Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Selalu Bilang "Nggak Apa-apa", Tapi Hati Berantakan

6 Desember 2024   14:36 Diperbarui: 6 Desember 2024   15:29 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: galeri lukisan dennyja

Selalu Bilang "Nggak Apa-Apa", Tapi Hati Berantakan: Sampai Kapan?

Pernah nggak sih, kalian ngalamin fase hidup di mana kita terus-terusan bilang, "Nggak apa-apa kok," padahal hati sebenarnya berantakan banget? Kayak ada badai kecil di dalam dada, tapi kita harus tetap senyum, pura-pura tenang, dan seolah segalanya under control. "Selalu bilang nggak apa-apa, tapi hati berantakan" relate banget nggak tuh?  

Kadang situasi hidup bikin kita terpaksa angkat topeng dan ngomong "I'm fine," meski jelas-jelas enggak. Bisa karena nggak mau ribet ngejelasin, takut ngeganggu orang lain, atau malah nggak tahu harus cerita ke siapa. Tapi tahu nggak sih, lama-lama capek juga pura-pura oke, padahal dalam hati rasanya udah napas sesek banget.  

Topeng "Nggak Apa-Apa" yang Melelahkan
Jujur aja, hidup pakai topeng itu exhausting. Kita berusaha keras terlihat kuat, nggak terpengaruh, bahkan pas lagi di titik terendah. Semua demi satu hal: biar nggak dianggap lemah. Masalahnya, kalau kita terlalu sering bilang "nggak apa-apa," lama-lama kita sendiri percaya kebohongan itu, sementara luka dalam hati terus menumpuk kayak gunung es.  

Bukannya selesai, malah jadi makin parah. Bayangin aja, kamu nahan tangis terus-terusan, sampai lupa kapan terakhir kali benar-benar jujur sama perasaanmu sendiri. "It's okay not to be okay," tapi kita sering lupa sama konsep itu, ya nggak?  

Ke Mana Harus Meluapkan?
Masalahnya, di mana sih tempat aman buat jujur? Kadang, bahkan teman terdekat pun nggak ngerti atau malah sibuk ngasih nasihat yang nggak kita butuhin. "Stay strong," "It'll get better," or worse, "Kamu terlalu baper." Gimana mau cerita kalau ujung-ujungnya malah bikin makin sesek?  

Di sinilah kita sering terjebak. Pengen teriak, pengen nangis, pengen cerita---tapi takut nggak ada yang peduli. Kita akhirnya nyimpan semuanya sendiri, kayak beban itu cuma milik kita. Padahal manusia itu nggak dirancang buat nanggung semuanya sendirian.  

Wajar Kok, Nangis!
Serius deh, siapa yang bilang nangis itu lemah? Faktanya, nangis itu sehat, lho. Menangis bisa jadi cara tubuh buat melepas emosi yang udah numpuk. Tapi di dunia ini, sering kali kita dipaksa buat terlihat "sempurna." Nggak boleh kelihatan sedih, nggak boleh kelihatan rapuh, harus selalu kelihatan "on."  

Tapi coba deh, berhenti sejenak. Tarik napas dalam-dalam, dan jujur sama diri sendiri. Kalau memang lagi sedih, ya nangis aja. Kalau lagi marah, nggak apa-apa kok buat nunjukin. Bukan berarti kamu lemah, tapi justru kamu berani jujur sama diri sendiri. 


Hidup Tanpa Topeng: Mungkinkah?
Pertanyaannya, bisa nggak sih kita jadi manusia tanpa topeng? Yang saat sedih ya bilang sedih, saat marah ya ungkapin marah, tanpa takut dihakimi?  

Jawabannya: bisa, tapi nggak mudah. Kita perlu mulai dari diri sendiri. Berani jujur, nggak hanya ke orang lain, tapi terutama ke diri kita. Kadang kita terlalu keras sama diri sendiri, nggak ngasih ruang buat healing atau sekadar merasa. Padahal, fase "hancur berantakan" itu wajar banget.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun