Ketika kita mengenang masa sekolah, ada satu sosok yang tak pernah absen: guru. Mereka adalah pelita di tengah kegelapan kebodohan, pemandu jalan menuju masa depan. Namun, ironisnya, kini pekerjaan mulia ini justru semakin dijauhi oleh generasi muda. Mengapa?
Beban Berat Namun Penghargaan Ringan
Salah satu alasan utama adalah beban kerja yang tidak sebanding dengan penghargaan yang diterima. Guru bukan hanya mengajar; mereka mendidik, menginspirasi, dan membimbing anak-anak bangsa. Namun, banyak guru merasa dihargai jauh di bawah ekspektasi mereka. Gaji yang minim, tuntutan administratif yang terus meningkat, serta tekanan dari orang tua, siswa, bahkan masyarakat, menjadi momok yang membuat profesi ini kurang menarik.
Generasi muda, yang kini lebih sadar akan pentingnya keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi (work-life balance), melihat pekerjaan guru sebagai profesi yang penuh tuntutan dengan imbalan yang kurang memadai. Dalam survei kecil yang dilakukan di media sosial, mayoritas responden memilih pekerjaan lain yang dianggap lebih menjanjikan secara finansial dan fleksibilitas waktu, dibanding menjadi guru.
Tantangan dalam Dunia Pendidikan yang Terus Berubah
 Dunia pendidikan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Teknologi, kurikulum baru, dan tuntutan sistem pendidikan yang semakin kompleks membuat tugas seorang guru semakin menantang. Bagi generasi muda yang terbiasa dengan dunia yang serba cepat dan instan, hal ini bisa terlihat seperti tugas yang mustahil untuk dilakukan dengan penuh dedikasi. Perubahan yang cepat ini bisa membuat profesi guru terasa semakin tidak menentu, bahkan di tengah tuntutan kualitas pendidikan yang semakin tinggi.Â
Pekerjaan yang Kurang "Glamour"
 Di mata banyak orang, menjadi guru bukanlah profesi yang "glamor" atau memikat. Meskipun pendidikan adalah fondasi penting dalam membangun bangsa, kenyataannya profesi guru jarang menjadi pilihan utama generasi muda. Generasi sekarang lebih tertarik pada pekerjaan yang menawarkan peluang untuk berkembang cepat, mendapatkan pengakuan, dan bisa berkeliling dunia. Sebagai contoh, profesi di dunia startup atau influencer kini lebih banyak menarik perhatian.Â
Jika tren ini terus berlanjut, kita akan menghadapi krisis serius di masa depan: kekurangan guru yang berkualitas. Lantas, siapa yang akan mendidik generasi berikutnya? Teknologi memang penting, tetapi peran manusia yang memanusiakan tidak akan tergantikan.
Mari kita bersama-sama mengembalikan martabat profesi guru. Karena tanpa guru, tak ada dokter, pengacara, atau bahkan influencer. Guru adalah awal dari segalanya.Â