Teman-teman, pernah mendengar Beta-2-microglobulin atau yang dikenal dengan singkatan B2M?
Pasien-pasien kanker seperti multiple myeloma, limphoma, dll., pasti sudah familiar dengan pemeriksaan ini. B2M adalah salah satu penanda tumor/kanker. Penanda ini tidak spesifik pada tumor atau kanker tertentu, tapi sering dihubungkan dengan keberadaan (dan prognosis) suatu tumor/kanker, seperti: multiple myeloma, hodgkin dan limphoma yang ganas, dll.
Penanda ini bisa diperiksa di laboratorium klinik utama dengan biaya sekitar 750.000-an rupiah. Range normal kadar B2M di urine adalah: 0 - 0,3 ug/mL sedangkan di darah adalah 0 - 3 ug/mL. Jika ditemui kadar beta-2-microglobulin tinggi menunjukkan adanya infeksi, radang atau gangguan imun dan berpotensi munculnya kanker seperti yang telah dijelaskan di atas.
Lalu apa hubungannya dengan pasien-pasien dialisis?
Ternyata pasien-pasien yang mengalami gangguan ginjal apalagi yang sudah sampai tahap terminal (sudah melakukan dialisis), cenderung memiliki kadar B2M yang tinggi. Untung ada berita baiknya. Secara otomatis kadar B2M akan segera menurun dan kembali normal saat pasien melakukan transplantasi ginjal (ref: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2643313).
Kadar B2M yang tinggi pada pasien-pasien dialisis sering dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (https://labtestsonline.org/tests/beta-2-microglobulin-kidney-disease) dan jangka panjang bisa timbul masalah amyloidosis. Bahwa selama ini ada anggapan pasien / banyak orang, bahwa pasien dialisis menderita sakit jantung dari putaran/QB yang tinggi, terbukti hanya hoax
Pada pasien-pasien transplantasi ginjal, peningkatan kadar B2M di air seni mengindikasi adanya proses rejeksi awal. Boleh nih di cek karena semakin cepat diketahui ada rejeksi, risiko untuk diterapi dan mencegah rejeksi makin besar.
Bagaimana menurunkan kadar B2M khususnya pada pasien-pasien dialisis?
Tahu donk, bahwa semakin lama si B2M ini beredar di darah pasien, akan bisa menimbulkan banyak komplikasi. Nah, bagaimana agar kadar B2M di darah pasien tidak tinggi-tinggi amat?
Sayangnya kadar B2M ini tidak bisa diturunkan dengan mesin dialisis biasa. Molekulnya terlalu besar untuk melewati (dicuci dengan) dialiser biasa. Malah hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar B2M rata-rata meningkat 25,4% pada pasien-pasien yang melakukan HD konvensional.
Lalu bagaimana donk?
Tapi ada kabar gembira (lagi), bagi mereka yang ingin menurunkan kadar B2M (hasil penelitian menunjukkan kadar B2M turun rata-rata 43,0%), bisa melakukan dialisis dengan dialisis metode HFR (Hemodiafiltration with Endogeneus Reinfusion). Selain bisa membuang racun-racun bermolekul besar seperti B2M, dialisis dengan metoda HFR bermanfaat juga menjaga kadar gizi pasien karena dialisis HFR ini tidak membuang nutrisi / zat gizi yang biasanya ikut terbuang saat dialisis konvensional.
Dialisis HFR (Hemodiafiltration with Endogeneus Reinfusio)
Dialisis HFR -meskipun belum banyak- bisa ditemui di beberapa RS / Klinik Hemodialisis khususnya di Jakarta. Ciri khas dari dialisis ini, tabungnya ada 3 dan slang-nya panjang banget (lihat gambar di atas). Â So tunggu apalagi, bagi pasien-pasien yang ingin segera membuang segera racun-racun bermolekul besar (B2M) tanpa zat gizi banyak terbuang, Â Cukup lakukan dialisis dengan HFR, minimal sebulan sekali dan nikmati proses dialisis yang berkualitas.
Bahan bacaan lainnya
Bagi teman-teman yang ingin membaca lebih lanjut mengenai hal ini, silakan klik:
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4317633/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4873421/
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Ditunggu komentar teman-teman. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H