Sebelum sepenuhnya menerapkan model Kurikulum Merdeka Finlandia, Indonesia perlu mempertimbangkan beberapa hal penting. Pertama, perlu ada perubahan paradigma terkait pentingnya pendidikan di kalangan masyarakat. Ini tidak hanya melibatkan siswa, tetapi juga orang tua, guru, dan pemangku kepentingan lainnya. Guru perlu lebih terlatih untuk menginspirasi dan membimbing siswa agar lebih mandiri dalam belajar.
Kedua, perbaikan infrastruktur pendidikan juga menjadi hal yang sangat mendesak. Kualitas pendidikan di berbagai daerah harus merata agar penerapan kurikulum yang fleksibel seperti Kurikulum Merdeka bisa efektif. Tanpa fasilitas yang memadai, sulit untuk mendorong siswa untuk belajar mandiri.
Ketiga, perlu ada penekanan pada pengembangan karakter dan tanggung jawab siswa. Salah satu kelemahan dari penerapan Kurikulum Merdeka di Indonesia adalah kurangnya pemahaman bahwa kebebasan dalam belajar juga harus diimbangi dengan tanggung jawab. Tanpa kesadaran ini, siswa cenderung menjadi malas dan mengabaikan pentingnya proses belajar.
Penerapan Kurikulum Merdeka ala Finlandia di Indonesia adalah langkah ambisius yang, jika dilakukan dengan benar, memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air. Namun, tantangan kultural dan sosial yang ada membuat penerapan ini tidak bisa dilakukan secara langsung tanpa penyesuaian. Indonesia perlu membangun kultur disiplin dan tanggung jawab yang kuat di kalangan siswa serta meningkatkan kualitas fasilitas pendidikan secara merata. Jika tidak, Kurikulum Merdeka bisa berakhir hanya sebagai konsep yang indah di atas kertas tanpa dampak signifikan di lapangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H