juli 2024   18:54 Diperbarui: 7 Juli 2024   19:24 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: maxmanroe.com

Naik turunnya nilai tukar Rupiah bukan  hal baru bagi kondisi keuangan negara kita. Melemahnya nilai Rupiah menimbulkan kekhawatiran di berbagai sektor, karena dapat berdampak pada stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat. Kondisi perekonomi suatu negara juga menjadi salah satu penyebab penting.

Pada pertengahan Bulan April 2024, nilai tukar rupiah melemah atas dolar AS, mencapai Rp 16.250. Pelemahan ini merupakan penurunan terburuk sejak juli 2020, ketika pandemi COVID-19 melanda.

Di balik melemahnya nilai Rupiah, terdapat berbagai faktor penyebab melemahnya nilai tukar rupiah baik yang berasal dari luar negeri (eksternal) maupun yang berasal dari dalam negeri (internal). Di kawasan global kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menjadi salah satu faktor utama. Lembaga Moneter Internasional (IMF) menyebut kebijakan moneter sentral AS menjadi penyebab dolar terus menguat.

 Fluktuasi nilai rupiah memberikan dampak positif dan negatif terhadap perekonomian di Indonesia. Di satu sisi, melemahnya nilai rupiah dapat membuat ekspor menjadi lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain dapat meningkatkan inflasi, membuat import lebih mahal, dan melemahkan daya beli masyarakat.

Menanggapai situasi ini, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter mempunyai peran penting dalam menstabilkan nilai tukar rupiah. Terutama dalam menghadapai  rupiah. Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah strategis untuk menangani pelemahan nilai tukar rupiah seperti peningkatan investasi, promosi produk dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan ekspor.

Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah perbandingan harga atau nilai dari mata uang suatu negara yang diukur dengan mata uang negara lain. naiknya suatu nilai tukar diartikan apresiasi dan jika nilai tukar mengalami penurunan di sebut depresiasi. Jika nilai Rupiah terapresiasi, berarti mata uang tersebut menguat karena mampu membeli lebih banyak uang asing atau dolar AS. Begitu pula ketika suatu mata uang terdepresiasi, maka dikatakan mata uang tersebut melemah.

Diketahui pada pertengahan bulan April 2024, nilai tukar Rupiah melemah menembus level terendah sekitar Rp 16.200 per dolar AS. Kondisi ini tentunya memberikan kekhawatiran bagi pasar keuangan. melemahnya nilai Rupiah tidak lepas  dari kondisi perekonomi yang terjadi di luar Indonesia.

Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor penyebab melemahnya nilai tukar rupiah baik yang berasal dari luar negeri (eksternal), maupun yang berasal dari dalam negeri (internal).

Faktor penyebab nilai tukar Rupiah Melemah

            Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar negeri dan di luar kendali Indonesia, yang dapat mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Faktor ini berkaitan dengan kondisi perekonomi global, kebijakan negara lain, dan persitiwa internasional lainnya. Berikut faktor eksternal yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar Rupiah:

1. Kebijakan moneter ketat Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed)

The Fed menaikan tingkat suku bunga acuannya untuk menekan tingkat inflasi yang semakin tinggi hingga 3,48%. Suku bunga yang tinggi membuat dolar AS lebih menarik bagi investor, sehingga mereka beralih dari aset berisiko ke dolar AS. sehingga investor lebih memilih berinvestasi di negara dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Sehingga memberikan tekanan pada mata uang negara-negara berkembang.

2. Turunnya harga komoditas ekspor

Penurunan harga komoditas ekspor di pasar internasional, seperti komoditas ekspor utama Indonesia yaitu batubara dan minyak kelapa sawit dapat menurunkan pendapatan negara dalam bentuk valuta asing. Kondisi ini berdampak besar bagi Indonesia yang bergantung pada ekspor  komoditas untuk perekonomiannya, memperburuk neraca perdagangan dan menekan nilai tukar Rupiah.

3. Tingginya tingkat impor

Menurunya nilai ekspor negara indonesia berbanding terbalik dengan meningkatnya nilai impor. Banyaknya impor yang membutuhkan lebih banyak dolar AS sebagai alat pembayaran khusunya barang konsumsi berdampak pada melemahnya nilai tukar Rupiah.

4. Perlambatan ekonomi global

Perang Rusia dan Ukraina dapat mengganggu rantai pasokan global, yang dikhawatirkan akan memperlambat perekonomian global. Situasi ini dipenuhi ketidakpastian seperti tingginya inflasi dan potensi resesi di beberapa negara maju. Ketidakpastian ini membuat investor khawatir tentang prospek ekonomi global dan masa depan investasi mereka. maka dari itu Investor beralih ke aset yang lebih aman seperti dolar AS.

Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam negeri Indonesia dan secara langsung mempengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS. Berikut faktor internal yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar Rupiah:

1. Defisit neraca perdagangan

Defisit neraca perdagangan terjadi ketika nilai ekspor lebih rendah dibandingkan impor, sehingga terjadi defisit neraca perdagangan. Hal ini menyebabkan permintaan dolar AS meningkat untuk membiayai impor, sehingga menekan nilai tukar Rupiah.

