Seperti bertemu dengan teman lama yang telah lama hilang, hati ini berdebar-debar, penuh rasa ingin tahu, apakah rasa itu masih seperti dulu?
Tanpa banyak pikir, aku langsung membelinya. Penjualnya, seorang ibu paruh baya dengan senyum hangat, mengangguk paham saat aku menyebutkan nama jiwel. "Sudah jarang yang cari ini, Nak. Tapi rasanya, masih sama seperti dulu," katanya dengan nada penuh kepercayaan.
Aku menggigit jiwel perlahan. Manisnya meledak di mulut, legitnya mengalir lembut, membawa ingatanku kembali pada masa kecil yang tak pernah terlupakan. Rasa ini, bukan hanya sekadar rasa gula merah yang legit atau kelapa yang gurih.Â
Ini adalah rasa nostalgia, rasa kenangan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Seperti saat kita mendengar lagu lama yang membawa kita kembali ke momen-momen yang hangat, jiwel ini membawa semua itu ke dalam satu gigitan sederhana.
"Aku menemukanmu kembali," bisikku dalam hati. Jiwel yang kunikmati pagi ini bukan sekadar makanan, tapi semacam jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. Di tengah arus modernitas yang begitu deras, rasanya seperti menemukan harta karun yang telah lama terkubur.
Pasar Punclut pagi itu seolah menjadi saksi bisu bagaimana sepotong jiwel mampu menghadirkan begitu banyak kenangan. Aku tak hanya merasakan aroma gula dan taburan kelapa, tapi juga kasih sayang ibu yang dulu mengantarku ke pasar, suasana hangat keluarga yang selalu menyertai setiap gigitan kecil di masa kecilku.
Setelah selesai, aku tersenyum puas. Bukan karena perut yang kenyang, tapi karena hati ini terasa penuh. Jiwel bukan sekadar jajanan, ia adalah saksi perjalanan waktu, simbol dari masa yang tak bisa diputar ulang, namun bisa dikenang lewat rasa.Â
Di pagi yang dingin ini, di tengah keramaian pasar tradisional yang penuh warna, aku berhasil menemukan potongan kecil dari masa lalu yang begitu manis dan tak tergantikan.
Pagi ini, aku membawa pulang lebih dari sekadar jiwel. Aku membawa pulang nostalgia, rasa rindu yang akhirnya terpuaskan, dan kebahagiaan yang sederhana yang mungkin, hanya bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional seperti ini.
Nantikan kembali perburuan kulinerku Selanjutnya ya!
@ririe_aiko okt 2024