****
ketika aku baru saja menjajakan kaki ku disini, baru datang, kenapa kalian sudah membalikkan badan dan bergegas ingin pulang.
padahal aku baru datang dengan membawa berita gembira tentang sumpah yang acapkali menelisik ditelinga yang dianggap sampah.
Aku baru datang, mengapa kalian bergegas pulang ke tempat peraduan dengan raut muka membingungkan, sedangkan lirik-lirik lagu baru ku dendangkan...
*******
berpacu dengan waktu, dengan melodi lagu yang membisu sehingga ku tak dapat menyembunyikan lesu ku.
melihat. piring-piring kotor sudah disulam menjadi bersih dan singgah pada rak-rak nya.
*******
sendok, garpu hingga dekorasi sudah pudar pada pertapaannya, aku harus bagaimana...
Orang-orang begitu saja meninggalkan ku tanpa menanggalkan jerih payahku.
Aku baru datang, tadi, waktu siang menjelang petang, disaat gerimis mulai berjatuhan, disitulah ku bertandang.
payung payung kesayangan, ku genggam dalam tangan, agar hujan tiada mengguyur ku disaat memetakan asa kalang kabut yang menerjang...
Untuk mu,.... Untuk menghadiri acara mu
******
ternyata, ku baru ingat, daku terlambat saat hiruk pikuk dunia menjerat...sudah ku mampat kan dengan rapat, namun masih saja menggugat....
usai sudah,....
Kini kukembali saja, dirimu juga tiada terlihat saat aku baru datang,...
Terbilang, .... Anggap saja tapak kaki ku dan raga sementara ku ini sebagai kehadiran...
Kota Semarang, 20 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H