2. Tinggi nya tingkat inflasi

Tingkat inflasi yang tinggi dapat menurunkan daya tarik rupiah bagi investor asing. Inflasi yang tinggi akan menggerus nilai rill uang, sehingga investor lebih memilih berinvestasi di negara dengan tingkat inflasi yang lebih rendah. Hal ini dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat, mencari keuntungan real, menghindari risiko ekonomi, memanfaatkan peluang pertumbuhan, dan mendiversifikasikan portofolio.

3. Kurangnya investasi asing

Kurangnya investasi asing di Indonesia dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan melemahkan daya tarik rupiah bagi investor. Alasan investor enggan berinvestasi di Indonesia di karenakan pertumbuhan ekonomi yang masih rendah, produktivitas yang kecil dan daya saing yang lemah. Sehingga dapat memperlemah nilai tukar Rupiah.

Dampak negatif melemahnya nilai tukar Rupiah

Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dan mata uang asing lainnya dapat memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Berikut beberapa dampak yang perlu diperhatikan:

1. Meningkatnya harga barang impor

Nilai tukar yang melemah akan membutuhkan lebih banyak rupiah untuk membeli dolar AS atau mata uang asing lainnya. Hal ini menyebabkan harga barang impor termasuk bahan baku dan produk jadi menjadi lebih mahal bagi konsumen dan pelaku usaha di Indonesia. Kenaikan harga impor dapat mendorong inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat serta menghambat aktivitas ekonomi.

2. Melemahnya daya saing produk ekspor

melemahnya nilai tukar Rupiah menjadikan produk ekspor Indonesia  lebih murah di pasar internasional. Hal ini dapat menekan daya saing produk ekspor Indonesia dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang pelemahan nilai tukar yang berkepanjangan dapat membuat eksportir mendapatkan keuntungan yang lebih kecil dalam bentuk Rupiah, sehingga dapat menhambat investasi dan ekspansi usaha.

3. Meningkatnya beban utang luar negeri

Pemerintah dan perusahaan Indonesia memiliki utang luar negeri dalam bentuk dolar AS dan mata uang asing lainnya. Pelemahan nilai tukar Rupiah akan membutuhkan lebih banyak Rupiah untuk membayar cicilan dan bunga utang tersebut. Sehingga ini akan menyebabkan keuangan pemerintah dan perusahaan berpotensi menimbulkan risiko default (ketidakmampuan membayar utang).

4. Menurunya kepercayaan Investor

Pelemahan nilai tukar Rupiah memicu kekhawatiran investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. Investor asing akan menarik dananya dari Indonesia, penurunan kepercayaan investor dapat menghambat investasi baru dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

5. Gangguan stabilitas makroekonomi

Pelemahan nilai tukar yang berkepanjangan dapat menyebabkan ketidakstabilan makroekonomi, seperti inflasi yang tinggi, suku bunga yang naik, dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Akan berdampak negatif terhadap kesejahteraan masyarakat dan stabilitas sosial.

Upaya yang dilakukan untuk menguatkan nilai Rupiah

Saat nilai tukar Rupiah melemah, Bank Indonesia (BI) memiliki beberapa kebijakan yang dapat dilakukan untuk menstabilkannya. Pasalnya pemerintah memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Berikut beberapa kebijakan moneter dalam upaya menguatkan nilai Rupiah.

1. Menaikan suku bunga acuan (BI Rate)

Ketika Bank Indonesia menaikkan BI Rate akan membuat deposito di bank lebih menarik, sehingga mendorong lebih banyak orang untuk menyimpan Rupiah. Hal ini dapat mengurangi peredaran Rupiah di pasar dan membantu menguatkan nilai Rupiah.

2. Operasi pasar terbuka

Bank Indonesia dapat membeli atau menjual Surat Berharga Negara (SBN) di pasar terbuka. Pembelian SBN akan menambah jumlah Rupiah di pasar dan membantu menguatkan nilai Rupiah, sedangkan penjualan SBN akan mengurangi jumlah Rupiah di pasar dan membantu meredam inflasi.

3. Intervensi valuta asing

Bank Indonesia dapat membeli atau menjual mata uang asing seperti dolar AS di pasar spot atau pasar forward. Pembelian dolar AS akan mengurangi jumlah Rupiah di pasar dan membantu menguatkan nilai Rupiah.

Kesimpulan 

Nilai tukar Rupiah yang melemah terhadap dolar AS dapat memberikan dampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Faktor yang menyebabkan pelemahan nilai tukar Rupiah antara lain kebijakan moneter ketat Bank Sentral Amerika (The Fed), turunnya harga komoditas ekspor, tingginya tingkat impor, perlambatan ekonomi global, defisit neraca perdagangan, tingkat inflasi yang tinggi, politik anggaran negara terkait utang, dan kurangnya investasi asing.

Upaya yang dilakukan untuk menguatkan nilai Rupiah antara lain menaikkan suku bunga acuan (BI Rate), operasi pasar terbuka, dan intervensi valuta asing. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan langkah-langkah lain seperti meningkatkan investasi, promosi produk dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan ekspor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun