Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Es Doger dan Nostalgia Masa Kecil

13 Agustus 2024   19:16 Diperbarui: 16 Agustus 2024   14:52 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buat orang Bandung aseli angkatan 90an pasti kenal donk dengan es krim legendaris yang satu ini, apalagi kalau bukan es Doger! Jajanan yang biasanya dijajakan di pinggiran sekolah dan pernah jadi minuman yang hits pada masa dulu. 

Rasanya yang legit perpaduan dari tape singkong, dan tape ketan, membuat es ini punya rasa dan aroma yang cukup unik. Tambahan topping seperti irisan roti, es serut dan susu kental manis, bikin es ini jadi buruan utama anak-anak sepulang sekolah. 

Hampir setiap hari di sela jam istirahat gerobak es Doger di penuhi oleh anak-anak yang dianggap punya privilege pada masa itu. Es Doger kala itu dianggap seperti jajanan mewah dikalangan anak SD, karena hanya segelintir anak yang mampu membelinya dengan uang saku. 

Beberapa anak yang selalu nangkring di sekitaran gerobak es Doger adalah mereka yang dianggap anak-anak sultan karena punya uang jajan lebih dari seribu rupiah, sedangkan generasi dengan uang jajan dibawah seribu rupiah, biasanya hanya mampu membeli es teh manis yang dijual dalam termos besar. 

Saya sendiri yang kala itu hanya dibekali uang jajan 100 rupiah sehari, harus mengumpulkan uang selama kurang lebih seminggu untuk bisa membeli es Doger, itupun kalau saya berhasil lolos dari godaan jajan.

Effort untuk ngumpulin uang jajan dan membeli es Doger kala itu,  meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya. Dimana saya berupaya keras untuk menyisihkan 50 rupiah yang saya tabung di dalam celengan ayam. Setiap hari saya berupaya menahan diri dengan jajan sedikit di sekolah demi bisa mencicipi nikmatnya es Doger.

Sumber : Dokpri
Sumber : Dokpri

Sampai akhirnya tepat di hari kesepuluh, saya berhasil mengumpulkan uang untuk membeli segelas es idaman saya. Dengan perasaan amat senang, saya pun langsung memesan segelas es Doger hari itu. 

Seketika mata teman-teman pun langsung tertuju pada saya, mereka berdecak kagum seolah saya adalah orang yang berhasil membeli Fortuner. Dengan perasaan bangga saya memegang gelas besar es Doger seperti patung Liberty yang sedang memegang obor. 

Terlalu antusias flexing yang nggak jelas,  bikin saya salah fokus dan menjatuhkan segelas es Doger itu yang sudah lama saya idamkan! Kejadian yang Naas banget!  

Tepat di hadapan mata, secangkir es Doger yang tadinya akan saya nikmati dengan tawa riang berubah jadi derai airmata. Karena bukan hanya es Doger yang tidak jadi saya nikmati, tapi juga gelasnya yang harus saya ganti karena pecah!

Semua tragedi es Doger berakhir dengan jeweran emak di kuping, karena akhirnya beliau datang ke sekolah, untuk mengganti rugi gelas yang sudah saya pecahkan. 

Tapi pada akhirnya saya tetap berhasil menikmati kesegaran es Doger, meski saat menikmatinya sambil berderai airmata karena Omelan emak yang masih berlanjut sampai di rumah! 

Nostalgia singkat itu kembali terlintas dalam pikiran saya, saat kembali menikmati segelas es Doger setelah puluhan tahun berlalu. Es legendaris yang rasanya tetap manis dalam ingatan anak SD generasi 90 an.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun