Meski rasa ketakutan belum hilang, tapi kami memutuskan untuk melanjutkkan kembali perjalanan. Masih jelas terekam sosok bayangan anak kecil tadi. Tapi aku tak berani membahasnya dijalan, karena aku takut Andi malah jadi tidak fokus mengemudi. Â
"Bun kamu kenapa, kok kaya gemetaran tangannya?"
Aku mencoba berdalih "Ehm... Kayaknya kedinginan, Yah!"
Tak lama kemudian, Andi menepikan motor untuk berhenti sejenak. Ia melihat ke arah jam tangan. Waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Andi berpikir sesaat. "Bun kayaknya kita cari penginapan aja dulu didekat sini ya! Besok pagi kita lanjut lagi!"
Aku pun langsung mengangguk setuju. "Ya udah aku coba cari di aplikasi, siapa tau ada penginapan sekitar sini!" aku pun langsung merogoh hp ditasku. "Duh yah, nggak ada jaringan disini!"Â
Lalu Andi pun mencoba mengecek Hpnya. Â "Sama, yang ayah juga ga ada jaringan! Duh!" Andi menghela napas.Â
"Kita coba cari kedepan lagi aja yah, Â Siapa tau ada warga sekitar yang udah bangun!"
Andi pun mengiyakan dan segera menyalakan kembali mesin motornya. Namun belum terlalu jauh kami berjalan, tampak seorang kakek tua mengenakan pakaian muslim berwarna putih. Dari penampilannya, ia seperti hendak menuju  masjid. Sontak Andi pun menghentikan motor dan menghampiri kakek itu.
"Assalamualaikum, Maaf kek ganggu!" si kakek menoleh kearah Andi seraya menghentikkan langkahnya.
"Oh ya kang, Â ada apa? Â Jawab si kakek sambil mengernyitkan dahi. Â
"Maaf kek, deket sini ada penginapan nggak?"