Â
Duh, blackberry lagi....blackberry (BB) lagi. Hhhhh, selalu saja ada yang menanyakan nomor pin BB kepadaku. Teman-temanku bertanya dengan penuh keyakinan bahwa aku pasti punya. Setiap mereka bertanya, ingatanku langsung melayang pada sebuah BB berwarna hitam, dibungkus aksesoris berwarna ungu (warna kesukaanku..) dan kisahnya... (nah, ini dia yang bikin aku selalu berduka bila mengingatnya).
Suamiku bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, lebih tepatnya Kepala Seksi Obat dan Napza, Apoteker Rumah Sakit Anugerah Medika, Bandar Lampung, Dosen di D3 Farmasi, Poltekes Tanjung Karang dan salah satu pendiri SMK Farmasi Cendikia Farma Husada. Suamiku juga aktif di Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Daerah (IAI PD) Provinsi Lampung. Di IAI PD Lampung diamanahi sebagai Sekretaris Umum (Sekum), tapi karena berbagai pertimbangan beliau mengundurkan diri. Nah, karena saat itu beliau Sekum IAI PD Provinsi Lampung, pada Bulan Desember 2009 beliau dengan beberapa rekannya ; Pak Wahyu Hartono (Ketua IAI PD Lampung), Ardiansyah Kahuripan, Pak Afriadi dan Mbak Yulyuswarni menghadiri Kongres IAI se-Indonesia di Hotel Bidakara Jakarta.
Dari sinilah kisah BB ini dimulai.Aku dan suami sama-sama anak pertama. Bahkan suamiku adalah penyimbang adat (di adat Lampung seorang penyimbang adat bertanggung jawab penuh terhadap keluarga besar garis keturunan ayah dari pihak suami dalam segala hal). Karena posisi kami tersebut, aku dan suami harus mengurus adik-adik kami dan keluarga besar garis keturunan ayah dari suamiku. Apalagi sejak Memehku (panggilanku untuk Ibu) wafat pada 7 Mei 2007 dan Abahku (panggilanku untuk Ayah) stroke. Otomatis segala tanggung jawab Abah dan Memeh beralih kepada kami berdua.
Jadilah kami rumah tangga yang baru berbilang bulan, dengan urusan yang berbilang puluhan tahun. Pun untuk kebaikan bersama, kami sedikit-sedikit membantu Bapak dan Mak (orang tua suami) mengurus adik-adik suami. Saat itu (kami masih mengontrak), kami pun banyak ditumpangi sepupu-sepupu baik laki-laki ataupun perempuan yang sekolah dan kuliah (juga keponakan). Jadilah penuh pelangi kisah kami. Banyak suka dan duka. Yang pasti kami bersyukur atas kesempatan dan tempaan yang ALLAH berikan. Alhamdulillah, adik-adik kami sudah menjadi sarjana, bekerja dan ada yang sudah menikah. Bahkan punya anak... :). Juga sepupu-sepupu dan keponakan kami juga telah berhasil menyelesaikan studi dan bekerja.
Kulanjutin kisah handphone (hp)ku ya... Sejak kuliah, aku sudah punya hp walaupun hp murahan. Nah,aku termasuk orang yang tidak peduli pada merk dan lain-lainnya sebuah hp (ditambah mengingat banyak tanggungan...). Yang penting, bisa teleponan dan sms. Setelah menikah, hpku masih murahan :). Saat hpku rusak (sudah tidak bisa dipakai lagi), aku dapat lungsuran hp dari suamiku (hp merk Sony Ericcson, tidak tahu typenya.. Suamiku ganti hp dengan membeli hp nokia bekas waktu dinas luar ke Bandung). Saat itu aku sudah senang sekali karena masih bisa teleponan dan sms. (sederhana ya...:)).
Karena hp lungsuran suamiku itu juga udah lama, ya..tidak berapa lama hpnya error juga.. Akhirnya karena kasih sayang dan kasihan, pamanku yang seorang petani singkong memberiku hp. Lucu memang,kalau dikenang. Aku yang bekerja sebagai PNS di BPS Provinsi Lampung dan suamiku dengan seabreg pekerjaan (tentunya berbanding lurus dengan jumlah penghasilan..), punya hp pemberian seorang petani... :). Belum lagi hp itu pun lungsuran pamanku hahaaa.... Tapi what everlah, lagi-lagi yang penting bisa teleponan dan smsan... (hidup telepon dan sms ! Hehehe..). Hp lungsuran pamanku itu adalah hp nokia jadul dan penampilannya sudah miris (Maaf ya Menak...).
