Jenis anak berkubutuhan khusus
Ada beberapa jenis kategori anak berkubutuhan khusus yang dapat diidentifikasikan. Adapun jenisnya adlah sebagai berikut:Â
1. Kategori kesulitan belajar umum Kesulitan belajar ialah kesulitan yang ditemui pada indidvidu yang memang mengalami gangguan neurologis seperti tuna grahita, autism spectrum disorder (autis, Asperger, syndrome), down syndrome, rett syndrome, childhood disintegrative disorder, gangguan dengar dan gangguan lihat berat, celebral palsy, dan sindrom-sindrom lainnya.kesulitan belajar ini ditemukan pada kondisi dimana individu tersebut memiliki potensi kecerdasan/tingkat intelegensi yang dibawah rata-rata (skor IQ >90).Â
Karena potensinya yang berada dibawah rata-rata, tentu saja sudah dapat diduga bahwa individu tersebut kesulitan untuk menerima dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan seharusnya. Bahkan individu tersebut bukan hanya kesulitan mencerna materi pelajaran, namun materi ketrampilan kehidupan dasar pun mungkin kesulitan.Â
Contoh kategori nakan berkubutuhan khusus kategori kesulitan belajar umum:Â
1) Slow leaner Slow leaner atau anak lamban belajar ialah mereka memliki prestasi belajar rendah (dibawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah satu atau seluruh akademik, namun bukan tergolong anak keterbelakangan mental. Skor tes IQ nya menunjukkan antara 70-90 .Â
2) Retardasi mental (tuna garhita) Retardasi mental adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal dengan skor IQ sama atau lebih rendah dari 70. Para tuna garhita menaglami hambatan dalam tingakha laku dan penyesuaian diri. Semua itu berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya.Â
3) Anak dengan gangguan spektrum autis Autistic disorder adalah gangguan atau abnormalitas perkembangan pada intreaksi social dan komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan ketertarikan. Perilaku autistic digolongkan dalam dua jenis , yaitu perilaku yang eksesif (berlebihan) dan deficit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menggigit, mencakar, memukul, mendorong. Perilaku deficit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku social kurang sesuai, deficit sensori sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat.Â
2. Kategori kesulitan belajar spesifik Kesulitan belajar spesifik menunjukkan suatu kondisi dimana anak/individu yang diyakini mempunyai kecerdasan normal (bahkan tidak sedikit yang mempunyai ecerdasa diatas rata-rata), ternyata mengalami kesulitan yang signifikaan dalam beberapa area perkembanagan tertentu dalam kehidupannya.Â
Area perkembangan yang menaglami kesulitan itu ternyata spesifik meliputi bidang-bidang akademis seperti (utamanya) kemampuan baca, tuli, hitung. Kesultan belajar spesifik inilah yang disebut sebagai disleksia (kesulitan belajar terutama di area berabhasqa tulisan, Bahasa lisan, dan Bahasa social), diskalkulia (kesulitan belajar terutama di area berhitung) dan disgrafia (kesuitan belajar terutama di area menulis).Â
1) Disleksia Disleksia berasal dari Bahasa Greek, yakni dari kata "dys" yang berarti kesulitan, dan kata "lexis" yang berarti bahsa. Secara harfiah berarti kesulitan dalam berbahasa.Â
Secara terminology disleksia merupakan suatu kondisi pemrosesan input/informasi yang berbeda (dari anak normal) yang seringkali ditandai dengan kesulitan dalam membaca yang mempengaruhi area kognisi seperti : daya ingat, kecepatan memproses input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi dan pengendalian gerak, kesulitan visual dan fonologis. Disleksia seringkali bergandengan dengan disgrafia (kesulitan menulis) dan diskalkulia (kesulitan berhitung).
 2) Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) ADHD adalah attentiom deficit hyperactivity disorder jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti gangguan pemusata perhatian disertai hiperaktif. ADHD=kurang pemusatan perhatian+implulsivitas+hyperaktivitas. Seseorang dapat memenuhi salah satu kriteria ADHD yaitu kurang perhatian (inattention) atau hiperaktivitas&implusif, atau keduanya.Â
Kondisi ini terjadi selama periode paling tidak enam bulan, yang dapat mengakibatkan pertumbuhan seseorang tersebut menjadi tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhan usia normal. Berdasarkan pemaparan diatas, maka ADHD merupakan hambatan seorang individu dalam pemusatan perhatian yang disertai perilaku hyperaktivitas.Â
Daftar pustakaÂ
DPSG Indonesia, 2016. Fakta Disleksia. Bandung:DPSG Hallahan, D.P., & Kauffman, J.M. 2006. Exceptional Learners: An introduction to special education (10th ed). Boston: PearsonÂ
Purboyo, 2017. Mengenal Kesulitan Belajar Dan Kesulitan Belajar Spesifik. Jurnal UPYÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H