Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di satupena Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Liburan itu Bukan Pemborosan, Tapi Juga Buat Jaga Kewarasan

10 Desember 2024   11:00 Diperbarui: 10 Desember 2024   11:00 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Liburan itu Bukan Pemborosan, Tapi Juga Buat Jaga Kewarasan"

Kompasianer pernah nggak, merasa hidup ini seperti hamster di roda putar? Bangun pagi, buru-buru siapin sarapan, ngurus anak atau pekerjaan rumah, terus lanjut kerja di kantor sampai malam. Belum lagi kalau bos ngasih tambahan tugas yang bikin kepala rasanya meledak. Rutinitas kayak gitu, tanpa jeda, bisa bikin kita nyaris lupa: kita ini manusia, bukan mesin.

Bicara soal mesin, pasti kompasianer juga pernah denger tentang berita robot AI yang "bunuh diri" di Korea Selatan. Dikutip dari Viva.co.id Robot AI dilaporkan bunuh diri karena beban kerja yang terlalu berat. Robot yang diduga bundir itu, baru bekerja kurang lebih selama 1 tahun sebagai robot PNS pertama di Korea Selatan yang bertugas untuk membantu mengirimkan dokumen dan informasi kepada warga lokal. Sebagai robot yang diduga stress karena memiliki beban kerja yang melampaui batas kemampuannya, robot ini mulai berperilaku aneh dengan berputar-putar di satu titik sebelum akhirnya di temukan jatuh dari tangga. Meski berita ini masih kontroversial, tapi ada laporan dari beberapa media yang menyebutkan bahwa AI tersebut sengaja mematikan dirinya sendiri setelah terus-menerus diberi tugas tanpa henti. 

Fenomena ini menggambarkan realitas pahit bahwa bahkan simulasi kecerdasan pun punya batas. Kalau mesin aja bisa "capek", gimana dengan kita, manusia yang punya emosi dan perasaan?

Nah, ada juga cerita nyata dari Jepang. Seorang wanita, saking stress-nya karena tekanan pekerjaan yang nggak ada habisnya, sampai membenturkan kepalanya ke tiang listrik. Ini bukan cuma cerita horror, tapi fakta tragis yang mencerminkan budaya kerja berlebihan (overworking culture) yang nggak sehat. Di Jepang, fenomena ini bahkan punya istilah khusus: "karoshi" atau kematian karena terlalu banyak kerja. Ngeri banget, kan?

Sayangnya, budaya hustle dan kerja keras 24/7 nggak cuma ada di Jepang. Di Indonesia pun, kita sering ketemu orang-orang yang bangga kalau kerja nggak kenal waktu, bahkan nggak liburan bertahun-tahun. Alasannya? Biar produktif, biar uang terus ngalir, atau takut dianggap malas. Padahal, yang namanya liburan itu bukan cuma soal senang-senang atau buang-buang uang, tapi lebih ke kebutuhan.

Terus emang kalau kerja terus, itu uang beneran ke kumpul nggak? Pengelolaan finansial yang mapan memang bagus, untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga di depan, tapi jangan jadi orang yang terlalu pelit sama diri sendiri. Sampai kadang kita lupa, kita nggak pernah ngerasain nikmatin hidup karena fokus kerja dan kerja! Kaya juga nggak, Tau-tau udah jadi Tua!

Setidaknya dalam hidup, kita harus sedikit berjeda, menikmati apa yang semesta hadirkan untuk kita. Alam, gunung, sawah, pantai, senja dan semua hal yang bikin kita bersyukur jadi manusia. 


Liburan itu kayak recharge baterai.

Kalau baterai ponselmu terus dipakai tanpa diisi ulang, lama-lama ponsel itu bakal mati total. Begitu juga dengan otak dan tubuh kita. Kita butuh waktu buat istirahat, buat rehat dari segala rutinitas yang bikin penat. Bukan cuma tubuh yang perlu istirahat, tapi juga pikiran.

Menurut riset dari American Psychological Association, liburan bisa membantu menurunkan tingkat stres, meningkatkan kesehatan mental, bahkan bikin kita lebih produktif setelahnya. Sebuah studi lain dari University of Tampere di Finlandia juga menemukan bahwa orang yang rutin liburan cenderung lebih bahagia dan lebih sehat dibanding mereka yang nggak pernah liburan. Jadi, kalau kita berpikir liburan itu pemborosan, coba pikir lagi: mana yang lebih mahal, liburan atau tagihan rumah sakit karena burnout?

Pernah nggak kompasianer ngerasa lebih segar setelah jalan-jalan, walaupun cuma seharian? Entah itu ke pantai, gunung, atau sekadar staycation di hotel terdekat. Alam punya efek terapi yang luar biasa buat mental kita. Suara ombak, udara segar di pegunungan, atau sekadar berjalan-jalan di taman kota bisa bikin stres berkurang drastis. Bahkan, studi menunjukkan bahwa menghabiskan waktu di alam terbuka bisa meningkatkan hormon endorfin, alias hormon kebahagiaan.

Tapi, jangan salah paham. Liburan nggak harus mahal atau jauh. Intinya sesuaikan dengan budget yang ada. Nggak perlu ke Bali, Maldives, atau Eropa kalau budget-nya belum memungkinkan. Liburan bisa sesederhana menikmati waktu sendiri di rumah sambil baca buku favorit, atau jalan-jalan sore di sekitar lingkungan. Intinya, beri waktu buat diri sendiri untuk "menghirup napas" dari semua kesibukan.

Kadang, yang bikin kita ragu untuk liburan itu perasaan bersalah. "Nanti kerjaan siapa yang beresin?" atau "Kalau aku liburan, siapa yang ngurus rumah?" Pertanyaan-pertanyaan kayak gini sering muncul, apalagi buat kita yang punya tanggung jawab besar, baik di kantor maupun di rumah. Tapi, sadar nggak sih, kalau kita nggak peduli sama kesehatan kita sendiri, ujung-ujungnya justru bakal lebih menyusahkan orang lain? Ketika kita sakit karena terlalu capek, yang repot nggak cuma kita, tapi juga keluarga dan rekan kerja.

Selain itu, liburan juga bisa memperbaiki hubungan kita dengan orang-orang terdekat. Coba deh, kapan terakhir kali kamu menghabiskan waktu berkualitas bareng keluarga tanpa gangguan email kerja atau chat dari bos? Liburan bareng keluarga nggak cuma bikin kita lebih dekat, tapi juga menciptakan kenangan indah yang nggak ternilai harganya.

Jadi, apakah liburan itu pemborosan atau sarana menjaga kesehatan mental? Jawabannya tergantung cara pandangmu. Kalau kamu masih ngotot melihat liburan cuma sebagai pemborosan, coba pikir lagi: apa gunanya kerja keras kalau ujung-ujungnya kamu sakit atau nggak bahagia? Sebaliknya, kalau kamu melihat liburan sebagai investasi buat kesehatan mental dan fisik, maka kamu udah ada di jalur yang benar. Kesimpulannya, hidup itu harus balance. Kerja keras itu penting, tapi jangan lupa kasih waktu buat diri sendiri. Liburan bukan cuma soal senang-senang, tapi soal bertahan. Kita ini manusia, bukan robot. Jadi, berhenti sejenak, tarik napas, dan beri waktu buat dirimu menikmati hidup. Karena pada akhirnya, kesehatan mental dan kebahagiaanmu jauh lebih berharga daripada uang atau status pekerjaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun