Seringkali anak di usia 2-7 tahun mengalami ledakan kemarahan yang sulit dikendalikan, terutama ketika apa yang diinginkannya tidak terpenuhi. Luapan emosi yang tak terkendali ini dikenal dengan istilah temper tantrum.Â
Menurut Maimum Hasan dalam bukunya Pendidikan Anak Usia Dini, mengungkapkan bahwa temper tantrum adalah luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol, umumnya luapan emosi ini terjadi sekitar 30 detik hingga 60 menit saja.Â
Temper tantrum bisa termanifestasi dalam berbagai perilaku seperti suka menangis, menjerit, memukul, menendang, melempar barang, melengkungkan punggung, menghentakkan kaki, membanting pintu dan berbagai tindakan lain yang bisa membahayakan dirinya atau orang lain.
Mengingat dampak yang ditimbulkan dari tindakan temper tantrum bisa menjadi masalah yang sangat serius jika dibiarkan, maka dari itu diperlukan penanganan lebih lanjut untuk mengatasinya. Berikut adalah beberapa tips dari para pakar psikolog yang dapat Anda lakukan:
Temukan faktor penyebab utama anak temper tantrum
Anak-anak di bawah usia tiga tahun terkadang kesulitan menyampaikan keinginannya lewat bahasa yang bisa dimengerti orangtua. Sehingga mereka cenderung melakukan aksi tantrum agar apa yang diinginkannya dipenuhi orangtua.Â
Dalam situasi ini sikap orangtua sebaiknya mengkondisikan diri lebih bijak dan dewasa jangan terpancing emosi saat anak emosi. Gunakan pelukan hangat untuk membuatnya tenang, alihkan perhatiannya ke dengan hal lain jika Anda memang tidak berencana untuk membelikannya mainan yang diinginkan anak.
Antisipasi tantrum
Sebaiknya lakukan tindakan pencegahan sebelum anak mengalami stres, misalnya sebelum anak merasa terlalu lapar, Anda harus segera memberinya makan. Atau jika ia mulai terlihat akan segera tantrum saat menginginkan suatu barang, kita segera menggendongnya dan mengalihkan perhatiannya ke tempat lain, buatlah adegan seakan kita punya hal menarik lain yang bisa lebih dinikmatinya.
Jangan terpancing emosi anak
Biasanya, jika anak sedang emosi atau marah-marah dan menunjukkan sifat tantrumnya, orangtua anak terprovokasi dan ikut-ikutan marah. Bahkan ada banyak orangtua yang meredam kemarahan anak dengan memukul dan mencubitnya.Â
Padahal itu bukanlah solusi yang tepat untuk menghentikan kebiasaan tantrum. Sebaliknya anak bukan akan belajar mengatasi kemarahan tapi justru akan menganggap Anda keras dan otoriter.
Lakukan tindakan acknowledge feeling
Menurut Psikolog anak, Belinda Agustya cobalah lakukan acknowledge feeling atau validasi perasaan saat anak tantrum. Contoh sederhananya, saat Anda berjanji membawanya ke taman bermain dan tiba-tiba hari itu hujan, otomatis anak akan merasa kecewa lalu melakukan aksi tantrum, cobalah untuk merangkulnya lalu katakan, "Iya de, maafin bunda yah, bunda tahu adek pasti sedih ya nggak jadi ke Taman bermain."Â
Hal yang sebaiknya Anda lakukan ialah alihkan perhatiannya dengan mengambil selembar kertas  dan pensil lalu mulai menggambar, "Ade kalo di taman bermain suka main apa? Kalo ibu waktu kecil senangnya main perosotan." Lalu Anda dapat mulai menggambar perosotan di kertas itu.Â
Tindakan sederhana seperti itu bisa membuat perhatiannya teralih dan ia pun akan merasa Anda memahami perasaan sedihnya. Karena sebenarnya sikap temper tantrum itu muncul karena orangtua kurang memahami perasaan anak.Â
Ajarkan anak untuk mengatasi kemarahannya
Jangan pernah menuruti semua hal yang diinginkan anak pada saat itu juga. Karena jika kita mengikuti keinginannya saat tantrum, ia akan terbiasa menganggap bahwa dengan melakukan aksi tantrum semua keinginannya akan terpenuhi.Â
Sesekali abaikan keinginannya dan alihkan perhatiannya, serta coba sampaikan padanya bahwa ia akan mendapatkan keinginannya jika ia bersikap baik. Â
Jangan dibantah dan dibentak
Ketika anak Anda tantrum, hindari berargumentasi atau mencoba menjelaskan tindakan anak tersebut. Sebab, anak yang tantrum tidak akan mengerti atau mendengar apa yang Anda katakan.Â
Cobalah bersikap tenang dan lembut, berilah ia sentuhan di kepala dan cobalah memeluknya dengan penuh kasih sayang. Setelah emosinya mereda barulah ajak ia bicara dan berikan ia penjelasan dengan bahasa yang bisa ia pahami.
Itulah 6 tips yang dapat Anda lakukan ketika anak Anda mengalami tantrum.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H