Melihat keadaanku, suamiku tidak tega. Beliau bertanya, "Ri (panggilan kesayangan beliau..) :), kamu nggak malu pake hp begitu...?" Dengan santai kujawab, "Sejujurnya, malu juga Bung (panggilanku untuknya ; panggilan khas Lampung kepada suami). Apalagi kalau rapat, Ri sembunyiin itu hp. Abisnya temen-temen kantor hpnya bagus-bagus." "Gimana kalo hp Bung, Ri aja yang pake?" kata suamiku."Justru itu yang anehlah Bung, Bung lebih butuh hp itu daripada Ri. Udah ah, nggak usah Bung pikirin," kataku. "Gimana kalo kamu beli hp aja ?" tanya suamiku sembari berharap banget aku mengiyakan. "Nggak ah, belum perlu. Kita masih banyak urusan. Kalau Ri mau beli, nanti aja sekalian beli BB," kataku bercanda. Saat itu BB masih barang baru (nggak mungkin banget deh saat itu bisa kebeli..). Tapi sejujurnya saat itu aku pengen banget punya BB. Pembicaraan kami tentang hp terhenti disitu.
Pada Bulan Desember 2009, suamiku berpamitan untuk mengikuti Kongres IAI se-Indonesia ke Jakarta. Pada malam harinya, suamiku menelepon. "Ri, disini banyak doorprizenya. Do'ain Bung dapat ya...," pintanya. Â "Iya,ntar Ri do'ain Bung dapat mobil," jawabku sekenanya. Hari-hari berlalu. Malam itu aku sedang buka hpku. Eh, ada tawaran kuis. Tumben-tumbennya aku yang nggak pernah tertarik ikut kuis, malam itu aku ikutan (lagi iseng !). Pas sampai pada pertanyaan hadiah apa yang dikehendaki, aku bingung karena pilihannya bagus-bagus. Akhirnya pilihannku jatuh pada keinginanku yang terpendam ; BB.
Pada malam yang sama suamiku menelepon, "Ri, malam ini pengundian doorprize. Do'ain Bung dapat ya," harapnya. "Iya Bung, insha ALLAH Ri do'ain Bung dapat mobil," jawabku. Â Lanjut suamiku, "Bung sekarang lagi keliling stand-stand nih, Ri. Disini ada dua jenis kupon. Yang 1 jenis, setiap peserta kongres otomatis dikasih. Nah, kalo mau dapat kupon lagi, syaratnya harus keliling ke minimal 20 stand. Jadi sekarang Bung lagi keliling stand, biar dapat 1 kupon lagi. Harapannya sih peluang Bung dapat doorprize semakin besar," cerita suamiku dengan semangat. Kau tahu sahabat, bagaimana perasaanku mendengar ceritanya ? Ya benar, SANGAT TERHARU. Ya ALLAH, suamiku...sampai demikian perjuangannya hanya untuk mendapatkan doorprize. Mendengar ceritanya yang menggebu-gebu, aku pun menyemangatinya. "Iya Bung, Ri doa'in, semangat ya Bung!"
Malam itu, menjelang tidur, aku membayangkan suamiku yang sedang menunggu dapat doorprize. Semoga dapat do'aku, aamiin...Keesokan harinya, menjelang maghrib, ada suara salam dan pintu rumah diketuk. Aku pun membukakan pintu. Alhamdulillah, suamiku sudah pulang. Kubantu suamiku membawa barang bawaannya ke dalam rumah. Dengan tidak sabar dan penuh semangat, suamiku berkata, "Ri, Bung ada surprise untuk kamu." "Apa Bung?" tanyaku. "Coba kamu tebak, warnanya item," suamiku membuatku penasaran. Kata Mak (kebetulan lagi ada dirumah kami), "Paling-paling tas." "Hmmm....apa ya Kak oleh-oleh untuk Mbak Erikanya ?" Kata Andra, teman kantorku yang lagi main kerumah. "Buku," tebakku. Kenapa aku menebak buku sahabat? Karena suamiku itu tidak suka pergi belanja, kecuali ke toko buku untuk membeli buku tentunya. Dan memang biasanya kalau dari bepergian jauh, oleh-olehnya selain makanan ya buku."Salah!" seru suamiku. "Warnanya item, sangat kamu inginkan," masih saja suamiku membuatku penasaran. "Nyerah deh. Apa sih, Bung?" kataku yang memang sukses dibuatnya penasaran.
Suamiku mengambil sesuatu dari ranselnya.Mataku benar-benar berbinar melihat apa yang ada dalam genggamannya, BLACKBERRY, sahabat. Iya, BLACKBERRY! Benda yang sangat kuinginkan dan pastinya kubutuhkan. Suamiku memberikan BB tersebut, aku menerimanya dengan setengah tidak percaya. Kau mau tahu mengapa sahabat ? Karena aku tahu pasti, beliau tidak mungkin bisa membelinya. (Kutahu isi dompetnya hahhahahhaaa..).
"Ri, kamu tahu kenapa Bung demikian bersemangat berkeliling stand untuk mendapatkan kupon tambahan? Karena salah satu doorprizenya BB, benda yang selalu kamu idam-idamkan. Bung nggak peduli hadiah lain, tujuan Bung satu, BB," mataku berkaca. "Jadi setelah Bung telepon kamu, Bung berkeliling ke stand-stand. Setelah masuk kedua puluh stand, Bung dapat lagi 1 kupon dengan menunjukkan bukti dari stand-stand yang Bung datangi. Kemudian, Bung sama Pak Wahyu, Ardi dan lainnya mengikuti pengundian.
Setiap keluar nomor kupon, Bung biasa aja karena bukan untuk BB undiannya. Karena semakin malam, banyak peserta yang menyerah. Mereka kembali ke kamar. Tapi Bung bertahan ingat BB itu. Tekad Bung, BB itu harus untuk kamu. Karena ada diantara teman-teman yang balik ke kamar itu ninggalin kupon mereka, Bung pungut kupon-kupon itu supaya peluang makin besar. Bung disemangatin sama teman-teman," suamiku bercerita sambil menatapku. Â "Bung nggak malu ?" tanyaku. "Nggak, ngapain musti malu, Ri ? Ardi dan kawan-kawan juga mompain semangat Bung.. Ayo Bang, semangat! ALLAHUAKBAR !!! Saya do'ain Abang dapat." Bung nggak peduli dan nggak malu-malu Ri mungutin kupon-kupon itu. Teman-teman bantuin juga mungutin.
Terus, sebelum pengundian BB, ada ibu-ibu dari Sumut dapat TV. Kata Bung dalam hati, "Nggak pa pa dia dapat TV. Yang penting BB untuk Bung. Lagi pula susah bawa TV ke Lampung."Malam makin larut, semakin banyak yang menyerah karena ngantuk. Bung aja diajakin teman-teman ke kamar. Bung nggak mau, Bung tahan kantuk Bung. Nah, tiba saatnya BB diundi. Bung deg-degan Ri ! Diundi, keluar satu kupon. Bukan nomor kupon Bung. Setiap keluar kupon dari undian, orang-orang berteriak, "Nggak ada, nggak ada, hangus, hangus." Bung juga ikutan teriak Ri.. Berkali-kali keluar kupon, bukan nomor Bung. Untungnya orang - orangnya nggak ada. Pas diundi lagi, disebut satu nomor kupon, Â nomor kupon Bung, Ri ! Bung langsung meloncat dan setengah berlari menuju ke depan. Bung terbayang wajah kamu, Ri. Kamu pasti seneng. Ketika BB ada ditangan Bung, Bung nggak bisa melukiskan perasaan Bung. Terutama Bung nggak bisa membayangkan bahagianya kamu. Oh ya, banyak banget yang fotoin Bung, karena BB itu hadiah utama," cerita suamiku membuatku menangis dan terpesona.
"Terimakasih ya Bung atas cinta dan perhatiannya, makasiih.." kataku bingung harus ngomong apa. Ternyata kejutan itu tidak sampai disitu saudara-saudara..."Besok paginya, ada yang mau beli BB itu, Ri.. Tapi, Bung nggak kasih. Bung bilang sama orangnya, berapapun mau dibayarnya, Bung nggak bakal kasih. Mau tahu kenapa, Ri ? Coba kamu lihat tanggal produksi di kotak BB ini, Ri," kata suamiku dengan penuh keharuan. "Coba, Ri lihat," kulihat tanggalnya. Â Deg, perasaanku bercampur haru sahabat.. Mau tahu yang kulihat ? 6 digit angka : 220909. Angka 6 digit ini adalah milad pernikahan kami yang ke-3 tahun. SUBHANALLAH, WALHAMDULILLAH, WA LAILAHAILLALLAHU ALLAHUAKBAR.
Ya ALLAH, BB tersebut adalah hadiah pernikahan kami yang ke-3 tahun dari-Nya. Ya, bener-bener dari ALLAH SWT, sahabat. Thanks God... Kami berdua menangis bersama.Hari berlalu. Alhamdulillah, karena aku satu-satunya yang punya BB di BPS Lampung, setelah pejabat BPS sampai dengan eselon III wajib punya BB, aku mengajar privat Kepala BPS Lampung (saat itu Bapak Drs. Mohamad Razif, M. Si) mengoperasikan BB. Dan seterusnya, BB tersebut sangat bermanfaat.
Sampai suatu hari, adik iparku datang dari Bandung ke rumah kami untuk berlibur. Bapak dan Mak juga ada di rumah. Aku masih ingat sabtu pagi itu, Mak sama Ayu keluar rumah. Karena aku khawatir mereka membeli oleh-oleh untuk Ayu pulang ke Bandung, aku menelepon Mak dari atas motor (pagi itu aku mau berangkat pengajian rutin dengan dibonceng suami),"Mak, nggak usah beli oleh-oleh lagi untuk Adek Ayu, Misna (panggilan mertuaku untukku) udah beli." Setelah menelepon mertuaku, BBku kumasukkan ke saku gamis (salahku tidak kupastikan terlebih dahulu masuk atau tidak BB itu).
Sampai ditempat pengajian aku baru sadar BB itu tidak ada di saku. Bersama salah satu teman pengajian, aku menyusuri jalan yang tadi kulalui mencari BB itu, tapi tidak ketemu. Namun, kalau ditelepon masih aktif, sms masih terkirim. Aku berkeyakinan udah ada yang menyimpan BB tersebut. Pulang pengajian, suamiku komplain karena beliau menelepon tidak kuangkat. Sms tidak kubalas. Dengan takut, sedih dan lain-lain, kuceritain kepada beliau apa yang telah terjadi. Kalian pasti tahu reaksi suamiku sahabat, iya benar...suamiku marah. Hhhhh....aku benar-benar sangat menyesal telah demikian ceroboh. Kuterima saja marahan beliau. Karena memang aku salah.
Bapak dan Mak membelaku (Mereka kasihan melihat aku dimarahin..) "Decky, dulu juga kamu hilangin hp, Bapak sama Mak aja nggak marah," kata mertuaku. Oh ya, saat itu aku sedang mengandung si kembar. Aku berdo'a, "Ya ALLAH, bila memang itu bukan rezekiku, aku ikhlas. Berikanlah ganti yang lebih baik lagi, walaupun dalam bentuk yang berbeda (dalam batin aku berharap kemudahan dalam melahirkan si kembar), aamiin." Alhamdulillah, 23 September 2010 aku melahirkan si kembar dengan sangat mudah dan melalui persalinan normal. Sebagai usaha yang terakhir, akhirnya suamiku mengirim sms ke BBku bahwa siapa yang menemukan, mohon untuk dikembalikan dan akan diberi imbalan sepantasnya. Aku juga demikian. Tapi nggak ada respon.
"Bung nggak mau kasih kamu hp lagi," kata suamiku masih marah. Tapi itu hanya sesaat saja. Karena pada saat miladku yang ke-31 tahun, beliau membelikanku hp Nokia C3. Dan alhamdulillah sahabat, akhirnya BB telah lama ada di genggaman kembali (aku beli BB baru.... :))
Suamiku tercinta Decky FerdiansyahÂ
Menggala, Jum'at 22 September 2006
Kita mengikrarkan diri dengan kalimat suci
Menjadi sepasang kekasih yang barokah
Bung, engkau hadir pada saat yang tepat
Bersama kita melukis hari
Seperti pelangi yang penuh warna dan berseri
Ya ALLAH, deraskanlah cucuran barokah atas pernikahan kami,
Jadikanlah kami keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah,
Jadikanlah keluarga kami sebagai keluarga yang berkualitas,
Jadikanlah keluarga kami sebagai teladan kebaikan,
Jadikanlah keluarga kami sebagai sebagai perekat keluarga besar dan umat,
Jadikanlah anak-anak kami sebagai penyejuk hati dan pemimpin orang-orang yang bertaqwa.. Aamiin Ya Rabb...
Bengkulu, 22 September 2012
(Tulisan ini kubuat dalam rangka MILAD PERNIKAHAN YANG KE-6 TAHUN pada 22 September 2012 yang lalu.. Kutulis disini dalam rangka hari keluarga yang jatuh pada Tanggal 29 Juni 2013)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H