Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pantai Tak Nyata (Bagian 2)

15 November 2022   15:14 Diperbarui: 14 Maret 2023   09:27 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Sebulan kemudian kondisiku kembali normal, aku mulai bisa kembali berjalan dan bicara. Meski sebelumnya aku tampak seperti orang bingung. Aku menjalani berbagai terapi untuk pemulihan. Ada beberapa hal yang menghilang dalam ingatanku. 

Andi pun menceritakan kembali apa yang terjadi pada kami. Semua yang diceritakan Andi, berbeda dengan yang aku ingat. Andi mengatakan bahwa aku menghilang saat kami mencari benda yang tertabrak oleh motor kami. Sedangkan seingatku, waktu itu aku tidak hilang, aku terus berada disamping Andi. Kami menginap disebuah penginapan bernama sawengi. Dan kami menikmati perjalanan kami di sebuah pantai, Pantai seruni. 

Tapi Andi terus mengelak dan menjelaskan bahwa itu semua tidak pernah terjadi. Ia terus bersikeras bahwa aku menghilang selama seminggu. Dan akhirnya aku ditemukan warga, pingsan ditengah hutan bambu. 

Beberapa tahun berlalu, akhirnya ku temukan arti dari cerita yang kualami dari seorang tetua yang merupakan warga sekitar hutan bambu itu, beliau mengatakan satu kalimat yang membuatku bergidik ketakutan.

"Aya Nu Nyandak Neng ka Negeri Ghaib! Anjeunna hoyong Neng diditu!"

(Ada yang membawa anda ke negeri ghaib dan dia ingin anda tinggal disana)

*** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun