----...
Di dalam sebuah rumah:telah telah tergantung pada lonceng-lonceng kecil untuk seekor kucing mungil dengan mata berbinar binar yang sangat sayang kepada majikannya...
Miauww... Miauww... Miauw...
Mendengkur halus meminta makanan, mondar-mandir ingin menghabiskan waktu bermanja-manja dengannya, hingga isyarat buang air kecil dan besar dengan pinta nya yang bernada halus tertata.
tanpa sepengetahuan nya, majikannya pergi meninggalkan nya, sepintas bagai mendapat kabar burung menyesakkan dada, padahal mangkuk kecil sarapan, kotak kecil untuk secangkir susu sudah disiapkan menunggu majikannya.
mencari-cari meskipun terpenjara disebalik pintu tertutup, mengintip pada jendela-jendela bening disisi kanan dan kiri pintu.Menegakkan badannya .
Rindu tak sampai, kenangan tak terurai, angan angan tak terbingkai, sinar mentari mulai terbenam, hingga lentera rumah sudah tidak sampai meneranginya.
Berkelana didapur pelipur lapar, sejenak melarung makanan makanan yang tersisa, penuh pinta diujung sana dengan membawa gubuk derita yang tak kunjung ada kabarnya.
"Tuanku, kemanakah engkau pergi...miauww," Ungkap Batinnya.
Cinta yang mulai hilang...
Harapan yang mulai lengang
Dan asa yang mulai berkeliaran...
Semoga majikanku baik-baik saja:Amiin...
Disini, aku menunggu dengan keyakinan yang harus kupacu agar kau kembali padaku meskipun aku tidak tahu...
Pada sisa-sisa makanan yang mulai basi, aku tidak boleh berdiam diri. Bertandang ke kota kota perdamaian lewat jendela-jendela yang terbuka sebagian.
Aku akan kembali,....
Langit, tolong membersamai aku dalam pengembaraan ku untuk menyeruput sisa-sisa air hujan itu, dalam mencari majikanku yang rindu ku sudah mulai menggerutu.
-----
04 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H