Mohon tunggu...
Erik Tapan
Erik Tapan Mohon Tunggu... Dokter - Social Media Health Consultant

Sebagai seorang Health Consultant, saya akan berusaha memberi solusi terbaik (efisien, efektif & aman) bagi klien yang kebetulan mengalami ketidakberuntungan dengan kesehatannya. Pengalaman saya dlm bidang kedokteran, farmasi/obat2an, herbal, terapi alternatif / energi, internet dan social media. Topik yang sering ditangani: anti aging, masalah ginjal, penyakit degeneratif, lansia, dll. Silakan kontak saya untuk memperoleh waktu diskusi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pasien vs Perawat, Jagoan Siapa?

21 Juni 2024   15:18 Diperbarui: 21 Juni 2024   15:19 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasien vs perawat, jagoan siapa? 

Latar belakang penulisan ini karena penulis prihatin dengan berbagai informasi yang beredar baik di socmed maupun di ruang tunggu yang diproduksi oleh pasien/pendamping yang baru memahami sedikit mengenai proses cuci darah (HD = hemodialisis) dan para seller produk (yang menjanjikan kesembuhan pasien cuci darah). Yang mana info ini lebih dipercaya pasien dan keluarga dibandingkan bertanya kepada perawat. 

Mungkin banyak yang tidak peduli, tapi dari pengamatan penulis, info2 yang diberikan kadang cukup berbahaya dan fatal. 

Misinformasi / kesalahkaprahan ini begitu banyak sehingga penulis bisa memasukkan dalam 1 bab tersendiri di buku Penyakit Ginjal Kronis dan Hemodialisis terbitan Elex Media Komputindo. 

Penulis merasa tenaga kesehatan (baik medis maupun para medis) bisa mengambil peran yang lebih dalam mengedukasi pasien2 HD. Namun kenapa sebagian pasien masih lebih  banyak terpapar dan lebih mempercayai informasi yang kurang benar dibandingkan bertanya ke pihak yang lebih kompeten yang bisa ditemui setiap HD. 

Penulis menemukan jawabannya saat melempar pertanyaan ini ke kelompok pasien, seperti:

1. Perawat hanya pandai ambil tindakan dan  membantu dalam kegawatan tapi soal  obat dan tindakan medis lainnya perawat harus menunggu persetujuan dokter. Dalam kasus ini, pasien cuci darah sangat  terbantu dengan pasien senior. Contohnya mengenai durasi cuci darah selama 5 jam. Itu sangat  bagus, tapi perawat diam saja kalau pasien HD melakukannya cuma 4 jam. Tidak ada  edukasi soal itu, hanya  pasien senior yang bisa  menjelaskan dampak baik buruknya . 

2. Soal Berat Badan Kering, binder fosfat, pantangan makanan, dll., lebih sering diinformasikan oleh sesama pasien. 

3. Bener banget Dokter, tergantung perawatnya juga. Soalnya kan kondisi pasien beda2. 

Begitu sekilas rangkuman pendapat para pasien cuci darah. 

Perawat HD telah memperoleh pelatihan yang memadai

Ijinkanlah dalam kesempatan ini, penulis ingin menjelaskan bahwasanya, ilmu perawat dialisis yang bersertifikat bisa lebih mumpuni daripada pasien-pasien baru / seller. 

Untuk menjadi perawat HD bersertifikat, perlu menempuh pendidikan selama 4 (empat) bulan dengan biaya yang tidak sedikit. Apa yang perawat belajar selama 4 bulan? Pasti bukan hanya suntik menyuntik atau cara memberi makan via sonde / slang, misalnya. Perawat yang adalah lulusan sarjana, sudah diajarkan ketrampilan dasar seperti menyuntik, dll. di sekolah perawat. Nggak perlu kursus HD agar bisa menyuntik. 

Ketrampilan menyetel mesin HD? Ini pasti dipelajari, tapi waktu 4 bln terlalu lama jika hanya mempelajari hal tersebut. 

Jadi ilmu ttg penyakit ginjal, mestinya juga dipelajari, termasuk menangani pada kondisi darurat. Bahwa memang perawat punya keterbatasan iya, makanya ada dokter.

Lalu ada yang bertanya, emang perawat memiliki mandat untuk menjelaskan mengenai penyakit? 

Jawabannya, salah satu tugas (semua) perawat adalah menjalankan Asuhan Keperawatan. 

Standar Asuhan yang tercantum dalam Standar Praktik Klinis Keperawatan terdiri dari lima fase, yaitu: 

1) Pengkajian; 

2) Diagnosa; 

3) Perencanaan; 

4) Implementasi; dan 

5) Evaluasi.

Untuk melakukan hal-hal di atas tentu perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu penyakit. 

Tentu ada batas-batas, yang mana dapat dilanjutkan oleh seorang dokter yang kompeten. 

Tapi kalau untuk edukasi ke pasien, pastilah ilmunya cukup. 

Kesimpulan

Meskipun masih sangat sederhana dengan jumlah sampel yang sedikit, bisa disimpulkan:

Banyak pasien masih meng-underestimate  pengetahuan penyakit ginjal seorang perawat bersertifikat. (Hal ini berbeda dengan di luar negeri, Many studies in the USA and abroad have found that nurses are consistently the most trusted professionals out of all, usually doctors are second. Part of it is continuity of care -- nurses shifts are much longer that the time any physician has contact with the patient during the day.)

Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, pasien dibanjiri oleh info yang benar maupun misinformasi mengenai terapi cuci darah. 

Sudah saatnya tenaga kesehatan dan kedokteran lebih aktif memproduksi informasi yang benar di berbagai platform socmed termasuk di ruang-ruang cuci darah.

Semoga hal ini bisa menjadi perhatian segenap pihak sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang baik dan benar dari sumber yang kompeten. 

Catatan:

Penulis menyadari bahwa kerjasama Pasien, Perawat dan Dokter sangat dibutuhkan guna merawat pasien seoptimal mungkin. Judul artikel ini mestinya, "Meningkatkan Peran Perawat dalam rangka edukasi pasien cuci darah menghadapi informasi yang kurang benar". Tapi bisa dipastikan judul tersebut akan membuat artikel ini lebih kurang dibaca orang. 

Salam edukasi, 

Dr. Erik Tapan, MHA

Dokter Internet

Komentar dari salah satu pasien cuci darah:

Ya setuju. Terlalu banyak yg memanfaatkan ujian penyakit pasien cuci darah dan menawarkan produk2 yang ga perlu2 bahkan tidak berguna tp dimarkup harga tinggi dengan iming2 macam2

Sedangkan nakes di poli HD hanya fokus pelayanan saja, tapi masih banyak yg tidak memberikan KIE yang baik ke pasien dan pendamping pasien.

Fungsinya grup pasien salah satunya ya untuk meluruskan hal2 seperti itu dan tetap berusaha saling memberikan edukasi dan informasi. Kalau ada yg salah bisa ditunjuk ramai2

Komentar dr Erik:

Betul, saya prihatin dengan banjir informasi yang tidak jarang kebenarannya diragukan. Bagi yang mau tahu bagaimana "racun" itu disebar, silakan join di Tiktok.

Selain di poli, sebenarnya perjumpaan pasien dengan perawat ada di ruang HD. Waktu lebih longgar jika tidak ada pasien yang gawat.

BTW, komunitas pasien juga sangat membantu. Thanks bagi mereka yang berusaha membantu sesama pasien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun