"Bertahanlah di Tempat yang menganggapmu Berharga dan Tinggalkanlah Tempat yang Menganggapmu Sebelah Mata"
Dalam perjalanan hidup, kita sering kali bertemu dengan berbagai jenis manusia. Ada yang menganggap kita tidak lebih dari sekadar bayangan, seseorang yang hanya lewat tanpa memberikan arti. Namun, ada juga yang memandang kita sebagai pribadi berharga, yang keberadaannya memberi dampak positif dan makna mendalam. Pertanyaannya, apakah penilaian seperti ini menjadi masalah yang harus membuat kita menyerah? Atau malah menjadi alasan untuk terus melangkah?
Merasa sedih ketika dianggap sebelah mata adalah hal yang sangat manusiawi. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dasar untuk dihargai dan diakui. Ketika kita dihadapkan pada sikap acuh atau penilaian rendah dari orang lain, wajar jika rasa kecewa itu muncul. Namun, alih-alih tenggelam dalam rasa kecewa tersebut, penting untuk memahami mengapa hal ini terjadi dan bagaimana cara terbaik untuk menyikapinya.
Pada dasarnya, manusia cenderung mengklasifikasikan hubungan sosial berdasarkan skala prioritas yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan hidupnya. Orang-orang yang dianggap memiliki nilai tinggi, baik karena status, kemampuan, atau pengaruh, sering kali ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi dalam hierarki sosial seseorang. Sebaliknya, mereka yang dinilai tidak memberikan dampak langsung terhadap hidupnya sering kali diabaikan atau dianggap remeh.
Pola ini merupakan bagian dari sifat manusia yang secara naluriah tertarik pada hal-hal yang terlihat berharga. Dalam banyak kasus, nilai seseorang diukur dari apa yang mereka miliki, apa yang bisa mereka berikan, atau sejauh mana mereka dapat memenuhi ekspektasi sosial tertentu. Hal ini menjelaskan mengapa perlakuan terhadap seseorang sering kali berbeda-beda, tergantung pada konteks dan perspektif individu yang menilainya.
Menghadapi Perlakuan Sebelah Mata
Ketika seseorang memperlakukan kita dengan sikap meremehkan, mudah bagi kita untuk merasa kecil dan tidak berarti. Pertanyaan seperti, "Siapa sih kamu?" atau komentar miring lainnya bisa menusuk harga diri kita. Namun, penting untuk menyadari bahwa penilaian orang lain tidak selalu mencerminkan nilai sebenarnya dari diri kita.
Sebagai manusia, kita memiliki kecenderungan untuk mendefinisikan diri berdasarkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Padahal, sejatinya, nilai diri kita tidak seharusnya ditentukan oleh penilaian tersebut. Rasa sedih akibat perlakuan sebelah mata adalah bagian dari proses emosional yang wajar. Namun, jangan sampai hal ini membuat kita meragukan kemampuan atau keberhargaan diri sendiri.
Mencari Lingkungan yang Menerima dan Menghargai
Salah satu kunci untuk menjaga mental health adalah menemukan lingkungan yang menerima dan menghargai kita apa adanya. Circle atau komunitas yang mendukung dapat memberikan rasa aman, kenyamanan, dan penghargaan yang sejati. Di dalam lingkungan seperti ini, kita bisa merasa dilihat, didengar, dan dihargai tanpa harus membuktikan diri secara berlebihan.
Meskipun penting untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain, kita juga harus selektif dalam menentukan siapa yang benar-benar layak mendapatkan energi dan perhatian kita. Upaya maksimal untuk mendapatkan pengakuan dari orang yang tidak menghargai kita hanya akan menguras energi tanpa hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, alih-alih berfokus pada mereka yang meremehkan, lebih baik kita berinvestasi pada hubungan yang saling mendukung dan memberikan nilai positif.
Menghargai Diri Sendiri Sebagai Langkah Awal
Selain menemukan lingkungan yang tepat, langkah penting lainnya adalah belajar menghargai diri sendiri. Ketika kita mampu melihat nilai diri dengan jelas, penilaian orang lain tidak akan terlalu memengaruhi persepsi kita tentang diri sendiri. Menghargai diri sendiri berarti menerima kelemahan sekaligus menghargai kelebihan yang kita miliki.
Kita tidak bisa memaksa semua orang untuk melihat nilai diri kita. Namun, kita bisa memilih untuk fokus pada apa yang membuat kita merasa berarti dan bahagia. Dengan demikian, meskipun ada orang yang menganggap kita sebelah mata, hal itu tidak akan mengurangi rasa percaya diri dan kebahagiaan kita.
Belajar dari Pengalaman Bahwa Tidak Semua Orang Akan Memvalidasi keberadaanmu
Pertemuan dengan orang-orang yang meremehkan kita sebenarnya bisa menjadi pelajaran berharga, bahwa tidak semua orang akan memvalidasi keberadaan kita, sebaik apapun kita bersikap! Hal tersebut sangat manusiawi, karena tidak ada aturan baku yang mengharuskan semua orang memvalidasi dan menghargai keberadaan kita. Justru dari pengalaman tersebut, kita bisa belajar untuk lebih selektif dalam menjalin hubungan dan menilai siapa yang layak mendapatkan perhatian kita. Selain itu, pengalaman ini juga dapat mengajarkan kita untuk tidak memperlakukan orang lain dengan cara yang sama. Dengan memahami bagaimana rasanya diremehkan, kita bisa lebih empati dan menghargai orang lain, terlepas dari status atau nilai yang mereka miliki dalam hidup kita.
Pada akhirnya, dianggap sebelah mata bukanlah akhir dari segalanya. Penilaian orang lain, baik positif maupun negatif, adalah bagian dari dinamika kehidupan sosial yang tidak bisa dihindari. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi hal tersebut dan tetap menjaga rasa percaya diri serta harga diri kita. Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan berusaha mendapatkan pengakuan dari semua orang. Fokuslah pada mereka yang benar-benar peduli dan melihat nilai diri kita. Jangan ragu untuk meninggalkan hubungan yang merugikan dan mencari lingkungan yang memberikan dukungan serta penghargaan yang tulus. Dengan demikian, kita bisa menjalani hidup dengan lebih bermakna dan penuh rasa syukur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H