Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salahkah Aku Berbeda?

12 November 2023   12:57 Diperbarui: 12 November 2023   13:08 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : hilustrasi.blogspot.com

Seorang gadis belia, berparas cantik namun ia berbeda, bukan karena ia tak mau sama, tapi Takdir yang membuatnya terlihat berbeda. Ia tak bisa berlari lincah seperti gadis seusianya, bukan karena tak mau, tapi ia tak mampu. Sepasang kaki mungilnya tak memberinya kemampuan untuk berjalan. Tubuhnya yang semakin menyusut, membuatnya hanya bisa duduk bersahabat dengan kursi roda tua. Bertahun-tahun ia menjalani kehidupan sunyi sendirian, tanpa ada yang tahu ia kesepian.  Ia butuh teman.  Namun ia sadar, bahwa tak seorangpun mau menghampirinya. Mereka hanya bercakap sejenak, untuk memuaskan rasa ingin tahu, tentang Alasan ia duduk di kursi itu.

Ya, memang tak Apa sendirian, tapi terkadang memiliki teman yang bisa menerima apa adanya, itu adalah hadiah tuhan yang lebih dari cukup. Harapan kecil yang sederhana dari seorang gadis bernama Andini. 

Entah sesulit apa harapan itu, sampai terkadang Dini diam-diam menangis sendiri, dibalik tirai kecil kamarnya. Ia hanya mampu menyaksikan betapa riang anak-anak sebayanya, bercengkrama diluar sana. Namun ternyata dunia luar yang ia bayangkan, tak seindah itu, Mereka menatap sinis dirinya yang berbeda. Beberapa manusia saling berbisik merendahkannya dibelakang, Tak jarang ujaran sinis itu terlontar, terdengar tajam, melukai, hingga terkadang membuatnya ingin mengakhiri derita, Mati.  

"Nak, kenapa kamu menangis?" ibu membelai halus rambut panjang Andini.

Pertanyaan itu malah semakin menderaskan airmatanya."Bu.... Mengapa Aku berbeda? 

Ibu menghela napas panjang, seraya duduk dekat Andini.

"Sayang...  Kita tidak pernah Tau mengapa Tuhan Menciptakan kita berbeda... Tapi yang pasti... Kamu berbeda, karena Kamu lebih istimewa!"

Andini mengernyitkan dahi, ia belum terlalu paham maksud ibu.

"Tapi, karena Aku berbeda... Semua orang tidak mau berteman denganku Bu! Aku... Aku merasa sendirian..." 

Ibu memeluk Andini berusaha menenangkannya.

"Ada kalanya orang yang datang hanya bersimpati... Bahkan beberapa orang memandangku seperti Monster, Hanya karena Aku berbeda! Mereka bilang bahwa penyakitku Kutukan!!! Apa manusia memang sejahat itu bu?" 

Ibu Menatap Andini lekat.

"Nak, Tumbuhlah kuat tanpa mengandalkan siapapun! Kamu tidak perlu merasa sakit dengan prasangka buruk orang terhadapmu! Ingat, bahwa kita hidup bukan untuk disukai banyak orang! Karena sebagaimanapun kamu Sempurna, Akan ada orang yang tidak menyukaimu!" 

"Mengapa Bu? Apa Salah Andini?"

"Bukan, Bukan karena Kamu Salah! Tapi karena mereka  Manusia biasa!"

Andini menatap ibu dengan mata yang penuh kesedihan.

"Karena Manusia tidak sempurna! Mereka bisa berbuat kekeliruan terhadap penilaian Mereka!"

 "Jadi.... jadi Aku harus Apa Bu?"

Ibu tersenyum "Jadilah sebaik-baiknya dirimu Nak! Jangan pernah membalas kebencian dengan kebencian, karena Tuhan tidak mengajarkan makhluknya seperti itu.... " Ibu bangkit dari duduknya menuju meja disudut kamar. Ia lalu mengambil sebuah buku dan  pena "Menulislah Nak! Jadilah manusia Hebat dengan Tulisanmu...  Karena hanya dengan sebuah tulisan... kamu bisa merubah banyak hal menjadi lebih baik..." 

Andini Tersenyum seraya meraih buku dan pena itu.  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun