Ibu Asiyah bangkit dari tempat duduknya dan segera duduk di samping Rama."Bagaimana kalau kamu dapat beasiswa dari Universitas ternama di kota kita ini Ram? Dan bagaimana pula kalau cita-citamu itu bisa terwujud?"
Rama menatap tajam Guru Fisika yang terkenal sangar itu. "Sungguh bu?"
"Sungguh Rama. Selamat ya nak"
Tangisan Rama pecah saat itu juga. Kedua orang tuanya pun juga ikut menangis, tak terkecuali Bu Asiyah dan kedua adik kembarnya.
Tak lama Ari, sahabat Rama datang. Rama memeluk Ari dengan erat. Suasana bertambah haru saat Ari bulang bahwa Arilah yang berusaha menjelaaskan kepada Bu Asiyah tentang semua cita-cita tinggi Rama.
"Ya Allah ternyata aku ini bukan sekadar diplomat dalam sangkar. Terimaksih Ya Allah. Terimaksih atas semua nikamat-Mu"
Rama sujud syukur dan tak lupa pula berterimaksih pada Ari dan Bu Asiyah.
***
Itulah mimpi,
Itulah cita-cita,
Akan ada saja jalannya bagi siapa saja yang berani untuk bermimpi..