Pemerintah dan perusahaan Indonesia memiliki utang luar negeri dalam bentuk dolar AS dan mata uang asing lainnya. Pelemahan nilai tukar Rupiah akan membutuhkan lebih banyak Rupiah untuk membayar cicilan dan bunga utang tersebut. Sehingga ini akan menyebabkan keuangan pemerintah dan perusahaan berpotensi menimbulkan risiko default (ketidakmampuan membayar utang).
4. Menurunya kepercayaan Investor
Pelemahan nilai tukar Rupiah memicu kekhawatiran investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. Investor asing akan menarik dananya dari Indonesia, penurunan kepercayaan investor dapat menghambat investasi baru dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
5. Gangguan stabilitas makroekonomi
Pelemahan nilai tukar yang berkepanjangan dapat menyebabkan ketidakstabilan makroekonomi, seperti inflasi yang tinggi, suku bunga yang naik, dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Akan berdampak negatif terhadap kesejahteraan masyarakat dan stabilitas sosial.
Upaya yang dilakukan untuk menguatkan nilai Rupiah
Saat nilai tukar Rupiah melemah, Bank Indonesia (BI) memiliki beberapa kebijakan yang dapat dilakukan untuk menstabilkannya. Pasalnya pemerintah memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Berikut beberapa kebijakan moneter dalam upaya menguatkan nilai Rupiah.
1. Menaikan suku bunga acuan (BI Rate)
Ketika Bank Indonesia menaikkan BI Rate akan membuat deposito di bank lebih menarik, sehingga mendorong lebih banyak orang untuk menyimpan Rupiah. Hal ini dapat mengurangi peredaran Rupiah di pasar dan membantu menguatkan nilai Rupiah.
2. Operasi pasar terbuka
Bank Indonesia dapat membeli atau menjual Surat Berharga Negara (SBN) di pasar terbuka. Pembelian SBN akan menambah jumlah Rupiah di pasar dan membantu menguatkan nilai Rupiah, sedangkan penjualan SBN akan mengurangi jumlah Rupiah di pasar dan membantu meredam inflasi.