Mohon tunggu...
Eril Sadewa
Eril Sadewa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Analis Sejarah

Selamat datang, tulisan-tulisan disini adalah hasil pembacaan saya atas Sejarah Nusantara yang begitu kaya, semoga bisa menjadi jembatan untuk menyelami kekayaan sejarah negeri kita yang indah ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bengkulu Mirip Jawa? Ini Dia Alasannya

9 Januari 2024   22:44 Diperbarui: 17 April 2024   07:41 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Klik Warta.

Ok, sekarang kita akan fokus ke Bengkulu nya ya, karena tadi kita sudah membahas pertemuan dua budaya ini secara global. Nah, Bengkulu sendiri, yang mayoritas dihuni Orang Rejang, menurut catatan William Marsden, penduduknya tinggal di dusun-dusun yang masing-masingnya dipimpin seorang Dupati. Para Dupati berada dibawah kekuasaan seorang Pangeran. Ini gambaran umum ya tentang masyarakat Bengkulu di masa lalu.

Ok, kita akan coba mundur ke Sejarah Bengkulunya terlebih dulu, jadi sebelum 1685 M, di Bengkulu itu ada sebuah kerajaan bernama Sungai Serut yang dipimpin Ratu Agung dan Kerajaan Serut ini berperang melawan Invasi Pasukan Aceh. Pasukan Aceh berhasil dikalahkan dan berdirilah Kerajaan Bengkulu yang independen.

Sekarang coba kita analisis dulu, Aceh biasanya mengekspansi wilayah-wilayah Sumatra seperti Batak dan Aru. Bahkan menurut Mendez Pinto, seorang Penjelajah Portugis, penaklukkan Aceh atas Batak berlangsung dengan sengitnya pertempuran yang menurut Pinto, menyebabkan banyaknya korban jiwa dari pihak Aceh maupun Batak. Mendez Pito memperkirakan korban jiwa dari kedua pihak mencapai 4000 jiwa. Ok, sekarang kita lihat wilayah-wilayah bekas kekuasaan Kerajaan Aceh adalah wilayah yang sangat  kental budaya Melayu  nya dan Islam disana pun kuat. 

Sejarawan Anthony Reid mencatat bahwa wilayah Batak pada abad ke-20 M, tepatnya Sumatra Timur, diperintah Kesultanan-kesultanan Melayu seperti Langkat dan Deli, serta Serdang. Bahkan, pada masa itu para kepala suku Batak Karo pun menyatakan diri sebagai Orang  Muslim Melayu dan membangun istana-istana bergaya Melayu. Sementara, Bengkulu yang terbebas dari invasi Kesultanan Aceh akhirnya berganti-ganti diperintah oleh Penjajah Inggris sekitar 1685-1824 M dan kemudian Penjajah Belanda sekitar 1824-1941 M, pada masa Penjajah Belanda inilah, pengaruh Jawa akhirnya memasuki Bengkulu.

Pada 1831 M, Belanda mengirim pasukan ke Sumatra untuk menuntaskan Perang Padri. Di antara Pasukan Belanda, bergabung Sentot Ali Basyah, seorang panglima Jawa asal Madiun, anak dari Bupati Madiun yaitu Raden Ronggo Prawiradirjo, sebelumnya  Sentot merupakan  Pasukan Diponegoro yang  kemudian telah menyerah pada Belanda.  Ali Basyah membawa serta para prajuritnya yang berasal dari etnik Jawa. Karena berpihak pada musuh Belanda yaitu Kaum Padri, Ali Basyah dan pasukannya diasingkan ke sebuah perkampungan kecil ke Bengkulu oleh Belanda.

Gagalnya invasi Kesultanan Aceh ditambah masuknya prajurit-prajurit dari Jawa, semakin menguatkan budaya Jawa di Bengkulu. Maka, tidak heran apabila budaya Bengkulu sekarang sangat mirip dengan budaya di Pedesaan Jawa. Jika dulu Jawa dan Melayu terpisah, maka Bengkulu menjadi bukti, berbeda, bukan berarti tidak bisa bersatu. Marilah kita bijak menyikapi perbedaan dan membuang segala permusuhan. Marilah kita saling menghargai satu sama lain. Sejarah mengajarkan kita bahwasannya saling menghargai dan menerima, adalah sarana menuju masyarakat yang damai dan tenteram.

Refrensi:
Marsden, William: Sejarah Sumatra, Penerbit Komunitas Bambu Jakarta, 2013 M.

Muljana, Prof.DR.Slamet: Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit, Penerbit LKIS, 2012 M.

Dobbin, Christine: Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam,dan Gerakan Padri, Penerbit Komunitas Bambu,  Depok, 2008 M.

Reid, Anthony: Sumatra: Revolusi Dan Elit Tradisional, Penerbit Komunitas Bambu, Jakarta, 2012 M.

Prasetyo, Aji: Ingat Ronggo, Ingat Sentot, Ingat Peter Carey,dalam Antologi Urip Iku Urub  Penerbit Buku Kompas, 2021 M.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun