Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

"Ketika Anak Penurut Jadi Arogan" Toxic Parenting

25 Juni 2023   12:28 Diperbarui: 25 Juni 2023   12:36 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak dipungkiri membentak Anak merupakan kebiasaan yang paling sulit dihindari, apalagi jika Anak sudah ditegur beberapa kali masih tidak menghiraukan, tanpa disadari nada suara mulai meninggi ketika si Anak sudah mulai susah dinasehati. Namun jika hal ini terus dilakukan, Anak akan tumbuh menjadi kasar dan pemarah. Mendisiplinkan Anak dengan bentakan justru tidak akan membuat Anak menurut tapi tindakan tersebut dapat menjadi racun dimasa depan.

4. Bersikap Egois pada Anak

Orangtua yang selalu mengukur dengan perasaannya sendiri tanpa memikirkan perasaan Anak, bisa dikatakan sebagai orangtua yang Toxic. Orang tua dengan tipe ini kerapkali mengasihani diri sendiri, seolah-olah Anak selalu salah dimatanya dan orangtuanya selalu benar. Tipe Orang tua seperti ini, paling enggan meminta maaf karena merasa semua tindakan yang dilakukannya selalu benar. Dimata orang tua, Anak yang tidak menurut dianggap pembangkang dan durhaka, sehingga si Anak terpaksa selalu mengalah. Namun ia akan merasa hidup dalam tekanan dan depresi, karena menahan satu demi satu luka yang ditorehkan orang tuanya. Suatu saat luka itu mungkin akan meledak dan menumbuhkan kebencian yang sulit dihilangkan. 

5.  Mengungkit-ungkit Kebaikan 

Benar bahwa Anak terlahir karena ada orang tua, tapi pernahkah Anak meminta dilahirkan? Setiap Anak terlahir dari komitmen kedua orang tuanya. Segala bentuk pengorbanan yang dikeluarkan untuk mengurus dan membiayai Ani ak adalah bentuk tanggung jawab sebagai orangtua karena adanya komitmen tersebut. Jadi sebagai orangtua hendaknya tidak mengungkit-ungkit kebaikan pada Anak seperti ungkapan-ungkapan

 "Sudah capek-capek diurus, tapi nggak mau nurut!" 

"Sudah disekolahin mahal-mahal, tapi nggak balas budi ke orang tua!"

Orang tua yang selalu bersikap pamrih di hadapan anak, akan membuat Anak merasa dirinya adalah "Bisnis" bagi orang tuanya, yang kelak harus menghasilkan 'keuntungan'. Hal ini akan membuat Empati Anak hilang pada orangtuanya, ia akan menilai bahwa orangtua adalah Penanam Modal, ia hanya perlu menghasilkan keuntungan bagi orangtuanya. Ia sebisa mungkin akan menghindari interaksi dengan Orang tuanya. Alih-alih balas budi di masa depan, Anak justru akan cenderung menjauhi dan membenci orangtuanya. 

Menjadi orangtua memang Tidaklah Mudah, dan tidak pernah Ada sekolah untuk menjadi Orang Tua, tapi setidaknya kita bisa mulai mengevaluasi pola parenting yang salah dengan menerapkan pola parenting yang lebih baik lagi.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun