Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Squid Game Tak Hanya Sebuah Drama Tapi Juga Realitas Keserakahan Manusia

8 Januari 2025   16:55 Diperbarui: 8 Januari 2025   16:55 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : suara.com


Squid Game, serial fenomenal asal Korea Selatan yang dirilis pada tahun 2021, telah menarik perhatian dunia dengan premisnya yang unik, brutal, namun sangat relevan dengan realitas manusia modern. Dalam serial ini, ratusan peserta yang terlilit utang besar bersedia mengikuti serangkaian permainan anak-anak untuk memenangkan hadiah uang yang fantastis. Namun, di balik permainan sederhana itu tersembunyi ancaman maut, di mana kegagalan berarti kematian. Serial ini, dengan caranya yang gamblang dan kadang mengerikan, mengungkap sisi gelap manusia, terutama dorongan serakah yang dapat membawa seseorang ke tindakan-tindakan ekstrem.

Keserakahan adalah tema utama yang melandasi Squid Game. Dalam dunia nyata, keserakahan sering kali menjadi motivasi utama di balik berbagai tindakan manusia. Dalam konteks Squid Game, keserakahan itu diwujudkan dalam bentuk keinginan memenangkan hadiah uang sebesar 45,6 miliar won. Jumlah ini cukup besar untuk mengubah hidup para peserta yang semuanya berada di titik terendah kehidupan mereka.

Namun, keserakahan ini bukan hanya soal uang. Serial ini juga menggarisbawahi bagaimana keserakahan dapat merasuki hubungan antar manusia. Para peserta awalnya membentuk aliansi dan persahabatan, tetapi tekanan situasi perlahan mengungkapkan sifat asli mereka. Ketika mereka dihadapkan pada pilihan antara hidup mereka sendiri atau nyawa orang lain, banyak yang tanpa ragu memilih untuk mengorbankan orang lain demi bertahan hidup.

Moralitas yang Terkikis

Squid Game juga menyoroti bagaimana keserakahan dapat mengikis moralitas. Salah satu karakter yang mencerminkan hal ini adalah Cho Sang-woo, seorang pria cerdas dan mantan eksekutif yang masuk dalam permainan karena terlilit utang besar akibat spekulasi finansial yang gagal. Awalnya, Sang-woo terlihat sebagai sosok rasional dan strategis, tetapi ketika permainan semakin intens, ia mulai menunjukkan sikap manipulatif dan tanpa belas kasihan.

Dalam salah satu episode, Sang-woo secara kejam mengkhianati Ali, seorang pekerja imigran yang telah mempercayainya sepenuhnya. Tindakan ini menunjukkan bagaimana, di bawah tekanan dan dorongan keserakahan, manusia dapat mengabaikan nilai-nilai moral yang sebelumnya mereka pegang.

Keserakahan juga terlihat dalam perilaku VIP, para orang kaya yang menyaksikan permainan sebagai hiburan sadis. Mereka melambangkan bagaimana kesenjangan ekonomi yang besar memungkinkan orang-orang di puncak piramida sosial untuk memperlakukan kehidupan manusia lainnya sebagai objek kesenangan. Sikap tidak berperasaan ini mencerminkan bagaimana kekayaan dan keserakahan dapat menciptakan distorsi dalam cara seseorang memandang nilai hidup orang lain.

Perjudian atas Nyawa

Squid Game menggambarkan keserakahan sebagai bentuk perjudian ekstrem. Para peserta mempertaruhkan nyawa mereka demi peluang untuk keluar dari kemiskinan dan utang. Dalam kehidupan nyata, banyak orang juga terjebak dalam siklus perjudian, baik dalam arti literal maupun metaforis. Orang-orang sering mengambil risiko besar untuk mendapatkan keuntungan finansial, bahkan jika itu berarti mengorbankan kesejahteraan mereka sendiri atau orang lain.

Perjudian yang digambarkan dalam Squid Game menunjukkan bahwa keserakahan dapat membuat manusia kehilangan perspektif dan rasionalitas. Alih-alih mencari solusi yang lebih aman atau jangka panjang, mereka memilih jalan pintas yang berbahaya. Dalam permainan terakhir, "Squid Game," peserta terakhir, Seong Gi-hun, harus menghadapi Sang-woo dalam duel mematikan. Ketegangan ini mencerminkan bagaimana keserakahan dapat mendorong manusia ke dalam konflik brutal yang menghancurkan.

Kritik terhadap Sistem Sosial

Squid Game tidak hanya mengkritik individu, tetapi juga sistem sosial yang memperparah keserakahan. Serial ini menunjukkan bagaimana kemiskinan, utang, dan kesenjangan ekonomi dapat menciptakan kondisi di mana keserakahan menjadi satu-satunya jalan keluar. Dalam dunia Squid Game, para peserta berasal dari berbagai latar belakang, tetapi mereka memiliki satu kesamaan: mereka semua berada dalam situasi finansial yang putus asa.

Kritik ini relevan dalam konteks global, di mana sistem kapitalisme sering kali mendorong orang untuk mengejar kekayaan dengan segala cara, bahkan jika itu berarti menghancurkan orang lain. Squid Game menggambarkan bagaimana struktur ekonomi yang tidak adil menciptakan kondisi di mana orang merasa tidak punya pilihan selain mengambil risiko ekstrem untuk bertahan hidup.

Meskipun Squid Game dipenuhi dengan kekerasan dan pengkhianatan, serial ini juga menyampaikan pesan kemanusiaan yang mendalam. Dalam beberapa momen, kita melihat kilasan kebaikan dan solidaritas. Misalnya, Seong Gi-hun, meskipun memiliki banyak kekurangan, sering menunjukkan empati terhadap peserta lain, seperti Ali dan Sae-byeok. Di akhir cerita, Gi-hun memutuskan untuk tidak menggunakan uang yang ia menangkan, menunjukkan bahwa ia menyadari harga moral yang harus dibayar untuk kemenangan tersebut.

Pesan ini mengingatkan kita bahwa, meskipun keserakahan adalah sifat manusia yang tak terelakkan, kita masih memiliki kapasitas untuk memilih jalan yang lebih baik. Squid Game menantang penonton untuk mempertimbangkan bagaimana mereka akan bertindak dalam situasi serupa dan mengajukan pertanyaan: Apakah kita akan mengorbankan orang lain demi keuntungan pribadi, ataukah kita akan mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan kita?

Refleksi untuk Dunia Nyata

Kesuksesan Squid Game tidak hanya karena alur ceritanya yang mendebarkan, tetapi juga karena relevansinya dengan kondisi dunia saat ini. Serial ini memaksa kita untuk merenungkan sejauh mana keserakahan telah memengaruhi kehidupan kita. Dalam dunia yang didorong oleh konsumerisme dan kompetisi, kita sering kali dihadapkan pada godaan untuk mengorbankan nilai-nilai moral demi keuntungan material.

Lebih dari sekadar hiburan, Squid Game adalah cermin yang memantulkan sisi gelap masyarakat kita. Ia mengingatkan kita bahwa keserakahan, jika tidak dikendalikan, dapat merusak hubungan, moralitas, dan bahkan kemanusiaan itu sendiri. Serial ini mengajarkan bahwa, di tengah godaan untuk mendapatkan lebih, kita harus tetap menjaga keseimbangan antara ambisi dan empati.

Pada akhirnya, Squid Game adalah peringatan yang kuat bahwa manusia harus belajar untuk menahan keserakahan dan mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memahami pesan ini, kita dapat membangun dunia yang lebih adil, di mana kekayaan tidak lagi menjadi alasan untuk menghancurkan satu sama lain, tetapi menjadi sarana untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi semua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun