Wacana tentang kembalinya Ujian Nasional (UN) menjadi topik hangat dalam dunia pendidikan di Indonesia. Setelah beberapa tahun ditiadakan, banyak pihak yang mempertanyakan efektivitas keputusan tersebut, terutama karena banyak siswa yang menunjukkan penurunan motivasi belajar.Â
Namun, jika kita berpikir lebih jauh, apakah mengembalikan UN benar-benar menjadi solusi untuk meningkatkan semangat belajar siswa? Atau, justru ada persoalan yang lebih mendasar yang harus kita perbaiki terlebih dahulu?
Motivasi Belajar Siswa Indonesia: Masalah yang Belum Terselesaikan
Data menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa Indonesia memang tergolong rendah. Menurut hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2018, Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 79 negara dalam hal kemampuan membaca, matematika, dan sains.Â
Selain itu, laporan dari World Economic Forum (2021) juga menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia masih berada jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Â
Rendahnya motivasi belajar ini tidak hanya disebabkan oleh dihapuskannya UN, tetapi lebih kepada akar masalah yang kompleks, seperti: Â
1. Kesenjangan Ekonomi dan Kemiskinan
  Kemiskinan masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Banyak keluarga yang lebih memprioritaskan mencari penghasilan dibandingkan pendidikan anak-anak mereka. Hal ini membuat anak-anak lebih terdorong untuk membantu mencari nafkah daripada fokus belajar. Â
2. Ketidakmerataan Fasilitas Pendidikan
  Sekolah-sekolah di daerah terpencil seringkali kekurangan fasilitas belajar, guru berkualitas, dan akses teknologi. Tanpa sarana yang memadai, semangat belajar siswa menjadi sulit tumbuh. Â
3. Minimnya Penghargaan terhadap Prestasi Akademik
  Budaya meritokrasi yang lemah menjadi salah satu penghambat berkembangnya semangat belajar. Banyak orang berprestasi di Indonesia merasa tidak dihargai karena "orang dalam" atau koneksi sering lebih diutamakan dalam dunia kerja. Hal ini menciptakan pandangan bahwa pendidikan tinggi tidak selalu menjamin kesuksesan. Â
4. Kurikulum yang Kurang Relevan dan Menarik
  Sistem pendidikan yang cenderung terlalu menekankan hafalan dan ujian menyebabkan siswa kehilangan rasa ingin tahu dan minat untuk belajar secara mendalam. Â
Belajar dari Singapura: Semangat Belajar Tinggi adalah Kunci Keberhasilan SDM
Sebagai negara tetangga yang sukses mencetak SDM unggul, Singapura memberikan contoh nyata bagaimana semangat belajar yang tinggi dapat menjadi fondasi pembangunan bangsa. Beberapa faktor yang mendukung keberhasilan Singapura adalah: Â
1. Pendidikan sebagai Prioritas Utama
  Singapura mengalokasikan dana yang besar untuk pendidikan, memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan fasilitas terbaik. Â
2. Budaya Meritokrasi yang Kuat Â
  Singapura menanamkan penghargaan terhadap prestasi akademik dan profesional. Sistem ini memberikan dorongan kepada masyarakat untuk terus berprestasi, karena mereka tahu hasil kerja keras akan dihargai secara adil. Â
3. Kesejahteraan Ekonomi
  Dengan tingkat kemiskinan yang rendah, masyarakat Singapura memiliki kesempatan untuk fokus pada pendidikan tanpa harus khawatir akan kebutuhan dasar. Â
4. Kurikulum yang Dinamis dan Relevan
  Kurikulum di Singapura dirancang untuk mengembangkan kemampuan analitis, kreativitas, dan keterampilan abad ke-21, membuat siswa lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar. Â
Apakah Mengembalikan UN adalah Solusi?
Kembalinya UN mungkin bisa menjadi salah satu cara untuk memberikan target belajar yang jelas kepada siswa. Namun, mengembalikan UN tanpa menyelesaikan persoalan fundamental hanya akan menjadi solusi jangka pendek. Persoalan motivasi belajar tidak dapat diselesaikan hanya dengan mengadakan ujian, melainkan harus melalui pendekatan holistik yang mencakup: Â
1. Peningkatan Kesejahteraan Guru dan Fasilitas Sekolah** Â
  Guru yang berkualitas dan fasilitas yang memadai adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Â
2. Penguatan Sistem Meritokrasi
  Pemerintah dan masyarakat harus mendorong budaya yang menghargai prestasi akademik dan keahlian. Â
3. Penghapusan Kesenjangan Pendidikan
  Memastikan bahwa anak-anak di daerah terpencil mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas. Â
4. Meningkatkan Relevansi Kurikulum
  Kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman akan mendorong siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar. Â
5. Kampanye Nasional tentang Pentingnya Pendidikan
  Pemerintah dapat menggalakkan kampanye yang menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan sebagai investasi masa depan. Â
Mengembalikan UN bukanlah solusi utama untuk meningkatkan semangat belajar siswa. Sebelum memutuskan apakah UN perlu diadakan kembali, kita harus terlebih dahulu mengevaluasi akar permasalahan rendahnya motivasi belajar di Indonesia. Ketimpangan ekonomi, budaya yang kurang menghargai prestasi, serta minimnya fasilitas pendidikan adalah beberapa faktor utama yang harus diperbaiki.Â
Belajar dari Singapura, kita perlu menanamkan budaya belajar yang kuat, memastikan setiap anak memiliki akses ke pendidikan berkualitas, dan menciptakan sistem yang adil untuk semua. Peningkatan semangat belajar bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan.Â
Jika kita semua berkomitmen untuk memperbaiki kondisi pendidikan, maka generasi mendatang akan memiliki semangat belajar yang tinggi dan mampu bersaing di tingkat global.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI