Mohon tunggu...
Erika Novia P
Erika Novia P Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi S1 jurusan Ilmu Politik Wartawan Kampus

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Keterkaitan Pemberitaan Media dengan Para Elit Politik Pemilik Media

24 Oktober 2020   16:00 Diperbarui: 24 Oktober 2020   16:03 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Industrial-Concentric Conglomerates:

Elang Mahkota (EMTEK)

Hubungan media dan politik sudah sama tuanya dengan usia media itu sendiri. Karena pada dasarnya politik merupakan urat nadi media massa di awal kelahirannya. Sehingga tak heran jika sekarang ini proses produksi jurnalisme tak lepas dari kepentingan politik. Era modern seperti sekarang ini, media dan politik bertemu dengan faktor bisnis yang menuntut media berubah menjadi industri yang berorientasi pada keuntungan. Bukan lagi sebagai lembaga sosial yang fungsi dasarnya adalah mennyampaikan informasi. Maka lengkaplah sudah ketika media bersinergi dengan bisnis dan politik, berita sebagai jantung jurnalisme akan kehilangan substansinya.

Persekutuan media, politik, dan bisnis di tangan satu atau beberapa orang hanya akan melahirkan Orde Baru Jilid Dua. Pendapat ini berangkat dari peran media yang dimanfaatkan seseorang atau segelintir orang untuk menyebarkan pesan dan makna pada khalayak. Demi mempertahankan kekuasaan untuk mencapai popularitas, juga memperpanjang roda bisnis, media menjadi kendaraan yang paling efektif yang kemudian merubah fungsi media. Pers hanya menjadi mittos ketika kehilangan makna denotatifnya sebagai penyampai informasi. Pers menjadi mitos ketika berada dalam wilayah konotatif sebagai penopang kekuasaan, penghasil keuntungan, dan pemuas syahwat politik.

Kesimpulan

Media yang kini telah menjelma menjadi industri atau dikatakan mirip pabrik tahu bertendensi membohongi publik ketika menugaskan wartawannya untuk mewawancarai sumber tertentu yang sesuai dengan kepentingan politik dan bisnis pemilik modal atau kepentingan para bos media dengan menafikan sumber lainnya.

Persaingan ketat antarmedia telah menempatkan wartawan sebagai pekerja yang harus memenuhi target pemilik modal, tanpa dosa menuliskan berita bohong dan menghilangkan label kredibilitas yang identik dengan wartawan.

Tak dapat dipungkiri pula, profesi sebagai wartawan memang profesi terjajah, sehingga tidak akan mendapatkan pencerahan kecuali dengan bekerja. Harus diakui memang di negeri ini pengusaha media tidak hanya berasal dari wartawan yang idealis dan profesional, para pebisnis akan melihat informasi tak lebih sebagai suatu komoditi yang dapat diperjualbelikan sehingga makna informasi tersebut diabaikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun