Mohon tunggu...
erindanurmj
erindanurmj Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S 1 Universitas Mulawarman

INFP yang sedang berjuang untuk lulus kuliah dengan lancar. Penyuka petang, rinai hujan, dan kelembutan kasur. Penikmat kopi, coklat, dan berbagai sastra.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Generasi Muda Mulai Enggan Jadi Guru

12 Desember 2024   01:57 Diperbarui: 12 Desember 2024   01:57 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Guru (Sumber: Perpustakaan Sunptegal)

Ketika kita mengenang masa sekolah, ada satu sosok yang tak pernah absen: guru. Mereka adalah pelita di tengah kegelapan kebodohan, pemandu jalan menuju masa depan. Namun, ironisnya, kini pekerjaan mulia ini justru semakin dijauhi oleh generasi muda. Mengapa?

Beban Berat Namun Penghargaan Ringan

Salah satu alasan utama adalah beban kerja yang tidak sebanding dengan penghargaan yang diterima. Guru bukan hanya mengajar; mereka mendidik, menginspirasi, dan membimbing anak-anak bangsa. Namun, banyak guru merasa dihargai jauh di bawah ekspektasi mereka. Gaji yang minim, tuntutan administratif yang terus meningkat, serta tekanan dari orang tua, siswa, bahkan masyarakat, menjadi momok yang membuat profesi ini kurang menarik.

Generasi muda, yang kini lebih sadar akan pentingnya keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi (work-life balance), melihat pekerjaan guru sebagai profesi yang penuh tuntutan dengan imbalan yang kurang memadai. Dalam survei kecil yang dilakukan di media sosial, mayoritas responden memilih pekerjaan lain yang dianggap lebih menjanjikan secara finansial dan fleksibilitas waktu, dibanding menjadi guru.

Tantangan dalam Dunia Pendidikan yang Terus Berubah

 Dunia pendidikan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Teknologi, kurikulum baru, dan tuntutan sistem pendidikan yang semakin kompleks membuat tugas seorang guru semakin menantang. Bagi generasi muda yang terbiasa dengan dunia yang serba cepat dan instan, hal ini bisa terlihat seperti tugas yang mustahil untuk dilakukan dengan penuh dedikasi. Perubahan yang cepat ini bisa membuat profesi guru terasa semakin tidak menentu, bahkan di tengah tuntutan kualitas pendidikan yang semakin tinggi. 

Pekerjaan yang Kurang "Glamour"

 Di mata banyak orang, menjadi guru bukanlah profesi yang "glamor" atau memikat. Meskipun pendidikan adalah fondasi penting dalam membangun bangsa, kenyataannya profesi guru jarang menjadi pilihan utama generasi muda. Generasi sekarang lebih tertarik pada pekerjaan yang menawarkan peluang untuk berkembang cepat, mendapatkan pengakuan, dan bisa berkeliling dunia. Sebagai contoh, profesi di dunia startup atau influencer kini lebih banyak menarik perhatian. 

Jika tren ini terus berlanjut, kita akan menghadapi krisis serius di masa depan: kekurangan guru yang berkualitas. Lantas, siapa yang akan mendidik generasi berikutnya? Teknologi memang penting, tetapi peran manusia yang memanusiakan tidak akan tergantikan.

Mari kita bersama-sama mengembalikan martabat profesi guru. Karena tanpa guru, tak ada dokter, pengacara, atau bahkan influencer. Guru adalah awal dari segalanya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun