Ada kalanya hidup terasa seperti pukulan bertubi-tubi, seperti kita sedang berjalan di lorong gelap tanpa tahu di mana ujungnya. Hati berantakan, pikiran kacau, dan langkah rasanya berat sekali. Semua orang pernah ada di titik ini, titik di mana rasanya dunia ingin kita menyerah. Namun, kenyataannya, hidup tidak pernah memberikan kita "pause button." Tidak ada waktu untuk berhenti, sekalipun kita merasa sudah di titik terendah dan ingin diam di sana saja, membiarkan semuanya berlalu.
Kita hidup di dunia yang bergerak cepat---kadang terlalu cepat untuk hati yang sedang patah dan pikiran yang sedang kalut. Mau tidak mau, kita dipaksa untuk ikut berjalan, meskipun kaki rasanya lumpuh karena beban yang kita pikul. Sayangnya, tidak ada ruang bagi waktu untuk berkata, "Oke, kamu istirahat dulu. Aku akan menunggu sampai kamu siap." Kenyataannya, waktu terus berlari tanpa peduli.
Kenyataan Pahit Harus Kita Terima
Sering kali, kita memiliki bayangan ideal tentang kehidupan. Kita ingin segalanya berjalan sesuai keinginan: cinta yang sempurna, pekerjaan yang lancar, dan dunia yang seolah berpihak pada kita. Namun, realita justru menunjukkan sebaliknya. Hidup selalu punya caranya sendiri untuk membuat kita kecewa, terluka, dan patah hati. Seperti sebuah plot twist dalam film yang tidak kita harapkan, tapi harus kita jalani.
Banyak orang mencoba menyangkal rasa sakit atau berpura-pura semuanya baik-baik saja. Tapi sejujurnya, luka itu ada, nyata, dan kadang terlalu dalam untuk diabaikan.
 Sering kita bertanya, "Kenapa aku?" atau "Kenapa hidup begitu kejam?"---tapi jawaban itu jarang datang.Â
Inilah kenyataan pahit yang harus kita terima: hidup tidak selalu berjalan sesuai ekspektasi. Tidak semua hal yang kita inginkan akan terwujud. Kadang, kita harus siap untuk kecewa, siap untuk terluka, dan siap dipatahkan. Menolak realita hanya akan memperpanjang derita. Ketika kita mulai belajar menerima apa yang terjadi, meskipun bertolak belakang dengan keinginan kita, perlahan hidup akan terasa lebih ringan.
Rasa Sakit yang Mengajarkan Kita Banyak Hal
Siapa bilang rasa sakit hanya membawa penderitaan? Ironisnya, justru luka-luka itu yang membuat kita tumbuh. Ketika kita merasa hancur berkeping-keping, sebenarnya kita sedang membentuk versi baru dari diri kita---versi yang lebih kuat dan lebih terbiasa dengan ketidakpastian.
Kita belajar menerima kegagalan, meskipun awalnya pahit. Kita belajar berdamai dengan kehancuran, meskipun rasanya seperti kehilangan bagian dari diri kita sendiri. Dan yang paling penting, kita belajar bangkit lagi, meskipun rasanya mustahil.
Ada satu kutipan yang sering saya ingat: "What doesn't kill you makes you stronger." Meskipun klise, tapi benar adanya. Sakit itu membentuk mental kita. Setiap kali kita terjatuh, kita belajar bagaimana caranya berdiri lagi. Setiap kali kita dihancurkan oleh keadaan, kita belajar bagaimana caranya membangun kembali diri kita dari awal. Bahkan ketika hidup memberikan kita "kejutan" masalah yang bertubi-tubi, kita akan semakin terbiasa.
Kuncinya adalah resilience, kemampuan untuk bertahan dan bangkit. Tanpa disadari, setiap luka yang kita alami membangun ketahanan itu sedikit demi sedikit. Awalnya sulit, tentu. Tapi seiring berjalannya waktu, kita akan lebih kuat menghadapi pukulan-pukulan selanjutnya.
Boleh Jeda, Tapi Jangan Terlalu Lama
Tidak ada salahnya mengambil jeda. Kadang, kita memang butuh berhenti sejenak, menarik napas, dan mengumpulkan energi. Kita bukan mesin. Kita manusia dengan perasaan yang bisa lelah dan pikiran yang bisa kewalahan.
Namun, yang perlu kita ingat adalah jangan sampai jeda itu berubah menjadi diam selamanya. Jangan biarkan waktu meninggalkan kita hanya karena kita terlalu lama bersembunyi dalam luka. Hidup tidak memberikan kita dispensasi untuk menunda proses pemulihan. Semakin lama kita diam, semakin sulit untuk kembali berjalan.
Ingat, saat kita berhenti, dunia di luar sana tetap berputar. Orang-orang tetap melanjutkan hidup mereka. Waktu tidak pernah berhenti hanya untuk menunggu kita pulih. Jika kita tidak segera bangkit, kita akan semakin tertinggal dan kehilangan lebih banyak lagi.
Maka, jika saat ini kamu merasa ingin diam, berhentilah sejenak jika perlu. Tapi jangan lupa untuk bangkit kembali. Karena pada akhirnya, hidup harus tetap berjalan, dengan atau tanpa izin dari hati yang sedang terluka.
Hiduplah Dan Teruslah Bertahan
Tidak ada yang mengatakan hidup itu mudah. Setiap orang memiliki luka dan perjuangannya masing-masing. Apa yang terlihat sempurna di luar, belum tentu tanpa retakan di dalamnya. Semua orang, termasuk mereka yang terlihat kuat, pernah merasa ingin menyerah.
Tapi satu hal yang membedakan mereka adalah keberanian untuk tetap berjalan. Meski hancur, mereka memilih untuk melanjutkan. Meski lelah, mereka memilih untuk bertahan. Dan meski terluka, mereka memilih untuk memulihkan diri sambil tetap bergerak maju.
Kamu juga bisa. Tidak apa-apa jika kamu merasa hancur. Tidak apa-apa jika kamu merasa dunia sedang tidak berpihak. Kamu berhak merasa sedih, kecewa, dan marah. Tapi ingat, jangan biarkan semua itu membuatmu berhenti. Hidup memang tidak selalu adil, tapi kita selalu punya pilihan untuk bangkit dan berjuang lagi.
Pada akhirnya, semua rasa sakit akan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Dan ketika kamu melihat ke belakang, kamu akan bangga pada dirimu sendiri karena pernah bertahan di titik yang menurutmu tidak mungkin kamu lalui.
Hidup akan terus berjalan, jadi pastikan kamu berjalan bersamanya. Sekalipun hati ingin diam, sekalipun langkah terasa berat, tetaplah bergerak. Karena dari situlah, kita akan menemukan kekuatan yang mungkin belum pernah kita sadari sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H