2. Mendorong Dukungan Sosial: Pria perlu diajak untuk lebih terbuka dalam berbagi masalah dengan orang-orang terdekat, baik itu teman, keluarga, maupun profesional.
3. Meningkatkan Akses ke Layanan Kesehatan Mental: Layanan seperti konseling atau terapi perlu dibuat lebih mudah diakses, dengan pendekatan yang ramah terhadap kebutuhan pria.
4. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung: Komunitas, tempat kerja, dan keluarga dapat berperan dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi pria untuk berbicara tanpa takut dihakimi.
Pria yang diam bukan berarti tidak memiliki masalah. Di balik sikap tenangnya, sering kali tersimpan luka emosional yang mendalam. Namun, dengan mengubah cara pandang kita terhadap maskulinitas dan mendukung pria untuk lebih terbuka, kita dapat membantu mereka mengatasi beban emosionalnya. Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk menciptakan ruang di mana semua orang, termasuk pria, merasa aman untuk berbicara dan mencari bantuan. Sebab, kesehatan mental adalah hak setiap manusia, tanpa memandang gender.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H