Mohon tunggu...
erika selvianti
erika selvianti Mohon Tunggu... -

Saya baru saja lulus dari sebuah Sekolah Menengah Atas di Tangerang. Saya sangat mencintai Bahasa Indonesia dan juga sangat suka dengan koran dan berita. Saya bercita-cita ingin menjadi seorang jurnalis yang bisa tahu banyak tentang seluk beluk bahkan akar masalah yang ada di negeri saya ini, karena saya prihatin sekali dengan keadaan negeri ini, dan dimana pula banyak anak seumuran saya yang masih kurang akan nasionalismenya. Mungkin cukup itu yang bisa saya deskripsikan. Oh ya, saya ini seorang yang sangat menghargai seorang yang militan seperti Ir. Soekarno dan Mahatma Ghandi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diplomat dalam Sangkar

22 Mei 2010   04:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:03 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Orang tuamu ada Ram?", sahut Ibu Asiyah

"Ada bu. Mari masuk". Rama mempersilahkan gurunya itu untuk masuk. Rama memanggil ibunya ke belakang. Ibunya segera menemui Ibu Asiyah disusul oleh ayahnya yang baru saja pulang dari tempat tetangga.

"Tumben toh bu mau main ke tempat Rama", sapa Ibu Rama kepada Bu Asiyah

"Apa Rama membuat ulah bu, sampai-sampai ibu datang kesini?". Ayah Rama bertanya dengan raut khawatir.

"Oh tidak Pak, Bu, tidak sama sekali. Rama tidak sama sekali membuat ulah. Saya hanya ingin tahu apa Rama masih mempunyai keputusan yang sama untuk tidak berkuliah?"

Rama menunduk. Ia menahan air matanya. Adira dan Agira hanya mengintip dari kamar yang hanya ditutupi gorden.

"Iya bu. Saya kan sudah bilang kalau saya tidak akan berkuliah. Lagipula saya tidak bercita-cita tinggi". Rama menjawab pertanyaan Bu Asiyah dengan gemetaran. Kelihatan sekali ia menahan tangis yang rasanya hampir ingin pecah saat itu juga.

Tak lama Bu Asiyah mengeluarkan sebuah catatan kecil. Rama sangat terkejut ternyata catatan itu adalah catatan milik Rama.

"Bukannya kamu mau jadi diplomat toh Ram? Apa itu yang kamu bilang kamu tidak ingin bercita-cita tinggi?"

Rama menangis. Ibu dan Ayah Rama ikut sedih. Mereka semua terlarut dalam satu suasana yang sangat mengharukan.

"Tapi saya tak punya biaya bu. Saya ini hanya diplomat dalam sangkar", ucap Rama lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun