Utusan Mongol datang menagih upeti  berupa dua putri Kertanegara, Raja Singhasari yang telah wafat,  yang telah dinikahi Wijaya. Namun, Wijaya dengan kelicikannya, bersekongkol dengan Penguasa Madura Arya Wiraraja dan putranya, Ranggalawe serta sejumlah pengikutnya untuk menghabisi orang-orang Mongol. Orang-orang Mongol dijebak datang ke Majapahit, lalu diserang oleh Ranggalawe hingga lari ke Pelabuhan Canggu.
Kedua naskah diatas sama-sama tidak menyebutkan nama Raja Mongol, yang tertulis dalam Kidung Harsawijaya datang ke Jawa untuk merebut Istri Wijaya.
Naskah Yuanshi.
Naskah Yuanshi, yang ditulis pada abad ke 13 M, dan ditulis oleh komandan-komandan Mongol yang ikut dalam ekspedisi ke Jawa tersebut, mengabarkan pada 1292 M, Kaisar Mongol  dari Dinasti Yuan yang berkuasa di Cina, yaitu Kubilai Khan/Shizu mengirim angkatan perang ke Jawa untuk menghukum Hazhi Gedanagala ( ejaan Tiongkok untuk Kertanegara ) yang telah melukai wajah utusan Mongol yang bernama Meng Qi.  Pasukan Mongol dipimpin 3 orang komandan yaitu seorang Mongol bernama Shi Bi, seorang Uighur bernama Yikemose, dan seorang Tionghoa bernama Gao Xing.
Namun, Hazhi Gedanagala tewas oleh pemberontakan bawahannya bernama Hazhi Gedang  ( ejaan Tiongkok untuk Jayakatwang) . Bisheye ( ejaan Tiongkok untuk Wijaya) memerangi Hazhi Gedang, akan tetapi tidak mampu mengalahkannya, sehingga meminta bantuan Mongol.
Pada 1293 M, Pasukan Mongol tiba di Jawa, mereka menemukan Bisheye terdesak dan dikejar-kejar oleh Pasukan Hazhi Gedang. Pasukan Mongol dan Bisheye menjalin kesepakatan untuk menyerang Daha ( Kediri) yang menjadi pusat pemerintahan Hazhi Gedang. Â Hazhi Gedang tak berdaya menghadapi gempuran Mongol, ia tertangkap bersama keluarganya. Pasukan Mongol dikhianati Bisheye yang meminta izin kembali ke Majapahit untuk mempersiapkan upeti untuk Mongol.Orang-orang Mongol setuju dan 200 Pasukan Mongol diperintahkan mengawal Bisheye ke ibukota. Â Bisheye mengumpulkan pasukan dan menyerang Pasukan Mongol yang bertugas mengawalnya. Pasukan Induk Mongol mundur ke kapal mereka dan rencana menguasai Jawa gagal.
Analisis.
Berita dari Pararaton memiliki kesesuaian dengan Berita Yuanshi, tentang kedatangan orang-orang Mongol ke Jawa. Kedua naskah tersebut sama-sama memberitakan bahwa Raja Mongol tidak ikut pergi ke medan peperangan. Naskah Yuanshi, yang jelas merupakan sumber primer sejarah tentang peristiwa ini, jelas-jelas mengabarkan tujuan Raja Mongol yaitu membalas penghinaan utusannya oleh Kertanegara. Hal ini, tentu saja jauh lebih masuk akal daripada isi Kidung Harsawijaya, yang menceritakan Raja Mongol datang ke Jawa hanya untuk merebut istri Wijaya. Pertanyaannya, apakah Raja Mongol sebelumnya mengenal Wijaya? Untuk apa seorang raja besar seperti Kubilai Khan jauh-jauh datang ke Jawa hanya untuk mengambil istri orang lain?
Dramatisasi Kidung Harsawijaya.
Kidung Harsawijaya menyebutkan bahwa setelah mengalahkan Mongol, Harsawijaya/ Raden Wijaya mampu menguasai hampir seluruh Nusantara. Fakta ini bertentangan dengan Kakawin Negarakretagama yang menyebut bahwa penyatuan itu baru terjadi di masa Rajasanagara. Catatan Odorico , seorang Pendeta Italia yang mengunjungi Majapahit pada abad ke-14 M, melaporkan bahwa saat ia datang ke Jawa, tepatnya di masa Jayanagara, Kerajaan Majapahit masih berkali kali menghadapi serangan Pasukan Mongol yang dikirim para pengganti Kubilai Khan.
Arsip Dinasti Yuan mencatat, pada 1325 M, terjadi perdamaian antara Jawa ( Majapahit) dan Tiongkok ( Dinasti Yuan). Raja Jawa, Cha Ya Na Ko Nai ( Ejaan Tiongkok untuk Jayanagara) mengirim utusan ke Tiongkok untuk berdamai. Bisa disimpulkan, bahwa pada masa itu, Majapahit belumlah sepenuhnya stabil. Kidung Ranggalawe menceritakan, pada masa pemerintahan Wijaya, masih terjadi Pemberontakan Ranggalawe, hal itu menandakan pada masa itu, pemerintahan belumlah stabil sehingga mustahil melakukan ekspansi.